Mars

6 1 0
                                    

Hari ini pergi sekolah seperti biasa, malas. Bagaimana tidak, orang-orang rumah semakin sering berdebat. Malam tadi saja piring pecah seperempat lusin. Episode kak Arai versus ayah kembali memuncak, dilanjutkan episode ayah dan ibu yang mulai muncul konflik. Aku tidak tahu cerita selengkapnya di rumah itu, karena aku lelah dan terlelap.

Anak-anak kelas 12-C sedang bergosip sana sini. Macam-macam ekspresi membumbui pergosipan. Senyum, tawa, kerenyit dahi, ekspresi tak percaya dan banyak lagi emotikon-emotikon yang mubazir. Medium di dalam kelas memang terlalu sempit, mudah saja berita itu menyelusup ke telingaku yang kini duduk di barisan nomor tiga dekat jendela. Andai saja ada Syila, mungkin aku tidak akan duduk sendirian di sini, membosankan.

Adalah seorang anak kelas 12-A ingin pindah kelas ke kelasku. Alasannya karena tidak nyaman di kelas A. ini akan menjadi ancaman bagiku, dia akan merebut posisiku sebagai rangking pertama. Dan ternyata dia sudah duduk di bangku paling pojok barisan laki-laki.

Kulitnya putih bersih, tinggi, sedikit berponi, kalau terseyum gigi putihnya berderet dan lesung pipi yang memesona. Oh celaka! Dari tadi aku memperhatikannya. Mulai dari langkahnya ke depan kelas hingga suaranya ketika memperkenalkan diri. Namanya Rio Krisan.

Sudah kuduga, dia menjadi cover boy sekarang. Mudah saja bagi para siswi di kelas untuk berebut langkah mendekatinya, beribu cara sudah dilakukan.

Seperti Miyan yang berjalan melewati bangkunya hanya sekedar ingin di sapa, atau Alba yang mendadak rajin menyapu kelas terutama bangku pojok itu, Rivinia yang tiba-tiba bersedia mengumpulkan buku tugas siswa, modusnya biar bisa mengambil buku Rio, Lauren yang berubah menjadi lebih feminim, aslinya tomboy akut, Fragaria yang selalu pura-pura meminjam pensil dan semua kegilaan lainnya yang membuang-buang energi saja. Lalu apa tanggapan Rio, Biasa saja. Kasihan, memang.

Lihatlah! Bahkan sekarang dia melangkah ke arah mejaku dan mengacuhkan para pencari perhatian itu, oh malangnya.

“Aku ingin bicara denganmu setelah pulang sekolah nanti!” Tanpa ba-bi-bu, tanpa memberi kesempatan padaku untuk menanyakan maksudnya, tanpa persetujuan dan tanpa apapun dia melewati begitu saja, hanya melewat dan berbisik. Makhluk aneh mana lagi yang mendekatiku setelah Sei.

Sekarang adalah jadwal wali kelasku mengisi pelajaran. Geografi, pelajaran yang paling kusukai apalagi kalau membahas tentang luar angkasa, seperti planet dan kawan-kawannya. Betapa imajinasiku ikut bermain hingga aku berani membayangkan ada kehidupan di semua planet itu dan aku bisa jalan-jalan ke sana. Bisa diterima, tapi tidak masuk akal.

“Mars. Adalah salah satu anggota planet dari sistem tata surya yang ada di jagad raya ini.” Bu Siena memulai pembukaan pada mata pelajaran Geografi yang ternyata baru ku sadari sudah Bab V tentang Sistem Tata Surya. Aku semangat, ya aku semangat. “Minggu lalu kita sudah membahas tentang matahari, merkurius, venus dan bumi. Sekarang ibu akan melanjutkan dengan pembahasan planet berikutnya yaitu Mars.”

Sial, ternyata minggu kemarin aku membolos dan melawatkan materi sebelumnya.

“Tugasnya sekarang kalian cari tahu tentang planet Mars! Apa saja yang ada di sana dan apa saja yang sudah dilakukan makhluk bumi, err maksud ibu kita manusia dalam meneliti planet Mars tersebut.”

Riuhlah seisi kelas mencari-cari halaman di buku, ada yang keluar bangku demi menanyakan informasi kepada kawannya yang duduk agak jauh darinya. Tidak ada. Tidak ada satu pun di antara mereka yang mau mampir di mejaku, sekadar menanyakan halaman berapa atau hai Emilli aku ingin menjadi temanmu – rasanya tidak ada hubungannya – menyedihkan sekali, tanpa Syila, ah Syila kembali mencuri konsentrasiku.

“Drrrttt… Drrrttt… Drrttt!!!” Sial ternyata handphoneku bergetar, siapa yang memberi pesan di saat jam pelajaran seperti ini, aku menggerutu pada handphone ku sendiri.

From: Makhluk Astral

Hai Emi, kau sedang belajar ya. Oh iya tadi aku melihat jendela kelasmu – aku melirik jendela kelas, tak ada siapapun – aku tahu kau sedang belajar Geografi tentang planet Mars. Kau tidak tahu kan harus mencari informasi kepada siapa? Tanyai aku saja, aku banyak tahu tentang planet itu. Lagi pula nilai Geografiku hampir sempurna – siapa yang tanya, pikirku – tanpa kau minta pun akan kuceritakan padamu, tapi kau jangan lelah membaca pesanku ya.

