"Hah?!" Lita terkejut, menyebabkan nganga mulut bertambah lebar.
Lita menatap wajah naga itu, tatapannya lebar namun ia tak percaya. Bukannya para naga itu tidak nyata? Tapi kenapa dia bisa bertemu seekor naga?
Tak pikir panjang, perlahan Lita mengambil langkah mendekati naga putih itu seraya menampakkan telapak tangan kanannya.
Naga itu menggigit giginya, menggeram, pulil matanya mengecil, menatap tajam. Bahkan, salah satu dari kedua kaki belakangnya melangkah mundur perlahan, menjauhi tangan Lita yang kian mendekati wajahnya.
Naga itu berjalan mundur dengan langkah kaki yang pincang.
Sadar akan kaki naga terluka, Lita segera menghentikan langkahnya. Setelah diamati, Lita jadi tahu ada lebam biru di kaki depan kiri si naga. Mungkin karena menghantam pohon yang tumbang tadi.
Luka itulah penyebab naga ini hanya dapat melangkah mundur sambil menggeram ketika didekati Lita. Sebab, jika ia merasa terancam seharusnya ia langsung terbang. Namun karena luka lebam biru di kakinya mungkin menyebabkan pendaratannya kurang sempurna, sehingga dia memilih untuk tidak terbang.
"Santai saja, Kawan, aku gak akan menyakitimu," bisik Lita, ia tahu saat ini sudah larut malam.
Tangan kanan Lita merogohi saku kanan roknya, mengambil sebuah roti yang dia beli tadi di sekolah. Ia membuka bungkus roti itu, menjulurkannya ke mulut si naga putih.
"Ayo..! Makanlah! Kamu pasti lapar, 'kan? Aku tak akan menyakitimu. Sans aja," kata Lita, ramah.
Mata tajam naga hilang, berganti dengan pupil yang kembali melebar. Mulut naga perlahan membuka seraya mendekati ujung roti yang dipegang Lita. Ketika sudah merasa cukup dekat, naga itu langsung melahap utuh roti itu. Kepalanya kembali naik menjauhi tangan Lita seraya mengunyah roti yang kini ada di mulutnya. Mata naga itu tampak memejam, ia menikmati santapannya.
Mata naga itu kembali menjadi tajam ketika melihat Lita. Ia pun mendekati Lita, mengendus-endus badan Lita sehingga membuat Lita terjatuh. Lita tak bisa berkutik. Ia hanya mencoba mundur meski pinggulnya menyeret di tanah.
Naga itu mengangkat kembali kepalanya. Tiba-tiba tubuh naga itu bergoyang-goyang, sepertinya ia ingin memuntahkan sesuatu.
"Wo...., wo..., wo.., tunggu sobat," kata Lita, memperlihatkan telapak tangannya dengan maksud menghentikan aktivitas naga itu.
Naga itupun berhenti, mengendus-endus telapak tangan Lita dengan kepala yang dimiring-miringkan.
Lita tahu naga ini hendak memuntahkan roti yang tadi ia makan dengan tujuan ingin berbagi. Tapi, Lita pasti merasa jijik karena roti yang dimuntahkan pasti berlumur liur dan cairan dari perut si naga.
--Lita mempelajari tingkah naga seperti ini dari film How to Train Your Dragon, dimana Toothless memuntahkan ikan yang diberikan oleh Hiccup dengan tujuan ingin membaginya--
Lita pun merogohi saku kiri roknya. Ia mengambil sebuah arem-arem yang tadi ia beli setelah membuat lima puluh lampion bermotif tunas kelapa.
"Aku masih punya ini," ujar Lita, memperlihatkan arem-arem miliknya pada naga itu.
Kepala naga itu mendekat, lalu mengendus-endus arem-arem yang dipegang Lita.
"Kamu mau?" Tanya Lita. Ia merasa naga itu masih kelaparan, "makanlah!"
Lita melemparlan arem-arem itu. Dengan sigap mulut naga putih itu langsung membuka dan menyaut arem-arem yang melayang di udara. Tak seperti ketika menyantap roti, kini ekspresi wajah naga itu sedikit aneh. Tiba-tiba tampak asap keluar dari mulut dan hidungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story from The Last Dragon (Kisah dari Naga Terakhir)
FantasyEntah dari mana, sekerlap cahaya jatuh dan mendarat di tengah kebun. Mengetahui peristiwa ganjil tersebut, Lita pergi memeriksa lokasi jatuh cahaya, ikut memasuki kebun yang rindang, yang tak jauh dari tempat semulanya merenung. Sejak ratusan tahun...