Prolog

3.1K 313 88
                                    


HARU KATO

Suara dentuman yang memenuhi sebagian kota Tokyo, itu berasal dari ledakan yang di sebabkan oleh Kambe, si sialan itu.

Aku memutar kendali mobilku untuk pergi menyusulnya. Sumpah demi apapun, aku benci padanya. Tetapi demi pekerjaan saja aku rela bertatap muka padanya. Saat sampai aku mendapatinya membawa Bashoka yang di jinjingnya.

" bisa bantu aku ? " katanya santai. Aku memutar bola mataku frustasi, saat aku melihatnya memakai kacamata pelindung saja sudah cukup untuk ingin memaki dirinya. Sebenci itukah diriku melihatnya? Entah.

" apa yang kau lakukan ? Sudah gila ! " ucapku frustasi. Tanganku menjalar ke kepalaku, dan menarik rambutku perlahan.

" aku membomnya tentu saja. Mereka bandar narkoba di sini. Jangan terlalu naif , Haru " ucapnya di selingi senyuman miring. Mengejekku yang melihatnya kesal.

" jangan sebut namaku dengan mulut mu " ucapku sarkastik. Lalu aku kembali ke mobilku setelah ia berjalan terlebih dahulu ke arah mobil yang terparkir asal
" hey , apa yang kau lakukan ? Aku yang mengemudi ! " aku memukul sedikit pintu mobilnya agar ia merasa gentar padaku. Nihil, sial. Aku mengerang kecil dan pergi ke bangku penumpang dengan terpaksa.

" jangan coba-coba menghancurkan mobilku !" Ancamku saat ia melajukan mobil sedan putih dengan kecepatan penuh " oy, Yaro !"

Yang kulihat saat menoleh ke arahnya, ia hanya tersenyum miring dan mengangkat satu alisnya " akan ku ganti kerusakannya "

" kau tidak perlu mengganti dengan uangmu. Hanya saja, aku harusnya juga menghancurkam mobilmu ! " ah, bodoh. Tentu ia akan dapat dengan mudah membelinya lagi yang baru.

Aku tidak tahu ia tersambat apa, tiba-tiba saja ia memelankan kecepatan mobilnya. Yah, ada bagusnya juga " kenapa? Kau takut jika aku akan menghancurkan mobilmu ? " sial,aku bodoh. Salah untuk mengucapkan kalimat itu.

Ia memicingkan mata sipit dan tajamnya itu ke arahku, dengan senyuman khas-nya " aku rasa ingin pergi makan malam, aku memaksamu ikut denganku" ucapnya

Sebenarnya aku sedikit lapar, sebagian dari diriku berkata untuk mau ikut dengannya tetapi sebagian yang lain berkata tidak mengingat aku sangat benci melihat wajahnya itu. Aku berdecak kesal kemudian mengangguk " baiklah, aku ikut denganmu " ucapku setengah bergumam. Malu, setelah kau membentak orang kemudian orang itu mengajakmu pergi? Aku menyipitkan mataku, dan mengernyitkan dahiku bingung saat ia membelokkan mobilku menuju restoran mewah yang terbilang sangat terkenal di kota Tokyo " kau serius? Mau mengajakku makan disini ? " ujarku bingung.

Ia hanya terkekeh pelan dan mengangguk " tentu, kau pikir ? " setelah memarkirkan mobilku, ia keluar terlebih dahulu diikuti diriku yag berjalan membuntutinya.

Kami masuk dengan menaiki lift, aku tidak mengerti mengapa restoran saja harus menjulang tinggi seperti ini. Apa mungkin terdapat hotel? Hendak ku bertanya pada Kambe, dia sudah berjalan keluar saat pintu lift sudah terbuka.

Seorang pelayan datang membawa buku menu dan bertanya padanya " ada yang bisa ku bantu? Butuh berapa meja ?" Tanya wanita itu ramah.

" untuk dua orang saja " jawab kambe padanya.

Restoran ini dihiasi cahaya redup dan remang-remang. Tetapi ukurannya sangat luas, bahkan kalian bisa menaiki tangga untuk menuju lantai dua-nya. Setelah di beri arahan nona pelayan,Kami duduk di pinggir ruangan, bersebelahan dengan dinding kaca yang gelap.

Aku tersenyum miris saat melihat daftar harga menu makanannya. Rata-rata senilai dengan 3 bulan gajiku, bahkan lebih. " oy, tidak ingin pergi ke tempat yang lain saja? Ini terlalu mahal hanya untuk makanan penutup " ujarku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ραρρєя ρℓαиє || ĸaмвє daιѕυĸe х нarυ ĸaтoυTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang