11

4.7K 391 29
                                    


Cause I wished you the best of
All this world could give
And I told you when you left me
There's nothing to forgive.

....

Satu jam perjalanan yang mendebarkan itu akhirnya berlalu. Dengan kecepatan tinggi, akhirnya mobil mewah Naruto tiba di basement apartemennya. Beruntung Hinata sudah tertidur, pasalnya sepanjang jalan perempuan itu terus saja mengusik ketenangannya saat menyetir tadi. Perlahan Naruto membawa tubuh Hinata dalam gendongannya, mencermati wajah polos yang akhir-akhir ini menjungkir balikkan perasaan pria tampan tersebut.

Tangannya mengelus lembut garis wajah Hinata, dan dirinya tersadar alasannya mencintai Hinata dengan begitu liarnya dulu adalah wajah polos yang berangsur menjadi dewasa bertahun-tahun ini. Ia bergeming, menikmati tiap detik yang berubah menjadi menit kala Hinata semakin sempurna saja di matanya. Dia baru tahu dirinya pernah berada dalam tingkat kesempurnaan, yakni saat dirinya bersama Hinata dulu, tahun-tahun lalu yang penuh cinta dan kasih.

Dia selalu melihat bayangan Hinata saat dirinya memejamkan mata selama empat tahun perpisahan mereka, dan Naruto sadar alasannya. Dia baru tahu apa itu cinta, ketika dia melepaskannya.

Naruto melepaskan sepatu dengan hak setinggi delapan centimeter yang menghiasi kaki jenjang Hinata berharap Hinata dapat semakin lelap dalam tidurnya, dirinya menatap mantan kekasihnya itu sekali lagi. "Selamat malam, Hinata." Bisiknya seraya menarik selimut hingga sebatas perpotongan leher wanita tersebut, meski Naruto yakin gaun yang Hinata kenakan tidak cukup nyaman, dia tidak memiliki cukup nyali untuk melepaskan gaun dengan ornamen gliter tersebut.

Baru saja ia hendak berlalu dari ranjang, tubuhnya ditarik oleh gravitasi luar biasa yang membuatnya ikut terbanting di ranjang, ah tidak ia jatuh tepat di atas tubuh Hinata, jangan lupakan kaki-kaki wanita itu melingkari pinggulnya. Oh, Hinata sengaja menariknya.

"Kau terbangun?" Tanya Naruto dengan serak, aliran darahnya secara otomatis menjadi tidak normal saat menyadari posisinya kelewatan intim. "Maaf." Entah apa tujuannya, kalimat maaf itu terdengar begitu ambigu.

"Senpai, kau mau meninggalkan aku lagi?" Air mata yang tertahan membuat kedua bola mata Hinata terlihat berkaca-kaca, dan menatap pantulan dirinya dalam bola mata Hinata membuat Naruto begitu sempurna. Dia tidak menyangka, dirinya akan kembali melihat Hinata menatapnya penuh cinta seperti tahun-tahun lalu. "Aku suka dengan cara mu memanggil namaku, seperti dulu. Sayangnya, kau tidak akan pernah memanggilku seperti itu lagi." Hinata kembali mercau, cahaya temaram dan kesedihan yang tampak jelas membuat wajah Hinata begitu cantik, wanita itu terlihat begitu mengagumkan di mata seorang Uzumaki Naruto.

"Sebaiknya kau beristirahat, kau terlihat sangat kacau. Entah apa yang terjadi, tapi aku tidak mau ikut campur dengan urusan pribadimu. Aku hanya bisa membantu sampai di sini." Naruto hendak beranjak, melepas kukungan Hinata. Namun, tak tahu darimana ia mendapatkannya. Hinata mendominasinya kali ini, perempuan itu sangat kuat menahan dirinya. Meskipun bisa saja ia menepis. Tapi dia tak ingin berbuat kekerasan hingga menyakiti perempuan itu sekali lagi.

"Jangan pergi. Apa aku ini tidak ada artinya lagi bagimu?" Hinata membelai rahang tegas Naruto dengan jemari halusnya, mata laki-laki itu terpejam, ia menggeram untuk meredam desir aneh di tubuhnya.

"Hinata, tolong mengertilah. Keadaannya tidak sama, kau sudah bertunangan," Naruto balik menatap Hinata dengan pandangan yang sama terlukanya. Kalimatnya menggantung, tidak sudi mengucap kalimat sialan itu. "Kau akan menikahi pria lain, aku sudah terlambat."

"Senpai, yang kusukai hanya dirimu. Tidak, aku mencintaimu." racau Hinata kemudian perlahan menarik wajah pria itu dan mencium lembut bibirnya.

4 Years [PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang