6

95 27 8
                                    

Hal aneh menyelimuti pikiran ku. Pria bernotabene bernama Arfan ini datang kerumah ku lalu mengatakan bagmapnya tertukar denganku. Seharusnya aku senang karena bagmap ku akan kembali namun aku masih bingung, bukankah aku pernah menemuinya kemarin dan meminta bagmap ku yang ada padanya tapi, ia mengatakan" Bukan" dan "Maaf kamu salah orang." Aneh.

"Bentar aku ambil bagmap kamu." Ujarku lalu masuk kedalam rumah.

"Aku diluar terus nih? Nggak boleh masuk?" Tanya Arfan yang masih berdiri diambang pintu.

Langkah ku terhenti, aku membalikkan tubuhku ke arahnya. Aku memang sengaja tidak mempersilahkan Arfan masuk kedalam karena takut menimbulkan amarah kak Abi jika dia mendadak pulang dari kantornya.

Harus dipikir pikir dulu. Jika aku tidak mengizinkannya masuk, dia pasti mengira bahwa aku tidak pernah diajari adab menyambut tamu. Tapi, jika aku mengizinkan masuk aku takut menimbulkan khalwat meski ada mbak Syiffa dirumah. Setelah lama bergelut dengan pikiran aku mempersilahkannya masuk.

"Silahkan masuk." Kataku mempersilahkannya masuk.

"Assalamualaikum." Pria itu mengucapkan salam untuk kedua kalinya seraya masuk lalu duduk disalah satu sofa single.

"Waalaikumsalam." Jawabku dengan suara lirih.

Aku berjalan masuk kedalam kamar meninggalkan Arfan sendiri diruang tamu untuk mengambil bagmapnya.

"Siapa yang datang dek?" Tanya mbak Syifa yang masuk ke kamar ku.

"Eh mbak mau ngapain? Istirahat aja gih, kan sakit jangan beranjak dari kasur." Omel ku.

"Mbak mau minum."

"Kenapa nggak panggil Arsy aja mbak?"

"Nggak papa, itu siapa dek?"

"Temen mbak." Temen dari mana coba? Aku baru saja mengenalnya dan lebih tepatnya tidak mengenalnya. Kalau aku katakan yang sebenarnya pada mbak Syifa, ceritanya bakalan semakin panjang dan menjadi rumit.

Mbak Syifa hanya mengangguk sambil berkata oh padaku lalu pergi menuju kamarnya.

Setelah mengambil bagmap miliknya di tas aku kembali ke ruang tamu menemui pria tadi.

"Ini bagmap kamu, bagmap aku mana?" Kataku seraya memberikan benda berisi tugas tugas kuliah miliknya lalu duduk di sofa tepat di depan Arfan.

"Bagmap kamu nggak aku bawa, ada dikost‐an ku, besok aku antar ke kelasmu." Aku memelas mendengar jawabannya. Terdapat tugas yang akan di kumpul besok ada didalam bagmapku, bagaimana bisa dia tidak membawanya.

"Di bagmap itu ada tugas yang harus aku kumpul besok Fan." Ujarku padanya. "Jam 07.45 harus kamu anter besok Di fakultas Kedokteran lantai dua sebelah kanan dekat tangga, kelasku disana." Kataku dengan nada memaksa.

"Tapi matkul pertama ku dimulai pukul 08.40, masa aku harus nunggu lama." Protes Arfan.

"Resiko itu mah." Wajah Arfan tertekuk mendengar jawabanku. Jujur sebenarnya aku tidak tega melihatnya namun, aku harus bagaimana? Mengalah lalu mengorbankan tugas ku. Yang benar saja!

Pria itu tampak berfikir, ku tunggu jawaban yang keluar dari mulutnya. "Begini saja." Kata Arfan mengawali ucapannya. "Aku akan antar kamu kerumah ku untuk mengambil bagmap mu." Lanjutnya.

"Nggak!" Tolakku cepat. Ide darinya membuat mataku membulat sempurna. Ide yang buruk.

Arfan sedikit terkejut, lalu menatapku sambil tersenyum seolah oleh mengerti maksud ku. "Tenang Arsy, aku tidak meminta mu untuk menaiki motor berdua dengan ku, kamu akan pergi naik angkot atau bis soal ongkos biar aku yang bayar." Katanya meluruskan kesalahpahaman.

Cinta Setinggi Arsy-Mu {Done} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang