6

5.9K 364 14
                                    

Hinata dengan kotak bento nya duduk di bangku kafateria sekolahnya dengan wajah murung, teringat kejadian tempo hari dimana Namikaze-senpai menolak dirinya membuat Hinata tidak berselera dengan Sushi bento buatan koki pribadi di rumahnya.

"Hinata kau baik-baik saja?" Gadis berambut pirang pucat yang duduk di seberang kursi Hinata memandang khawatir sahabat indigonya yang sedari tadi tidak menyentuh makan siangnya itu.

Hinata hanya menangguk lesu, cinta yang bertepuk sebelah tangan rasanya sangat menyakitkan ternyata.

Ketika Hinata dengan terpaksa menyentuh sumpitnya secara mengejutkan seseorang menepuk halus bahu kanannya membuat Hinata menoleh ke pelaku yang membuatnya sedikit tersentak.

"Selamat siang Hinata." Ucap orang tersebut dengan sangat lembut.

Hinata secara spontan menjatuhkan sumpit yang ada di genggamannya, begitu mendapati wajah tampan Namikaze Naruto sedang tersenyum untuk dirinya.

"N-namikaze-senpai."

"Sepertinya aku terlambat, aku datang untuk mengajakmu makan siang Hinata." Ujar Naruto yang masih berdiri dengan kedua tangan berada di dalam saku celananya. "Aku bertanya pada Shion dimana kau bersekolah, dan aku datang karena berniat untuk bicara dengan mu."

Hinata blushing, dengan kemeja biru laut yang dua kancing atasnya terbuka Namikaze-senpai terlihat tampan sekali, membuatnya lupa beberapa hari lalu cara pria itu menolaknya membuat hatinya sakit. "Makan siang bersama?" Tanya Hinata dengan menunduk malu.

"Hmm itu pun jika Hinata tidak menolak."

Hinata dengan bulu romanya yang berdiri tersenyum malu dalam tundukan kepalanya, astaga mimpi apa dia semalam hingga Namikaze-senpai menghampirinya dan mengajaknya makan siang bersama? Tentu dengan senang hati Hinata akan menerima ajakan manis tersebut, namun saat iris amethyst miliknya bertatapan dengan kotak bento buatan koki pribadi di rumahnya hati Hinata mencelus, tidak tega jika kembali ke rumah dengan sushi bento yang belum tersentuh.

"Tidak masalah jika Hinata tidak mau-

Hinata dengan spontan menggenggam lengan Naruto, mencegah Namikaze-senpainya pergi atau berpikiran buruk tentang dirinya. "T-tidak, bukan maksud ku untuk menolak ajakan senpai, t-tapi aku tidak nyaman jika harus membuang makanan yang dibuat oleh Kou." Ucap Hinata dengan gugup, bagaimana bisa ia tenang jika hampir seluruh penghuni kafetaria ini memandangnya dan Senpai yang tampan itu?!

Naruto tersenyum lembut lagi, membuat kaki Hinata makin lemas. "Bagaimana jika nanti setelah pulang sekolah kita minum kopi? Aku tau coffee shop yang enak di sekitaran sini."

"A-apa tidak masalah? Bukankah senpai baru selesai kuliah sore hari?" Tanya Hinata sambil memainkan jemarinya pertanda ia sudah berada di batas maksimal untuk bersikap normal, sedikit lagi saja Naruto mengeluarkan sikap lembutnya ia pasti akan pingsan.

"Hmm hari ini aku bolos demi Hinata, aku ingin meminta maaf secara pribadi untuk kejadian di kampus beberapa hari lalu. Aku tunggu disini ya? Nanti kita bisa naik mobilku, aku sudah mempersiapkan hari ini untuk Hinata."

Hinata menarik nafas beberapa kali mencoba menormalkan debaran jantungnya. "S-senpai kau baik sekali." Hinata tersenyum tulus membuat matanya secara otomatis menyipit dengan indah membuat Naruto sedikit begidik ngeri, Hinata punya suatu daya tarik yang membuat Naruto harus berhati-hati jika ia tidak mau jatuh cinta dengan gadis itu.

4 Years [PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang