15

67 20 2
                                    

Hasil rotgen beberapa hari yang lalu benar benar membuatku kesulitan dalam berbagai hal. Kesulitan menaiki tangga menuju kamar dan kelas saat di kampus, jalan ku semakin lambat dan membuat ku tidak bebas bergerak. Tidak mungkin bagiku untuk berdiam diri selama 3 bulan, karena itu akan mempupuskan keinginanku untuk lulus bulan depan.

Ditambah lagi aku yang masih syok dengan apa yang dibilang kak Abi, kalau Sulthan akan mengkhitbahku.

Dia belum mengkhitbah kamu saat ini karena belum mendapat izin dari orang tuanya. Setelah lulus dia akan mengkhitbah kamu. Ah, rasanya itu terdengar horor di telinga ku.

Rasanya tidak benar benar tidak mungkin jika seorang Muhammad Sulthan Al Fathyr Magalih menyukai ku. Hal itu tidak terbayangkan sama sekali dalam hidupku. Seorang sahabat menyukai sahabat nya sendiri, aku rasa hal itu sedikit salah. Suatu hubungan dapat rusak hanya karena cinta karena itu, aku menganggapnya sedikit salah.

Memikirkan sebuah hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan membuat pikiran terkuras.

Aku melepaskan benda berkaca yang sedari tadi bertengger dihidungku kemudian memijat mijat kecil dahi ku. Sedari tadi menatap layar laptop mataku menjadi berair meski dihalangi kaca mata. Kehilangan judul dan pokok skripsi adalah suatu hal mengerikan yang pernah terjadi. Aku menutup wajahku dengan telapak tanganku dan tanpa sengaja aku menghembuskan napas, mengeluarkan sesak di Dada.

Muncul sebuah ide dalam otakku. Aku mulai membuka akun media sosial di ponselku mencari sebuah akun dan mengetiknya di kolom pencarian.

@ilham.rmdhn_

Aku mulai men–stalker akun milik Ilham. Kapan terakhir kali dia menggunakan akun tersebut. Terakhir kali dia memosting foto di akunnya, ketika berada di Siluet Masjid di tengah kota Madinah satu setengah tahun dan terakhir kali dia menggunakan akunnya juga tepat satu setengah tahun yang lalu.

Perasaan ku mulai tidak karuan ketika mengecek akun Facebook nya di laptop ku dan mendapati last seen nya juga sama, setahun yang lalu. Dan ketika aku kembali beralih pada ponselku mengecek last seen nya di whats app yang sudah lama tidak aku lihat, ternyata dia mematikan last seen nya.

Aku kembali menutupi wajahku dengan kedua telapak tangan. Lima menit dalam keheningan, air asin meluncur dari mata ku. Ilham, aku rindu kamu...

Kamu baik baik saja kan? Aku harap begitu. Aku tidak tanya kabar ku?

Disaat aku bergulat dengan hati dan pikiran ku, di saat itu pula seseorang mengetuk pintu kamar ku. Aku terburu membenarkan khimar dan mengusap kedua mata. Siapapun yang mengetuknya, semoga aku tidak berdoa agar Allah mencabut nyawanya. Kenapa di saat aku membutuhkan waktu untuk sendiri selalu ada yang mengacaukannya.

Aku berdiri dari bangku meja belajar lalu berjalan membukakan pintu. Aku sengaja mengunci pintu kamarku, karena aku ingin fokus mengerjakan skripsi. Masih dengan keadaan yang sama. Berjalan lambat dan tertatih tatih.

Dan aku mendapati sosok makhluk yang membuat mood swing ku semakin bertambah. Kulihat dari atas sampai bawah. Dia masih mengenakan sneli dan steteskop yang menggantung di lehernya, membuat jiwa ketampannya bertambah berkali kali lipat.

"Mood breaker." Sarkas ku ketika melihatnya berdiri di depan pintu.

"Mau Martabak mie nggak?" Tanya kak Akmal.

"Mau lah." Siapa coba yang tidak mau di tawarin makanan. Mood ku akan membaik jika ada sesuatu yang bisa diolah Lambungku.

"Ni, buatin sekalian yah. Ada mie instan sama telur, plus buatin satu telur setengah matang buat aku." Katanya sambil menunjukkan kantong plastik yang berisi beberapa mie instan dan beberapa butir telur.

Cinta Setinggi Arsy-Mu {Done} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang