[OS] Endgame

178 10 8
                                    

Just my headcanon for endgame.

Pertarungan terakhir.

Mereka berada dalam endgame sekarang.

Tony terengah-engah, ia sudah kehabisan tenaga dan napas. Saking sesaknya, rasanya ia ingin menyerah dan membunuh dirinya sendiri.

Sedangkan Thanos di depan sana sudah mendapatkan gaunlet kembali. Bahkan sudah memasang batu terakhir yang tadi ia pukulkan kepada Carol.

Raksasa itu menyeringai menatap apa yang ada di tangannya. Sekali lagi ia menang, keinginannya tercapai.

Tony melirik ke arah Dr. Strange yang menunjukkan jari telunjuknya, gestur angka satu.

Menunjukkan satu-satunya kemungkinan mereka menang. Seperti yang pria itu katakan padanya saat di planet Titan.

Tony tahu kalau pria itu tahu kalau ia mengerti maksud gesturnya. Bahkan walaupun tak ada dialog diantara mereka.

Tony menghadang Thanos, berusaha untuk membuatnya tak menjentikkan jari. Mereka terlibat perkelahian kecil sebelum sang raksasa melemparnya sangat kencang hingga ia terseret cukup jauh. Tetapi ia sudah mendapat apa yang ia inginkan. Infinity stones.

Sang Captain menangkapnya dari belakang, menahannya agar tak terlempar lebih jauh lagi. Thanos tersenyum bangga, ia bersiap menjentikkan jarinya.

"I'm inevitable,"

Thanos menjentikkan jarinya, tetapi tak mengakibatkan apapun. Dengan cepat dilihatnya tempat batu dalam gaunletnya, kosong.

Tentu saja batu itu ada pada Tony.

Tony berusaha berdiri untuk menjentikkan batu itu. Tetapi apa yang dilihatnya membuatnya terkejut.

Batu-batu itu tak lagi berada dalam genggamannya.

"Oh, I can do this all day,"

Kilatan cahaya terlihat sangatlah terang, Tony sampai menyipitkan matanya. Setelah pengelihatannya kembali, ia membelalakan mata.

Sang Captain America menjentikkan jari, dengan infinity stones berada di tangannya.

Larut akan keterkejutan, ia tak menyadari bahwa pasukan Thanos berubah menjadi debu. Menghilang seakan tak pernah ada.

"Hei, Steve,"

Bucky yang pertama kali mendekati Steve yang bahkan tak sanggup lagi untuk berdiri. Tony memperhatikan keduanya dalam diam, tubuhnya seakan membeku.

Padahal posisinya paling dekat dengan sang Captain pada saat itu.

Mata biru Steve terlihat tak fokus. Mendengar kabar dari Star Lord, manusia biasa tak akan sanggup menahan kekuatan batu itu. Ia akan musnah karena tubuhnya tak kuat.

Tapi Steve bukan manusia biasa, kan? Serum supernya membuatnya lebih kuat berkali-kali lipat dari manusia biasa. Jadi ia pasti-

Mata Tony mencari-cari keberadaan Peter Quill. Hatinya mencelos begitu melihat pria itu menggeleng lemah.

Tidak! TIDAK!!

Ia mendekati sang Captain yang terbaring tak berdaya. Meskipun kedua kakinya nyaris tak bisa digunakan untuk bergerak, ia harus ke samping pria itu, sekarang!

"Pegang tanganku, Stark,"

Tony menoleh ke asal suara. Bucky tersenyum lembut padanya, walaupun mata milik sang mantan Winter Soldier itu berkaca-kaca.

Tidak ada waktu untuk memikirkan ego. Ia menangkap tangan yang disodorkan Bucky padanya. Pria itu menariknya untuk mendekat ke sebelah sang Captain America.

"Steve, aku-"

Tenggorokannya bagai tercekat melihat keadaan Steve yang penuh dengan luka. Sang Captain yang biasanya segar bugar, kini tak berdaya oleh lukanya sendiri.

"Tony, I'm-"

Kata-kata berikutnya begitu lemah, tetapi posisi Tony sangat dekat dengannya, mustahil untuk tidak mendengar.

Sorry.

Itu yang ia katakan.

Tomy tak tahu kenapa ia minta maaf. Terlalu banyak kesalahan sang Captain padanya. Civil War hanya merupakan salah satunya. Mustahil dimaafkan hanya dengan satu kata.

Tapi, begitu banyak pula kebaikan yang Steve Rogers berikan padanya. Saking banyaknya hingga bisa menutupi seluruh kesalahan yang pria itu buat.

"Aku memaafkanmu, Steve,"

Sang Captain tersenyum dan memejamkan mata. Terlelap dalam tidur panjang nan damai. Sudah saatnya ia istirahat, masa mudanya terlalu banyak dihabiskan dengan pertempuran.

Ia pantas mendapatkan tidur setenang ini.

***

"Daddy, kenapa kau menangis?"

Tony menoleh kepada Morgan yang menatapnya dengan penuh tanda tanya. Ia mengusap air mata yang tanpa sadar mengalir di wajahnya.

"Aku tidak apa-apa, little bean,"

Diangkatnya gadis kecil itu ke pangkuannya, membuat Morgan menjerit senang. Mata gadis itu berbinar ke arah layar.

"Kau sedang menonton apa, daddy?"

"Seorang pahlawan,"

Mata Morgan berkedip polos, sang ayah mencubit pipinya saking gemasnya.

"Apa kau pernah bertemu dengannya, daddy? Apakah ia baik?"

"Ya, aku pernah bertemu dengannya. Baik? Ummm, dia keras kepala, kami bertengkar sewaktu-waktu, tapi kurasa ia baik. Jika ia tidak ada, maka aku tak ada disini bersamamu,"

"Berarti dia sangat baik! Dimana ia berada sekarang, daddy? Aku ingin bertemu dengannya dan berterima kasih untuk menyelamatkanmu,"

"Kita bisa mengunjunginya besok, di rumahnya,"

"Ngomong-ngomong, siapa namanya, dad?"

Tony tersenyum lembut kepada layar besar yang sedang menampakkan rekaman pertarungan Steve Rogers.

"Captain America, namanya Captain America,"

***

"Thor, kau yakin mau melakukan ini sekarang?"

Para Guardians plus Valkyrie menatapnya khawatir. Tetapi Thor tersenyum lebar, berusaha untuk menghapus kekhawatiran mereka.

"Aku yakin, aku sudah tidak apa-apa sekarang,"

Thor mengangkat koper berisi infinity stones dan juga Mjolnir, bersiap untuk mengembalikan semuanya ke masa lalu.

"Lagipula Avengers sudah bubar sekarang. Stark dan Man of Hawk pensiun, Cap dan Natasha sudah beristirahat di aula Valhalla, sedangkan tangan Banner...kau tahu lah,"

"Jadi hanya aku yang bisa melakukannya,"

Valkyrie menepuk bahunya memberikan dukungan mental. Sungguh, Thor sangat berterima kasih kepada gadis ini.

Thor menaiki mesin yang sudah dipersiapkan oleh Scott dan kawan-kawan untuk kembali ke masa lalu guna mengembalikan batu itu.

"Oke, kau siap? Tiga, dua, satu!"

Thor memejamkan matanya, merasakan tubuhnya yang kini gempal perlahan melayang. Begitu membuka matanya, ia berada di tempat yang familliar.

Asgard, rumahnya.

Dari sekian banyak tempat, kenapa ia harus kemari lebih dulu?

Thor melangkahkan kakinya perlahan, ia yakin mesin itu membawanya ke penjara bawah tanah. Yang harus ia lakukan adalah pergi ke atas dan mengembalikan batu ini pada-

Apapun yang ada di pikirannya menguap begitu ia melihat entitas yang tak asing. Satu-satunya keluarganya yang tersisa setelah Ragnarok. Dan kini tampak sehat tanpa kurang satupun.

"Lo-Loki?!"

End

Yep, this is my headcanon.
Pokoknya ini canon, titik!

Astaga tolong, kembalikan mood menulis saya. Terbang kemanakah ia, saya tidak tahu.

MistoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang