14

3.1K 332 37
                                    



"Siapa Deidara?" Pertanyaan itu menyeruak begitu saja dari bibir Hinata, nadanya begitu dingin hingga Sasori tidak mempercayai pendengarannya.

"K-kau mengenal Deidara?" Meski gelisah menguasai dirinya, Sasori mencoba tetap tenang.

"Kau tidak sepatutnya balik bertanya," Hinata mendengkus, ia berdiri dan menatap Sasori lamat-lamat. "Aku pikir kau adalah pria yang tepat untuk aku berikan kepercayaan, nyatanya aku kembali dibodohi."

"Hinata, biarkan aku menjelaskannya."

"Apa? Kebohongan macam apa yang akan kau katakan kali ini?"

Pandangan Hinata yang berkaca itu membuat Sasori kalut, penjelasan apapun sepertinya tidak bisa diterima oleh Hinata saat ini.

"Dia temanku-

"Teman mana yang membicarakan pernikahan hingga ke topik bulan madu dan lebih sialnya aku melihat kalian berciuman!" Hinata membentak lalu tanpa ia sadari matanya memicing begitu tajam pada Sasori.

"Aku tidak berciuman, jangan mengada-ada Hinata!"

"Oh tentu saja kau berciuman, aku melihatnya dengan jelas, mataku tidak buta! Dan kau tau apa? Aku baru saja bercumbu dengan Naruto, aku bercinta dengannya! Sekarang kita impas, kan?" Lalu Hinata tertawa mencela.

Bagai disambar petir di siang hari, Sasori sungguh terkejut setengah mati. Gejolak amarah begitu cepat mengambil alih kesadaran diri pria itu kala Hinata mengucap kalimat laknat barusan. Sorot mata nyalang seketika ia hunuskan khusus bagi Hinata, tunangannya itu, ia mengepalkan tangan seraya menggeram marah. Dan Sasori dipenuhi kewarasan saat tangannya terulur ke arah Hinata dan membuat wajah Hinata tersentak ke samping seusai Sasori melayangkan keras telapak tangannya ke pipi Hinata.

"Kau menamparku?" tanya Hinata dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Kau bajingan!"

"Kau pantas mendapatkannya, untuk apa kau berpura-pura menerimaku jika hatimu hanya untuk si brengsek itu. Aku membenci wanita yang tak punya pendirian. Kau tak lebih hanya seorang pengecut, buang gengsimu kalau memang dia begitu sulit untuk kau lupakan. Jangan munafik, Hinata." Sasori berkata lantang tak mengacuhkan air mata wanita itu. "Hentikan semua ini, kita berakhir. Aku tidak main-main, cukup sampai di sini, tidak ada lagi hubungan apa pun di antara kita dan tolong hargai keputusanku dengan tidak lagi menunjukkan wajahmu di hadapanku." lelaki itu meninggalkan Hinata bersama rasa kalut dan kelegaan yang sama sekali tidak ia mengerti.

"Tentu saja kita berakhir, kau tidak lebih dari seorang gay!"

Sasori berbalik, lalu dengan tatapan menyeramkan itu dia kembali mendekati Hinata yang gemetar. "Persetan Hinata! Dia hanya seorang wedding organizer! Aku membicarakan pernikahan kita! Demi tuhan tidak ada ciuman apapun, dia memang gay tapi aku tidak!"

"Dan kau mau aku mempercayainya?"

"Tidak, kau simpan saja semua di dalam otakmu! Memalukan, kau suka rela bercinta dengan seseorang yang pernah memperkosamu, ku kira kau lebih baik dari itu." Sasori bersedekap tangan lalu membuang tatapannya dari Hinata, jujur rasanya begitu sakit- hatinya begitu berkecamuk kala Hinata kembali ke pelukan pria sialan itu. "Kita tidak boleh berakhir, itu hanya menguntungkan pria bajingan itu."

"Aku sangat marah padamu malam itu Sasori!" Hinata kembali berteriak, lalu membanting sebuah vas yang ada di meja.

"Akulah yang berhak marah, Hinata!" Hazel milik Sasori beradu dengan amethyst Hinata, tangannya mencengkram kuat dagu Hinata lalu Sasori mempertemukan bibir keduanya, sebuah ciuman yang begitu dalam namun sayangnya tidak berlangsung lama- Hinata melepaskan dirinya dengan kasar. "Kau menolak? Menolak tunanganmu lalu mengangkang lebar saat dia menyentuhmu?"

"Pergi dari pandanganku Sasori! Aku bahkan tidak ingin melihat bayanganmu!"

Setelah mengatakannya, Hinata dapat melihat pancaran penuh luka dari mata Sasori. Dia pergi, dan Hinata merasakan dirinya hancur namun disela-sela kehancuran itu Hinata merasa tenang.

.......

Dunia begitu tidak adil, rasanya baru semalam Naruto merasakannya- merasakan hembusan napas wanita itu di pelukannya, baru semalam rasanya ia menyentuh helaian indigo Hinata dan membaui aroma wanita itu, namun hari ini Naruto merasa dunia menertawai dirinya. Apakah yang semalam terjadi hanya ilusinya?

"Shit apa yang kau lakukan disini?" Sasuke mengerutkan keningnya, Naruto ada di kantornya merupakan hal yang tidak wajar, apa lagi dengan sorot mata yang menyedihkan itu.

"Dimana Sakura?"

"Untuk apa kau mencari tunanganku?"

"Membunuhnya, karena menyebabkan Hinataku bertunangan dengan orang lain."

Tawa Sasuke pecah, dia menatap sahabatnya dengan tatapan penuh kegelian. "Hinataku, huh?" Lalu pria bermarga Uchiha itu kembali terbahak. "Sialan Naruto, kau lucu sekali. Kemana Naruto yang beberapa bulan lalu berapi-api ingin membunuh wanita itu?"

"Diam, atau aku akan memecahkan kepalamu. Sakura harus bertanggung jawab untuk semua kekacauan yang diperbuat olehnya." Naruto kembali menuturkan, dia bersandar pada sofa milik Sasuke dan menghela napasnya. "Sakura penyebab semuanya Sasuke!"

"Meskipun Sakura penyebab semua kemalangan yang kau alami, kau tidak sepatutnya menyalahkn dia, kesalahan terbesar ada padamu."

Baru kali ini Sasuke mendapatkan iris safir milik Naruto meredup, baru kali ini ia menemukan sahabatnya itu begitu kalut. Wanita macam Hinata nyatanya bisa menjadi alasan Naruto untuk bertekuk lutut. Cinta, menggelikan sekali jika cinta nyatanya dapat membuat seorang Naruto bertingkah seperti orang gila.

"Dengarkan aku, kau masih Naruto yang sama kan? Naruto yang pernah ku hancurkan wajahnya beberapa tahun lalu?"

"Sialan Sasuke! Lebih baik kau diam saja-

"Kau yang harus diam bodoh," Sasuke memaki, ia bersandar pada meja kerjanya lalu memperhatikan Naruto yang nampak begitu kacau. "Rebut dia! Cinta pertama seorang wanita akan selalu berharga untuknya, rebut Hinata dari Sasori, tiduri dia, buat dia mengandung. Gunakan gaya brengsekmu, humoris nan ramah yang palsu itu."

"Semalam aku sudah meniduri dia, dan sangat disayangkan malam tadi bukan masa suburnya."

Sasuke speechless haruskah dia mengakui jika sahabat sepopoknya itu memang gila? "Kau memperhitungkan masa suburnya?"

"Aku membayar Yamato dengan angka yang besar untuk mengetahui segala hal tentang dia."

"Oke, aku mempunyai teman yang gila." Sasuke kembali ke kursi manager miliknya, dia bersandar dan memijat pelipisnya, ini sama sekali bukan urusannya namun melihat Naruto yang begitu kalut membuat hatinya ikut terenyuh. Sialan, sebenarnya sudah sejauh apa dia dan Naruto bersahabat?

Sasuke memutar otaknya, harus ada alasan bagus jika dia ingin membantu Naruto, sedangkan dia tau Sakura akan memakinya. Hinata, Sasuke mencoba mengingat wanita itu- wanita malang yang masa depannya dirusak oleh Naruto. "Aku tidak punya solusi apapun, sialan aku bahkan membuat otakku berpikir untuk masalahmu!"

"Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Entah, bunuh diri mungkin?" Sasuke menuturkan dengan santai, dia sama sekali tidak berbakat untuk masalah cinta-cinta seperti ini. Naruto mendatangi orang yang salah. "Lepaskan dia, biarkan dia bahagia. Temukan wanita lain."

"Dan membiarkan diriku tersiksa membayangkan dia dijamah oleh sepupu Sakura?"

"Ada sebuah rencana yang ku pikirkan, tapi ini cukup beresiko."

4 Years [PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang