Dia Mengganggu Kami

7 2 0
                                    

Pagi itu aku dengan Budi pergi ke kantin. Kata Budi dia belum sarapan tadi. Aku hanya bisa mengikutinya dan kalo aku gak mengikutinya dia bisa ngambek nanti. Dia sudah menghabiskan 1 piring nasi dan 2 roti kecil. Aku bertanya pada diriku “dia tuh sebenernya gak makan berapa lama sih.” Ketika kami akan kembali ke kelas, aku melihat Isma berada di kantin. Tapi aku malu untuk menyapanya. Karena dia bersama dengan teman temannya dari banjari. Ia kelihatan sangat berwibawa, cantik dan juga pintar. “Hei Surya, ada Isma tuh. Kenapa kamu gak duduk disana?” tanya Budi. “Nggak Bud, aku sungkan. Disana ada banyak temennya.” “Gini aja deh, gimana kalo kita jalan didepannya. Kalo dia menyuruh duduk, ya nanti kita duduk.” Entah kenapa meskipun Budi itu payah dalam masalah hitung menghitung, tapi ia malah memiliki banyak sekali ide yang bermanfaat. Aku menuruti kata kata Budi, dan berjalan kedepan Isma. Dan benar saja, dia melihatku dan  menyapaku. “Hei Surya, kemari duduk sini. Aku punya pertanyaan buat kamu.” Aku dan Budi pun duduk. “Oh iya, ini temenku Bud-“ Sebelum aku menyelesaikan kata kataku, Budi menyelat. “Aku Budi, teman terbaik Surya hehe.” “ Ohh salam kenal ya Budi, aku Isma.” Isma pun tidak lagi menanggapi Budi dan bertanya padaku. “Uhmm Budi, aku punya tugas Biologi. Tapi gak bisa ngerjain. Bisa bantu gak?” Ternyata Isma ingin bertanya tentang Biologi. Sebelum aku selesai membaca soalnya, siswa yang duduk disebelah Isma menggebrak meja dan berkata “Ketua, kenapa kau tanya dia?! Kan kita semua disini mau belajar bareng! Kenapa kamu malah tanya dia sih?! Dia juga kelihatan sok mengerti dan sombong!” aku kaget dengan kata katanya. Padahal aku gak ngapa ngapain. Karena gak mau ada masalah, aku diam. Tapi, malah Budi yang menanggapinya. “Hei, yang ditanya pada Isma itu temenku Surya. Kenapa kau yang sewot? Lagipula kalo pun daritadi belajar bareng pasti soal kek gini itu udah selesai semua. Kalo kau gak mau kami disini, yaudah pergi aja! Mending yang pergi kamu karena Surya masih mengajari Isma.” Mendengar kata kata Budi, siswa itu pun pergi dengan perasaan marah. Setelah ku lihat, bet dari seragamnya berwarna hijau. Yang dimana, bet menunjukkan bahwa kita berasal dari kelas berapa. Jika kelas 10 itu hijau, jika kelas 11 itu kuning, dan jika kelas 12 itu merah. Jadi berarti, siswa itu adalah adek kelasku juga adek kelas Isma. “Budi, mengapa kau seperti itu?! Seharusnya kau biarkan dia.” Aku menegur Budi. Isma pun kusuruh untuk mengejarnya. “Hei, mengapa kau menyuruh Isma untuk mengejarnya? Biarin aja mah. Lagipula, jangan takut kalah saing ya. Kan, Surya udah dikasih surat yang ada love nya oleh Isma. Jadi santuy aja.” Kata Budi dengan santai. Semua teman dan adek kelas yang mengikuti ekskul banjari yang berada disana kaget. Karena, tidak disangka ketuanya memiliki orang yang dia sukai. 10 menit berlalu siswa itu kembali ke kantin. “Ohh, jagoan kembali. Kenapa kau tadi marah? Bahkan kami belum selesai menyelesaikan soalnya. Kau tidak suka ada Surya disini? Biar bisa dekat dengan Isma? Atau takut kalah saing dengan Surya? Ish ish, kalo mau bersaing, jangan marah marah dong. Kalo kau mau bertengkar, lebih baik denganku karena Surya masih 3 hari disini.” Kata kata Budi sangat menyerangnya. Siswa itu mengepalkan tangannya seperti akan menghantam Budi. Isma hanya bisa diam dan terlihat takut. “Isma maaf, aku gak bisa mengajarimu. Tapi aku udah menjawab semua soalnya. Kami harus kembali kekelas. Jika ada bantuan apa apa kamu bisa chat aku. Ayo Budi, kita pergi!” aku pun kembali ke kelas dengan Budi. “Budi, jangan seperti itu. Aku malah bisa semakin jauh dengan Isma. Aku ingin berbincang dengan Isma, tapi kamu malah seperti itu.” Aku menegur kembali. “Maaf teman, aku cuma ingin membantu temanku. Dia itu kurang ajar soalnya.” Kata Budi. Aku memaklumi kata kata Budi. Aku memaafkan nya. Tak berselang lama, datang lah sarah dan berkata. “Budi itu emang kayak gitu. Semua orang diajak berantem. Tangannya gatal karena udah lama gak berantem.” Kata Sarah dengan nada mengejek. “Lagipula Isma itu suka dengan Surya karena sikapnya. Jadi, kamu gak perlu jadi seseorang yang berbeda, Surya.” Kata Sarah. “Aku mengenal betul Si Isma, karena dari SD hingga sekarang, kami berteman.” Ternyata Sarah adalah teman dari Isma. Tiba tiba ada yang menarik kecil bajuku dari belakang. Rupa rupanya dia itu Isma. “Eemmm Surya, maaf yang tadi ya. Aku udah ngobrol dengannya dan dia mau minta maaf, tapi lewat aku. Karena kita belum belajar bersama, gimana kalo kita ke perpustakaan kota? Sarah juga boleh ikut. Kalo mau Budi juga. ” Dia mengajakku ke perpustakaan untuk belajar bersama. “Aku mau Isma, asalkan gak ada teman dari banjarimu. Aku sungkan.” Kataku. “Halaaahhh, Surya kan ganteng kenapa harus sungkan.” “Bener, kalo mau berdua ya ngomong aja gak usah alesan.” Sarah dan Budi mengejekku. Mereka terlihat seperti ular yang menggeliat. “Hihihi, kita ke perpustakaan nanti sore sampe maghrib ya. Jangan telat!”  Lalu Isma berpamitan dan meninggalkan kami. “Hei Sarah, kamu cium bau cinta gak?” tanya Budi pada Sarah untuk mengejekku. “Hmm iya, bau manis cinta. Kira kira siapa yang jatuh cinta.” Sarah pun mengejekku pula. “Kalian mau ikut ga?” aku menawari mereka dan mereka menolaknya. Alasan mereka, mereka males. Ngomong aja biar aku bisa berdua dengan Isma. Ada notifikasi yang masuk ke hapeku. Ternyata itu Line dari Isma. ‘Nanti ketemu di gerbang sekolah yah❤” mengapa dia selalu memberiku emoji cinta? Pulang sekolah pun tiba. Sesuai janji, aku menunggu dia di gerbang. Tidak berselang lama, Isma menyusul ku di gerbang. Dengan berlari kecil, jilbabnya yang terkena hembusan angin, dan langit yang cerah membuatnya semakin memikat hatiku. Tapi, aku juga menyukai 8 cewek lain itu. Aku bingung harus bagaimana. “Udah lama? Maaf aku mengecek barangku lagi tadi.” Kata Isma. “Gapapa kok. Ayo kita pergi. Maaf ya, aku naik vespa.” Tapi sepertinya Isma malah suka kalo aku naik vespa. Dari sekolah ke perpustakaan kota kira kira 15 menit. Selama diperjalanan aku bertanya pada Isma, siapa sebetulnya siswa tadi. Isma menjawab “Dia adik kelasku. Dia juga masuk banjari. Tapi aku gak tau, dia itu masuk banjari sebabnya aku atau keinginannya sendiri. Tapi aku berusaha gak suudzon dan berpikir bahwa dia ikut banjari untuk keinginannya sendiri.” Isma adalah wanita yang sholehah dan cantik. Tak ayal banyak yang suka dengan dia. Pipinya yang berisi dan merah, badannya yang tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus semakin membuatnya populer diantara para kaum adam. Akhirnya, kami sampai. Kami mencari tempat duduk yang kosong. Kami belajar bareng seperti biasa. Kadang juga kami bercanda satu sama lain. Ketika dia mendengarkan musik, aku bertanya padanya “Isma, kamu dengerin apasih? Kayaknya seneng gitu.” “Mau denger?” Dia menawariku dan melepas salah satu earphone dari telinganya dan memberikannya padaku. Aku mengira bahwa yang ia dengar adalah lagu tentang islam. Ternyata.....lagu yang dia dengarkan adalah lagu metal, rock dan emo. Yang kami dengarkan sekarang adalah Slipknot berjudul The Devil In I. Isma bertanya “Kenapa? Gak biasa ya lihat aku yang kayak gini suka lagu metal.” “Iya soalnya kamu itu kayak anak calm gitu. Ternyata suka Slipknot.” Dia tertawa kecil. “Akj suka dengan Slipknot agar aku selalu bersemangat. Banyak sekali orang yang membuatku capek dengan dunia ini. Contohnya adek kelasku tadi. Contoh yang lain sekolah yang memaksaku untuk selalu menang dalam seluruh lomba banjari. Aku capek juga dengan banyak sekali godaan dari para laki laki yang ada disekolah. Tempat yang paling aman adalah dirumah dimana Abi dan Umi ku sangat menyayangimu. Banyak yang iri denganku dan banyak juga yang berkata bahwa aku sok suci. Padahal kan aku Cuma ingin menjalankan apa yang disuruh oleh Abi dan aturan agama. Maafkan aku, seharusnya kita belajar disini, malah sedih sedihan haha.” Kata Isma sambil menahan nangis nya. “Sabar Isma, kamu punya Abi yang sangat hebat. Aku harap dia menyayangimu dan memiliki panjang umur. Umimu juga. “Aamiin, terima kasih Surya.” Mendengarkan musik kesukaan bersama, ditemani Isma merupakan sesuatu yang sangat berharga untukku. Kebesokannya, aku bertemu dengan Isma lagi. “Apa kabar Isma?” Dia hanya melihatku dan langsung pergi. Seperti ada sesuatu yang mengganjalnya. Aku mengejarnya dan menanyainya apa yang terjadi. Dia hanya berkata “ Gak ada apa apa Surya, sudah sana pergi!” Dia mengusirku. Aku bertanya pada diriku sendiri sebenarnya apa yang terjadi. Apa aku ada salah padanya. Ketika aku kekelas Budi tidak ada, tapi tasnya sudah di bangku. Ketika ingin duduk, tiba tiba Budi membawa adik kelas dari Isma kehadapanku. Sepertinya mereka habis berkelahi. “Mengapa kau membawanya kemari Budi?” tanyaku. “Kau pasti berpikir mengapa Isma menghindari mu. Dialah penyebabnya, ketika kalian sedang mendengarkan musik, dia memotret dan berkata bahwa kalian melakukan hal yang aneh aneh. Sampai Abi dari Isma pun kaget dan mempercayainya. Dan sekarang, Abi dari Isma membencimu, Surya.” Tak kusangka, dia memfitnahku dengan cara yang licik. Dia membuntutiku sampai ke perpustakaan. Ketika ada kesempatan, dia menyerang ku dengan fitnah tersebut. “Dengarkan aku ya, kau harus menjelaskan semuanya pada Abi dari Isma. Kau memfitnah mereka berdua. Jadi, kau harus tanggung jawab.” Kata Budi. “Mengapa kau melakukan hal itu? Mengapa?” tanyaku keheranan. “ITU KARENA KAK ISMA SUKA DENGANMU. DIA PERNAH BILANG KE GRUP BANJARI. BAGAIMANA SEHARUSNYA CARA MENCINTAI SESEORANG. Dan aku tahu, itu bukan lah aku. Aku dibakar oleh api cemburu. Meskipun mengikuti cara kotor, aku akan melakukannya.” Pernyataannya membuatku kaget. Tak selamanya anak yang sering ke masjid adalah anak yang baik baik. “Hei teman, kalo kau mengambil cara kotor itu berarti kau itu sangat lemah. Kau tak berguna.” Kata Budi. Menurutku kata Budi itu benar. Hanya untuk cinta, ia rela untuk mengambil jalan yang salah. “Aku memaafkanmu, tapi kau harus mempertemukanku dengan Abi dari Isma dan menjelaskan semuanya. Ketika isirahat aku bertemu dengan Isma lagi. Padahal aku didepannya, dia hanya memandangku dan pergi. Ketika akan pergi, aku memegang tangannya agar dia tidak lari lagi. “Aku tau semuanya Isma, aku akan menjelaskan semuanya pada Abimu.” Kataku. “Aku tidak menyangka, orang yang aku percaya malah memfitnahku. Aku hanya ingin belajar bersamamu. Tapi kenapa malah dia memfitnahku. Aku dimarahi oleh Abiku. Aku tidak boleh bersamamu lagi. Tolong Surya, jangan buat Abiku membencimu.” Setelah itu dia meninggalkanku lagi. Sorenya, aku, adik kelas dari Isma dan Budi berkunjung ke rumah Isma. “Assalamualaikum” ucap salamku saat dirumah Isma. Dan ternyata yang membukakan pintunya adalah Abi dari Isma. “Waalaikumsalam.” Abi Isma menjawab salamku. Dia terlihat sangat marah padaku. Kami berempat duduk dan menjelaskan tujuan kami. “Sebenarnya, tujuan kami kemari untuk meluruskan apa yang salah. Sebenarnya saya dengan Isma tidak melakukan sesuatu yang aneh. Kami belajar bersama disana. Isma bertanya tentang Biologi.” Kataku. “Tidak perlu penjelasan lagi, semua sudah jelas bahwa kau berduaan dengan anakku. Kau tak perlu bohong karena bohong adalah sifat yang paling kubenci. Selamanya aku tak akan merestuimu dengan anakku.” Aku melihat di belakang tirai, Isma menangis tersedu sedu dan langsung masuk ke dalam rumahnya. Adek kelas dari Isma hanya diam saja. Dia tidak berbicara apa apa. Hanya tertunduk lesu. Budi langsung mengatakan “Saya adalah saksi pak. Dia (adek kelas Isma) telah memfitnah temanku ini. Saat dikantin saat itu, dia bersama teman temannya dan saya bersama teman saya. Saya mendengar bahwa langkah setelah dia memfitnah Surya adalah dia akan menyatakan cintanya pada kak Isma. Dia sengaja untuk menjauhkan Surya dari Isma pak. Padahal, Isma dan Surya adalah teman biasa. Jika mereka berdua saling suka, itu wajar karena Allah menciptakan makhluknya berpasangan. Sudah lumrah kalo cinta mereka tumbuh.” Mendengar hal itu Abi Isma masih sedikit percaya. “Kalau kau memang belajar, beritahu aku apa yang kalian pelajari?! Bab apa? Jam berapa?” kata Abi dari Isma. “Kami belajar tentang organ tubuh manusia pak, Bab 6 saat itu jam 4 sore. Kami sambil makan ubi rebus karena itu kesukaan Isma. Kami belajar sampai jam 5. Isma bertanya padaku sekali sekali fungsi dari organ tubuh itu apa. Selain itu kami juga saling bertukar pikiran tentang anatomi tubuh manusia. Anak bapak suka dengan sesuatu yang tidak biasa. Cerita itu runtut pak. Kami berduaan bukan berarti melakukan sesuatu yang aneh aneh. Budi dan Sarah sebenarnya mau ikut, tapi karena mereka malas jadi mereka tidak ikut.” Jawabku dengan lantang. “Hei teman, katakan sejujurnya kalo kau tuh bohong pada Abi nya Isma.” Kata Budi. “Beee......betul pak, saya memfitnah mereka berdua untuk mendapatkan restu dari bapak agar saya bisa mempacari anak bapak.” Mendengar hal itu Abi Isma naik pitam. Ia sangat menyayangi anak semata wayangnya itu. Tak lama, Abi Isma meraih kera baju dari adik kelas Isma dan hampir meninjunya. Semua nya melihat ke Abi dari Isma. Termasuk Isma dan Uminya. Aku merasa kasihan pada adik kelas Isma dan ketika tinju Abi Isma melayang ke wajah adik kelas dari Isma, aku meraih tinjunya dan menghentikannya. “Sudah pak, dia termakan hasutan setan. Semua manusia memang seperti itu. Istighfar pak, lagipula dia sudah dewasa dan mau meminta maaf. Maafkan dia pak.” Kataku itu membuat panas hati dari Abi Isma sedikit mereda. Dia melepaskan genggamannya dan melemaskan tinjunya. “Astaghfirullahhaladzim. Maafkan Abi, Abi tidak mau anak semata wayangnya di begini kan. Surya, kau memang anak yang baik. Maafkan Bapak ya. Maafkan Abi juga ya Isma.” Isma memaafkan Abinya dan termasuk aku juga adik kelas dari Isma. Ketika Budi dan adik kelas dari Isma pulang, aku terakhir yang tinggal disana. “Hei, kamu hebat banget bisa membuat Abiku bisa mempercayai mu. Maafkan aku juga aku gak menghiraukanmu tadi.” Wajahnya memerah dan memalingkan wajahnya dari ku. “Kalo mau, kamu bisa kesini lagi kapan kapan, kata Abiku seperti itu.” Sepertinya, aku sudah mendapatkan predikat baik pada Abinya Isma termasuk ke Umi nya. Umi dari Isma menghampiriku “Nak Surya, makasih ya udah buat Abinya Isma gak marah lagi. Kalo Umi sih, setuju aja kalo besok kalian udah besar kalian akan menikah. Ini buat keluarga dirumah.” Kata kata Umi Isma membuat wajahku dan Isma memerah. Aku juga diberi bingkisan berupa buah buahan. Setelah itu aku berpamitan dengan keluarga bahagia Isma dan pulang. Hari ini merupakan hari yang menyenangkan.

A Tale About My Love (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang