Jangan lupa vote sebelum mulai membaca ceritanya.
Terimakasih.•••
Bel pulang sekolah sudah berbunyi kurang lebih dua puluh menit yang lalu tapi gadis cantik itu masih betah duduk di dalam kelas menunggu suasana sekolah benar-benar sepi. Keyla sudah pamit sepuluh menit yang lalu karena gadis itu katanya sudah tidak betah berlama-lama di kelas, liat kelas saja sudah pusing apalagi kalau ditambah belajar, makin pusing.
Kalian tau ada kabar buruk apa untuk Nata hari ini? Kabar buruknya adalah tadi saat jam istirahat mamahnya mengirim pesan kalau Nata harus pulang sendiri mulai sekarang, mamahnya hanya akan mengantar ketika berangkat sekolah saja. Astaga, ingin rasanya saat ini Nata berdo'a agar mamahnya semakin menjadi wanita sholeha karena sudah membuat anaknya ingin menangis saja.
Tiga puluh menit berlalu akhirnya ia memutuskan untuk keluar kelas dan langsung pulang tentunya. Keadaan sekolah sudah sepi, hanya ada beberapa siswa yang berlalu lalang. Kakinya berhenti melangkah ketika sampai di teras depan sekolah, gadis itu menatap ke arah langit dengan lekat. Hujan turun dengan deras. Nata memutuskan untuk menunggu sebentar sambil berpikir apakah ia harus menerobos hujan atau harus menunggu sampai hujan reda.
Setelah banyak pertimbangan di otaknya, gadis itu memilih untuk menerobos hujan. Satu yang harus kalian tau, gadis itu sangat menyukai hujan. Bagi Nata, hujan adalah teman sepinya. Berkat hujan, hampir semua orang memilih untuk berdiam diri di rumah dan disaat itu lah Nata bisa keluar tanpa perlu merasa takut akan keramaian. Hujan juga bisa membantu menyamarkan sebuah perasaan seseorang, menangis misalnya. Gadis itu berjalan santai menuju gerbang sekolah, orang-orang yang melihatnya pasti berpikir gadis itu cukup nekat karena menerobos hujan selebat itu tapi Nata tak peduli apa kata orang. Toh karena hujan juga kondisi jalanan cukup sepi, itu juga sangat membantu bagi orang seperti dirinya.
Nata berhenti di halte depan sekolah, tangannya ia tadahkan untuk bermain air yang menetes dari atap halte. Gadis itu memejamkan matanya sambil tersenyum, merasakan kenyamanan dan suara gemericik air hujan yang sangat menenangkan. Sampai tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan membawanya mundur beberapa langkah.
"Lo gila ya? Kalo sakit gimana bodoh?!" Nata sontak membuka matanya dan terkejut mendengar bentakan dari seseorang di depannya
"Dasar bocah," lanjutnya. Nata masih diam memandangi laki-laki di depannya yang sibuk menggosok-gosokkan kedua tangannya yang kemudian rasa hangatnya di salurkan kepada tangan Nata.
Speechless. Tentu saja, gadis itu sangat bingung saat ini. Jantungnya berdetak cukup cepat, matanya tak beralih sedikitpun dari wajah Rex. Sampai omongan laki-laki di hadapannya berhasil mengambil alih kesadarannya.
"Gak usah liatin gue terus, nanti lo suka." ucapnya santai
Nata menarik tangannya dari genggaman tangan Rex dan mengalihkan matanya ke arah lain. Gadis itu mengatur nafasnya pelan kemudian memilih untuk bertanya kepada Rex.
"Lo ngapain disini?" Tanya Nata. Rex menatap sekilas ke arahnya lalu kemudian kembali menatap jalanan yang masih di guyur hujan deras
"Ngeliat cewek bodoh hujan-hujanan, dan bodohnya lagi gue malah ikutan," jawab Rex
"Eh? Ngapain lo ikutan kalo gitu?"
"Tunggu sebentar!" Bukannya menjawab, Rex justru pergi lagi ke area sekolah tepatnya ke parkiran. Lalu tak lama kemudian laki-laki itu kembali sambil mengendarai mobilnya dan berhenti tepat di depan Nata. "Ayo!" Ajak Rex
KAMU SEDANG MEMBACA
História da Natania
Teen Fiction"Rex, kalau seandainya cerita ini tidak bisa aku selesaikan, setidaknya aku sudah menulis cerita ini sebaik yang ku bisa. Sampai pada bagian dimana aku dan kamu menemukan kata bahagia." -Natania Selamat membaca~ (ON GOING-SLOW UPDATE)