Setelah diberi izin Setyani, Lita akhirnya dapat melanjutkan perjalanannya tanpa perlu rasa cemas.
Saat ini jam menunjukkan pukul 3.02. Lita telah sampai di kebun tempat bersemayam Snowla.
"Snowla..," panggil Lita. Kepalanya naik-turun menghindari cabang pepohonan dalam kebun.
Tiga puluh detik berlalu, Snowla tak kunjung menampakkan diri. Lita menggigit bibirnya, cemas.
"Snowla..!?" teriak Lita, mempercepat langkahnya. Berulang kali Lita memanggil nama naganya, tapi sosok reptil putih besar itu tak kunjung datang dan menampakkan dirinya.
Lita berlari hingga sampai di ujung kebun. Pupil matanya mengecil mendapat kepala Snowla tertutup sebuah karung.
"Snowla?!" Panggil Lita, lirih.
Mendengar panggilan majikannya, Snowla menarik kepalanya keluar dari karung, menatap Lita seraya mengeong pelan, kemudian kembali memasukkan kepala ke dalam karung, menyantap ikan-ikan di dalamnya.
Lita lega tahu naganya baik-baik saja. Ia pun mengalihkan pandangannya kearah sosok yang berada didekat Snowla.
"Adil?!" Lita sedikit bertanya-tanya.
Adil yang berada di dekat Snowla menoleh. Cengiran lebar segera terukir di wajahnya.
"Aku sudah akrab dengan Snowla, 'kan?" Beberapa kata terlontar dari mulutnya.
"Hah?!" Mulut Lita ternganga, tidak percaya dengan apa yang barusaja dia lihat.
Rupanya Adil yang membawa sekarung berisi ikan-ikan segar untuk diberikan pada Snowla. Pun Snowla memakan ikan itu seraya menikmati elusan tangan Adil di kepalanya.
"Eh, Ta, coba lihat ini deh," ujar Adil ditengah-tengah nganga Lita.
Adil menekan lembut sebuah sisi di kepala Snowla. Sekejap muncul bintik-bintik cahaya dari kepala Snowla. Bintik cahaya itu bertambah seiring menjalarnya ke sekujur tubuh. Bahkan cahaya itu pun menjalar pada tubuh Adil sebab tangannya menyentuh kepala Snowla.
Setelah bintik cahaya menutupi seluruh tubuh mereka, cahaya mendadak padam. Kini Snowla menjadi tak kasat mata. Tidak hanya Snowla, tubuh Adil yang berkontak dengan Snowla juga ikut menjadi tak kasat mata. Hal itu membuat nganga Lita tambah lebar.
Lima detik berlalu, perlahan tubuh Snowla kembali muncul, disusul tubuh Adil yang masih menyentuh kepalanya.
"Hebat kan," sombong Adil, "sekarang kita bisa bolos sekolah tanpa ketahuan," lanjutnya, seraya menampakkan senyumannya yang sinis.
"K-kamu gak meracuni nagaku kan?!" Bentak Lita. Jarinya menunjuk tegas kearah Adil.
Adil menggeleng, lipatan tampak di dahinya. "Nggak lah, buat apa aku meracuni nagamu?!"
"Cepat pergi saja kamu!" usir Lita, melangkah mendekati Adil, kemudian mendorongnya menjauh dari Snowla. Lita kemudian menyiapkan tasnya, kakinya menjangkah hendak menaiki Snowla.
Adil mundur selangkah sebab dorongan pelan Lita.
"Gak bisa gini, Ta!" beberapa kata terlontar tegas dari mulut Adil, aktivitas Lita terhenti karena itu.
Adil menghembuskan nafas, "memang benar aku siswa terburuk di kelas. Aku tidak bisa segala matpel, buruk dalam olahraga, dan tidak sabaran. Apalagi kalau disuruh menggambar," tanpa alasan Adil mencurahkan isi hatinya.
"Tapi biarkan aku ikut," Pinta Adil.
Lita tersontak, matanya menatap Adil yang tampak tak berdaya. "Apa maksudmu?" Tanyanya dengan intonasi dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story from The Last Dragon (Kisah dari Naga Terakhir)
FantasyEntah dari mana, sekerlap cahaya jatuh dan mendarat di tengah kebun. Mengetahui peristiwa ganjil tersebut, Lita pergi memeriksa lokasi jatuh cahaya, ikut memasuki kebun yang rindang, yang tak jauh dari tempat semulanya merenung. Sejak ratusan tahun...