Hiy bagaimana bisa dia mengetik kata-kata itu dalam pesan singkat. Dasar Sei, si makhluk astral. Apa yang akan dilakukannya.

For: Makhluk Astral

Sudah cukup! Aku akan mencari tahu sendiri. mengganggu saja!

From: Makhluk Astral

Belum juga lima menit, dia sudah mengirimiku pesan lagi. pesanku saja mungkin belum sampai padanya.
Aku mengklik tombol ‘read’ dan betapa terkejutnya aku saat ini, hampir saja kubantingkan handphone di genggamanku kalau tidak ingat betapa susahnya aku mendapatkan handphone seperti ini.

Mulutku ternganga, tak mau mengatup. Mataku melotot, menatap horor deretan kata-kata di layar kecil itu. Tidak usah, aku tidak usah membuka buku, tidak perlu mencari-cari situs web. Yang benar saja, Sei mengirimiku pesan sepanjang ini. Tentang planet Mars.

Siap-siap sakit jempolmu Emili :-D

Dalam perhitungan makhluk bumi, Mars adalah planet urutan ke empat dari matahari. Jarak rata-rata ke matahari sekitar 228 juta km, periode revolusinya sekitar 687 hari, sedangkan periode rotasinya sekitar 24 jam 37 menit. Diameter planet sekitar setengah dari diameter bumi (6.790 km), diselimuti lapisan atmosfer yang tipis dengan suhu udara relatif lebih rendah daripada suhu udara di bumi. Planet Mars mempunyai dua satelit alam, yakni Raja Phobos dan Ratu Deimos – apa-apaan sebutan raja dan ratu ini, pikirku.

Kau tahu Emi, Mars itu planet yang hampir mirip dengan bumi, sehingga memungkinkan ada kehidupan. Percaya tidak? Banyak manusia bumi yang tertarik dan meneliti planet Mars. Pada abad ke 70-an sebuah benda bumi berhasil mendarat di Mars, dan menurutku itu sangat mengganggu sekali. Mereka mengambil sampel tanah planet Mars.

Banyak sekali manusia-manusia yang berotak cerdas dan licik itu tertarik dengan planet ini. Mereka melakukan penelitian dengan sampel tanah tersebut dan mereka terkejut dengan adanya zat perchlorates. kau tahu kan apa itu zat perchlorates, tidak akan aku jelaskan di sini. Tentu saja kabar tersebut merupakan kabar yang menggembirakan bagi para penggemar UFO, tapi ini adalah aib bagi para penghuni Mars. Para manusia licik berkepala brilian itu akan mengirimkan kembali pesawat antariksa mereka ke Mars di tahun masa depan ini. Ini adalah misi dari pesawat X-Mars untuk menganalisa atmosfer yang ada di planet Mars dan juga mencari bukti-bukti aktivitas biologi ataupun geologi pada planet yang memiliki julukan sebagai planet merah ini.

Kabar yang mengejutkan untukmu Emi dan semua makhluk bumi lainnya bahwa sebentar lagi, entah kapan Spice-X ingin membom nuklir planet Mars agar bisa dihuni manusia. Bayangkan olehmu Emi, membom nuklir Mars! Manusia akan menguasai Mars juga, ini tidak adil bukan. Dia berpikir dengan dibom atom, planet Mars bisa panas dan berpotensi untuk jadi tempat tinggal manusia. Aku membayangkan betapa menderitanya Mars saat itu.

Baiklah kuhentikan dulu sampai di sini, pasti kau lelah dan bosan membacanya. Mungkin juga kau sudah tertidur karena pesanku ini, haha.

Ku harap kau paham.

Apa-apaan dia mengirimku pesan sepanjang ini. Lagi pula bagaimana caranya dia mengetik sebanyak ini, apa mungkin keyword di handphone nya mencukupi.

“Dasar manusia aneh! Makhluk astral! Supranatural! Misterius!”

“Emi! Bisakah kau mengecilkan suaramu!”

“Oh iya bu, maafkan aku!”

Menyebalkan sekali, gara-gara teriakanku memaki Sei, aku menjadi bahan tatapan semua makhluk di kelasku. Kemudian kembali pada rutinitas bergosipnya, entah apa yang dibicarakan, yang jelas tokoh utamanya adalah aku, Emilia Sinensis.

Waktu berlalu dengan lihainya, pelajaran Geografi pun usai sudah. Semuanya bersiap untuk pulang. Begitupun denganku. Kumasukkan satu per satu benda di atas mejaku, buku tulis, buku referensi, pensil, pulpen, tipe-X. Aku memegang lama benda terakhir yang akan ku masukkan, rasa-rasanya nama itu.

“Emi! Aku ingin bicara denganmu.”
Sesegera aku memasukkan tipe-X ku ke dalam tas. Rio. Ya, dia sudah berada di depanku.

“Kau mau bicara apa?”

“Sebaiknya kita keluar dulu, sebentar lagi kelas dikunci.”
.
.

MARSTEROIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang