4

5.5K 418 58
                                    


Jika seseorang yang mengatakan hal paling berbahaya di dunia ini adalah nafsu manusia, maka Namikaze Naruto seratus persen mengakui hal tersebut. Tanpa keraguan, Naruto akan setuju. Sepanjang ingatan Naruto, dia sangat mudah untuk bergonta-ganti pacar. Perempuan jenis apa pun bukan hal baru bagi Naruto. Sepertinya setengah dari umur hidupnya sudah digunakan untuk menjalin banyak relasi dengan perempuan. Entah sebatas kencan atau berakhir dengan saling memuaskan. Tetapi hanya ada satu orang perempuan yang mampu membangkitkan sisi lain dari dalam diri Naruto sehingga begitu Naruto begitu tercandu pada wanita tersebut.

Hyuga Hinata adalah perempuan yang Naruto maksud, ia tergila-gila dengan perempuan yang dia kenal sebagai seorang gadis polos berstatus pelajar sekolah menengah. Entah apa penyebabnya. Hinata begitu indah di matanya dan begitu pas dalam rengkuhannya, seolah Hinata memang di ciptakan untuk selalu ada bersamanya.

Ketika hayalan gila tentang Hinata mengemis di kakinya, memohon belas kasian dengan imbalan malam-malan panas mereka, terlintas di kepalanya, Naruto gemetar. Ada sesuatu di dalam dirinya yang bergetar saat dia mengingat Hinata, perempuan itu benar-benar berbahaya jika dia tidak bisa mengimbanginya.

"Kau seperti serigala di musim kawin."

Celetukan dari Shikamaru membuat Naruto menarik napasnya dengan berat, hayalan erotis mengenai Hinata seketika buyar. "Jadi apa yang kau dapat kali ini Shika?"

"Hmm undangan mungkin? Temari cukup dekat dengan Sasori, mengingat mereka berasal dari kampus yang sama, dan undangannya sudah kudapatkan."

"Kaparat! Kenapa mereka terlalu terburu-buru untuk melangsungkan pernikahan?" Naruto meremat telapak tangannya, wajahnya terlihat merah padam, menandakan ada aliran darah panas di dalam peredaran darahnya.

"Aku tidak bilang undangan pernikahan," Shikamaru menahan tawanya. "Ini undangan pesta ulang tahun Sasori."

Sekarang Naruto sangat ingin menendang Shikamaru yang berani memperlakukan dirinya seperti anak kecil. "Kurang ajar kau Shika."

....

Hinata berjalan dengan pelan, langkah-langkah kaki mungilnya begitu teratur hingga menimbulkan irama yang memanjakan telinga. Hinata merasa jauh lebih baik malam ini, setelah seharian berdoa di kuil untuk mendoakan putranya yang telah tiada Hinata merasa begitu tenang. Dia berniat mampir ke sebuah restoran untuk mengisi perutnya sebelum kembali ke rumah dan tidur dengan damai semalaman.

Tetapi rencana yang tersusun di kepalanya seketika sirna akibat sebuah tepukan kecil pada pundaknya, tepukan yang membuat langkah kaki Hinata berhenti dan menoleh.

"Sakura-san kau membuat kuterkejut." Hinata berucap dengan anggun meski beberapa detik lalu jantungnya hampir lepas dari dadanya.

Wanita yang menggunakan snelli berlengan panjang itu tersenyum ramah, membuat wajah cantiknya kian sedap untuk dipandang. "Kebetulan yang sangat menyenangkan bisa bertemu dengan wanita cantik sepertimu."

Hinata mendengkus geli kemudian berjalan beriringan dengan wanita berstatus sebagai sepupu Sasori itu. "Sepertinya aku yang beruntung di sini, karena bertemu dokter cantik yang membuat banyak bujangan Tokyo tergila-gila."

Sakura terkekeh pelan sambil sesekali mencuri pandang wajah manis mantan pasiennya beberapa waktu lalu. "Kau dari mana atau mau kemana?"

Hinata lagi lagi melempar senyum manisnya. "Hem sebenarnya aku dari kuil dan saat ini aku sedang mencari makan malam."

4 Years [PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang