Handphone ku terus berdering, sepertinya si makhluk astral itu terus-terus mengirimiku pesan. Aku malas membacanya hingga ku biarkan saja handphoneku berteriak-teriak. Malam ini aku benar-benar tidak bisa memejamkan mata dengan tenang. Pikiranku kembali teringat pada kata-kata Rio tentang alien Mars. Aku menatap langit malam melalui jendela kamarku. Langit yang indah dihiasi milyaran bintang.
Aku ingat, dulu ketika ayah masih menjadi ilmuwan biasa sering menceritakan kisah tentang kerajaan langit. Ada sepuluh bintang paling terang di kerajaan langit, yaitu Sirius, Canopus, Alpha Centauri, Arcturus, Vega, Capella, Rigel, Procyon, Achemar, dan bintang Betelgeuse. Aku pernah bertanya kepada ayah, apakah baginda raja langit yang menciptakan bintang-bintang terang itu? Ayah menjawab ya, semuanya diciptakan dan diberi nama oleh baginda raja.
"Jika aku ke sana, apakah aku bisa bertemu dengan baginda raja langit?"
Ayah menghela nafas dan membuangnya terdengar seperti orang yang sudah putus asa, "Hanya orang-orang spesial dan istimewa yang bisa bertemu baginda raja."
Aku tidak tahu yang diceritakan ayah dulu adalah sebuah dongeng pengantar tidur atau sebuah kisah filsafat, yang menarik perhatianku saat ini adalah sebuah bintang yang terlihat terang dan begitu mencolok dengan pancaran sinar berwarna biru, di dalam hatiku bertanya apakah itu bintang Sirius, Vega atau Rigel. Entahlah sepertinya mataku sudah mulai lelah dan ingin menutup kelopaknya.
Hari ini moodku sudah cukup membaik, akhirnya Syila bisa pergi ke sekolah lagi. Sepertinya laporanku dan Rio sudah sampai kepada kepala sekolah. Dan kepala sekolah sudah mengumumkan pembersihan nama baik Syila yang tidak bersalah.
"Terima kasih Emi, kau sudah menyelamatkan nama baikku." Kata Syila di pagi yang cerah ini
"Tenang saja, kau sahabat baikku. Aku akan selalu membantumu."
Aku meilhat Rio melambaikan tangan dan berlari ke arah kami, aku hanya bisa menghela nafas, mau apa lagi dia.
"Emi, aku harus memberi tahumu sesuatu. Ayo kita bicara di ruang laboratorium."
"Apa aku boleh membawa Syila?"
"Hmm."
Aku dan Syila saling tatap dan mengikuti Rio ke ruang laboratorium.
"Apa kau hari ini bertemu dengan si Sei?"
"Hmm.. belum." Jawabku sambil sedikit berpikir.
"Kakekku seorang professor astronomi, dulu dia pernah menyelidiki kasus terkait planet Mars." Rio memulai pembicaraannya dengan serius. "Kakek bilang makhluk Mars memang ada, bahkan mereka bisa hidup ribuan tahun."
"Ini gila, apa kau sedang membuat sebuah dongeng?" Aku tak percaya dengan penjelasan Rio.
"Makhluk bumi yang memiliki gen keturunan makhluk Mars bisa melihat mereka. Kita memang berada dalam dimensi yang berbeda dengan mereka dan mereka benar-benar ada."
"Cukup Rio! Aku harus pergi ke kelas sekarang!"
"Tunggu Emi!"
"Makhluk Mars memang ada Emi!" Syila mulai membuka mulutnya membuat langkahku terhenti. Aku berbalik menatap Syila.
"Emi, ayahku adalah alien Mars dan ibuku manusia bumi biasa. Aku menjaga rahasia besar ini darimu, karena aku takut kau tidak mau berteman lagi denganku. Sama seperti orang-orang yang mengetahui kalau ayah adalah makhluk Mars, mereka langsung mengusir kami dan mengasingkan kami ke tempat terpencil." Kulihat mata Syila mulai berkaca-kaca, tapi dia menahannya untuk tidak menangis. "Aku adalah keturunan Mars, itu sebabnya aku juga bisa melihat Sei."
Aku terdiam mencoba memahami setiap kata yang diucapkan Syila. Kalau begitu aku juga keturunan Mars, karena aku bisa melihat Sei. Tapi, siapa alien Mars di keluargaku, ibu ataukah ayah. Dan kenapa mereka menyembunyikannya dariku. Lalu apakah kak Arai dan kak Elisa juga tahu tentang ini. Aku harus mencari Sei dan menanyakan semua ini kepadanya, kupikir dia tahu segalanya.
"Kakekku membuatkan kacamata dua dimensi yang akan kupakai mulai hari ini. Dengan begitu aku bisa melihat dan mendeteksi keberadaan makhluk Mars yang datang ke Bumi. Aku penasaran dengan kedatangan mereka ke Bumi. Emi, Syila, kalian adalah setengah manusia untuk saat ini. Aku tidak tahu apa kalian memiliki hati manusia Bumi atau alien Mars."
Bletakkk!! Aku memukul kepala Rio dengan tanganku.
"Bodoh! Apa pun statusku saat ini, aku tetap akan melindungi Bumi. Karena aku bukan alien Mars." Aku berlalu meninggalkan ruang laboratorium dan sepertinya Syila mengikutiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARSTEROID
FantasiJangan menyelami ceritanya jika kalian tidak ingin tenggelam dalam sebuah kegilaan.