“Sudah kuduga, kau ke tempat ini lagi.” Rio menghampiriku kemudian duduk dengan malas.
“Ada hal yang lebih penting dari mengikuti jam olahraga.” Jawabku tanpa menoleh ke arah Rio sedikitpun.
“Apa Yang sedang kau lakukan?” Rio mulai penasaran dan kini ikut menatap layar monitor laptopku. “Oh, sedang mengusut kejadian yang menimpa temanmu itu ya.”
“Aku tidak tahu, kenapa Alina tega melakukan hal jahat seperti ini.”
“Apapun akan dilakukan gadis serakah itu untuk popularitasnya.” Rio akhirnya duduk bersandar sambil menatap langit yang cukup berawan. Kami duduk bersisian.
“Apa maksudmu? Kau sepertinya tahu banyak tentang gadis itu.” Aku mulai sedikit tertarik dan siap mendengarkan penjelasan berikutnya.
Alina adalah anak dari kepala sekolah yang terkenal dengan kesempurnaannya dalam segala hal. Dalam kecantikan, kepintaran, keaktifan dan masih banyak lainnya. Namun, dia juga terkenal dengan kesombongannya yang sempurna. Jika ada orang yang mampu melebihi satu saja dari popularitasnya, dia akan melakukan hal-hal kotor untuk merebut kepopularitasan itu. Dia adalah satu-satunya siswa yang memiliki pengaruh besar di sekolah ini. Bahkan dia menganggap dirinya sebagai ‘Ratu Kesempurnaan’.
Alina adalah teman sekelas Rio, sebelum Rio pindah kelas. Namun, tetap saja dia tidak bisa menandingi kecerdasan Rio Krisan, sang Einstein abad ini.
“Tapi dia tidak bisa melakukan cara kotor padaku.” Rio tersenyum penuh kemenangan.
“Yah, kurasa karena dia menyukaimu Rio.” Aku kembali berkutat dengan laptopku.
“Ah, mungkin saja begitu. Dia gadis yang sangat licik.”
“Tentu saja sangat licik. Dia mengancam Syila agar menurunkan nilainya, terutama nilai eksak. Kau tahu kan, Laplace di kelasku itu Syila. Dan si Alina ini ingin merebut kepopularitasan itu dari Syila.”
“Serakah, sangat serakah. Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang Emi?”
“Aku ingin mencari kebenaran dari video itu. Aku harus menyelamatkan nama baik sahabatku.”
“Mungkin aku bisa membantumu.” Rio menawarkan diri.
“Kau yakin?”
Rio mengambil laptopku tanpa berkata-kata. Dia meng-close semua pencarianku dan beranjak menuju tempat kejadian.
“Di sini kan lokasi kejadian itu?”
“Kalau melihat video itu memang di sini kejadiannya.”
Aku mengikuti Rio yang berjalan ke arah ujung gedung. Rio sepertinya sedang mencari sesuatu, layaknya seperti seorang detektif.
‘’Apa di sekitar sini ada cctv?”
“Ada, di sana.” Aku menunjuk pada sebuah kamera pengintai yang diselipkan di bagian yang tertutup atap genting perpustakaan, bagian jalan keluar masuk atap gedung.
“Hmm. Ayo kita telusuri ke ruangan cctv!” Rio terburu-buru menuruni tangga dan masuk ke dalam gedung perpustakaan.
Aku mengikutinya, meski langkahnya hampir tak terkejar.
Sampailah di depan pintu ruangan yang cukup besar, tempat penyimpanan layar-layar monitor kamera pengintai di setiap sudut ruang perpustakaan. Tentu saja tidak mudah memasuki ruangan itu. Ada bagian penjaga yang selalu setia menjaga ruangan ini. Rio yang menghadap petugas itu, entah apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya sangat mudah bagi Rio untuk memasuki ruangan itu. Aku pun diajak memasukinya. Kami berdua tetap dalam pengawasan penjaga ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARSTEROID
FantasyJangan menyelami ceritanya jika kalian tidak ingin tenggelam dalam sebuah kegilaan.