Part 29

2.8K 131 1
                                    

"Ini nomer gue, nanti gue chat. Lo masuk aja, istirahat."

"Gue pulang dulu," Lanjut Oliver.

Sasha tidak mengucapkan apa-apa, ia tidak bisa memahami tindakan Oliver barusan.

Setelah Oliver meningalkan Sasha, Sasha masuk ke dalam rumahnya. Ia ingin tidur setelah makan dan mandi nanti. Ia akan bangun pagi-pagi untuk belajar ulangan besok.

***

Sasha lupa men-charge hpnya, akibatnya ketika bangun tidur ingin membuka materi lewat hp ia tidak bisa karena terlanjur mati. Ia belajar lewat catatan dan buku meskipun kadang juga masih bingung. Namun baginya tidak perlu menghafal asal paham ia bisa menguasai materi itu.

Jam setengah 7 pagi Sasha berangkat ke sekolah. Ketika sampai di kelas, ia melanjutkan belajar untuk mengulang materi lagi. Ketika membuka hp, ada pesan masuk yang tertera sudah sejak malam tadi dikirim.

"Sha, gue Oliver. Pulang sekolah ada acara nggak?" Pesan masuk dari orang yang kemarin sore dengan anehnya minta nomor telepon Sasha.

"Kenapa?" Balas Sasha.

Sambil membalas chat dari Oliver, Sasha tetap belajar materi dari hp.

"Ada yang pengen gue bicarain, kalo lo free aja." Balas Oliver.

Oliver masih belum masuk sekolah. Tapi ia berharap ia bisa bertemu dan berbincang-bincang dengan Sasha hari ini.

Sasha merasa dirinya terintimidasi ketika bersama Oliver. Hal itu membuatnya merasa tidak nyaman. Atau perasaan mengganjal ketika Oliver tahu penampilan Sasha dulu pertama bertemu dan sekarang berbeda? Sasha tidak ingin banyak orang tahu tentang masa lalunya.

Sasha mencari alasan yang tepat untuk membalas chat Oliver.

"Maaf aku tidak bisa."

"Lo mau jalan sama Eldo?"

Sasha tidak mengerti kenapa Oliver malah menyudutkan dia dengan Eldo. Padahal memang sebenarnya Sasha tidak ada urusan apa-apa bahkan dengan Eldo. Sekarang pun Sasha sudah memantapkan hatinya untuk tidak jatuh hati pada siapapun termasuk Eldo. Tapi kenapa Oliver mengira Sasha dan Eldo memiliki hubungan lebih dari teman?

"Nggak ada." Balas Sasha.

"Terus kenapa?"

Sasha membaca pesan masuk dari Oliver. Ia tidak ingin bertemu dengan Oliver, tapi Oliver bersikeras untuk menemuinya.

Sasha tidak membalas pesan Oliver. Tepat bel berbunyi jadi ia bisa fokus untuk belajar saja sampai pulang nanti.

Ketika Sasha sedang mencegat angkot di depan sekolah seperti biasa, ada cewek yang dengan sombongnya memanggil dia.

"Eh Kak!" Cewek itu menepuk pundak Sasha.

Sasha berbalik badan, melihat wajah perempuan di depannya ini. Ia merasa tidak asing.

"Lo kan yang kemarin sama kak Eldo?"

Sasha ingat gaya bicara cewek itu seperti perempuan yang dibonceng Eldo kemarin, Fey.

"Kok bisa sih kak Eldo lebih milih sama cewek nerd gini daripada gue?"

Sasha masih diam saja mendengar ocehan Fey.

"Lo apain kak Eldo kok kak Eldo nggak masuk hari ini?"

"Eldo nggak masuk?" Sasha yang tidak tahu mengapa ia disalahkan dalam hal ini juga bingung kenapa Fey malah bertanya padanya.

"Iya, kenapa malah balik nanya sih? Harusnya yang antar gue pulang itu kak Eldo. Malah dia nggak masuk sekarang." Jelas Fey panjang lebar.

"Aku nggak tahu."

"Sok-sok an nggak tau, belagu amat jadi kakel. Yaudah lah, nggak ada gunanya tanya lo."

Fey meninggalkan Sasha yang sedikit emosi karena perkataan Fey yang amat sangat tidak sopan padanya. Ia tidak minta dihormati sebagai kakak kelas, ia hanya ingin diperlakukan baik seperti perlakuan pada manusia lainnya. Sasha merasa banyak sekali yang mencibir atau bersikap dingin padanya. Ia mengira karena penampilannya seperti itu sekarang, karena dulu sebelumnya ia baik-baik saja dalam berteman.

Sasha berusaha sabar, dia tidak mau termakan omongan orang sehingga membuat dia menjadi emosian.

Sasha duduk di halte sembari menunggu angkot atau ojek. Ia berniat mampir ke toko buku ketika teringat ada beberapa perlengkapan belajarnya sudah habis.

Ketika Sasha sedang menoleh ke dalam sekolah yang sudah sepi, dari arah kanan Oliver jalan mengenakan jaket dan helm yang menutupi wajahnya dan hanya tersisa bagian matanya. Sasha takut entah itu penculik atau apa, tapi laki-laki itu berjalan menuju ke arahnya.

Sasha menundukkan kepalanya seolah ia sedang bermain kukunya padahal ia menyiapkan pukulan yang keras dari tangannya.

"Sha," panggil Oliver dengan suara agak bindang dan serak karena tertutup helm.

CUPU ●[END]●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang