[02] • PETAKA

251 62 47
                                    

~o0o~
Tetap mengobati tanpa pamrih meskipun tersadar perjuangannya tak pernah dihargai
~o0o~

~o0o~Tetap mengobati tanpa pamrih meskipun tersadar perjuangannya tak pernah dihargai~o0o~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌈

Pagi itu kantin tak terlalu ramai hanya diisi belasan siswa yang hendak mengisi perut kosongnya.

Seperti biasa Aza, Tara dan Raga memesan somay ikan. Makanan yang entah sejak kapan menjadi menu wajib mereka.

Pandangan Aza beralih ke meja yang tak jauh darinya. Keberadaan cowok itu memenuhi pikirannya akhir-akhir ini.

Aza menatap lekat cowok yang duduk sendirian disebrang sana. Ingatannya kepada seseorang lima tahun terakhir kembali hadir dalam benaknya. Jujur ia tak bisa menghiraukan perasaan itu.

Merasa ada yang mengamati, cowok bermata coklat terang itu menoleh. Tatapan mereka bertemu saling beradu.

Aza buru-buru mengalihkan pandangannya. Melalui ekor matanya ia bisa memastikan kalau cowok itu masih melihat kearahnya.

Tara yang mulai curiga akan gelagat temannya itu bertanya,"Lo kenapa Za?"

Aza menggeleng cepat melanjutkan kunyahan somaynya yang tinggal separuh porsi.

Karena Tara orangnya kepoan ia mengikuti arah pandang temannya itu.

"Oh Bara. Jangan-jangan lo suka sama dia!" ujar Tara heboh sendiri.

"Saran gue jangan deh, Za" ujar Raga tiba-tiba menimpali.

Tara memukul gemas bahu cowok disampingnya itu. Pasalnya Raga memang jarang andil dalam pembicaraan sekalinya mengeluarkan suara pasti berujung ngeselin.

"Yaa suka-suka dialah. Lagi pula siapa sih yang ngga jatuh hati sama Bara udah ganteng, pinter, mutitalenta, uhhh" ujar Tara panjang lebar.

"Tapi mulutnya suka bar-bar." sahut Aza.

"Hah bar-bar gimana?" Tara menghentikan kunyahan somaynya terlalu excited memang kalau sudah membahas cogan.

"Ya gitu deh."

"Orang irit omong gitu. Jangan ngadi-adi deh." celetuk Raga.

"Nggak! Orang kemarin gue habis diceramahin." ucap Aza bersungut-sungut.
Mengingat kejadian yang menimpanya kemarin.

"Pasti lo udah nglakuin kesalahan." sahut Tara.

Aza mengangguk,"Hmm iya sih."

"Ohh wajar dong. Diakan ketos emang suka ceramah dadakan sama murid yang tukang bikin onar tapi paling panjang ga sampe duapuluh kata. Seterusnya ya di beri sanksi." cerocos Tara. Cewek itu memang mengetahui segala hal. Tak salah ia dijuluki bigosnya SMA Wasesa.

Lah kemarin gue diceramahin separgraf!

"Gue saranin aja ya Za, jangan sampe lo bikin ulah keterlaluan. SMA Wasesa menjujung tinggi nilai kedisiplinan dan kejujuran." ujar Tara meniru guru yang sedang memberi amanat saat upacara.

BAD ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang