#4

160 30 5
                                    

✿✿✿

Dafi dan teman-temannya berusaha menggejar geng motor yang baru saja menyerang sekolahnya. Dafi mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata batas normal, ia tidak terima jika sekolahnya diserang.

Dafi menendang salah satu anggota geng motor tersebut dan motor yang dikendarainya terjatuh, Dafi turun dari motornya ia menarik kerah seragam salah satu anggota geng tersebut dan menonjoknya. Dafi sangat emosi, ia menonjok orang tersebut bagian pelipis, hidung, juga sudut bibir orang itu hingga berdarah. Namun, orang tersebut melakukan perlawanan, ia menendang perut Dafi. Dafi terjatuh dan tersungkur, ia merasakan nyeri pada siku tangannya, lalu ia bangun dan kembali menonjok orang tersebut di bagian wajahnya. Devan dan Iqbal baru sampai, Iqbal berusaha merelai perkelahian ini, ia tidak ingin Dafi gegabah.

"Stop Daf, lo ga boleh gegabah kaya gini," ucap Iqbal berusahan merelai Dafi 

Dafi sedikit meredakan emosinya, ia kembali menghampiri orang tersebut.

"Siapa yang nyuruh lo buat serang sekolah kita?" tanya Devan.

"Leo, ketua geng Black Wolf."

"Kemarin Dito kalah balapan, dia kabur gitu aja tanpa bayar uang balapan. Gua sama yang lain udah coba datengin apartemennya tapi dia ga ada, akhirnya Leo suruh gua sama yang lain buat datengin sekolahnya." Lanjut orang tersebut.

"Lagi-lagi Dito bikin masalah," Iqbal menoleh kearah Dafi, ia melihat tangan Dafi sudah mengepal itu artinya emosi Dafi kembali naik.

"Brengsek Dito,"

"Jangan Daf!" Cegah Iqbal, ia khawatir Dafi akan melakukan hal yang di luar batas.

"Lo mending pulang aja, dia biar gua yang urus sama Devan."

"Gua balik duluan,"

"Inget, jangan gegabah." Iqbal sengaja menyuruh Dafi pulang untuk meredakan emosinya terlebih dahulu.

Dafi menaiki motornya, ia tidak langsung pulang melainkan ia pergi kesebuah tempat yang membuatnya merasa tenang.

"Gua butuh Aurora."

✿✿✿

Floren sudah sampai dan langsung masuk ke dalam rumahnya, ia melepaskan sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu dan segera menuju kamarnya. Ia membuka pintu kamar kesayangannya, dan harum bunga lavender tercium mengingatkan seseorang. Ia sangat merindukan 'Dia' yang pernah hadir di hidupnya dulu.

Floren segera mengganti baju seragamnya dengan baju santai, ia merebahkan dirinya di atas kasur sambil mengingat kejadian hari ini yang tadi terjadi dan membuat dirinya bingung. Namun, saat ia memikirkan itu tiba-tiba saja rasa kantuk datang menghampirinya dan ia pun tertidur.

Setelah selesai tidur Floren segera mengganti baju dan bersiap siap untuk lari sore di sekitaran kompleknya, ia mengecek hpnya dan mengajak Hana untuk menemaninya lari sore, namun sayangnya Hana sedang tidak ada di rumah, ia sedang ada acara bersama saudaranya.

Lalu Floren keluar kamar, ia mengetuk pintu kamar Inge, namun Inge tidak keluar kamar. Luna melihat anaknya sedang bediri di depan kamar adiknya, lalu ia menghampiri Floren.

"Kak Floren kenapa berdiri di depan kamar Inge?"

"Eh mama, itu loh aku mau ajak Inge lari sore tapi ko dia ga nyaut-nyaut si?"

"Emang kamu ga tau, Inge kan lagi ada penilaian renang dari sekolahnya."

"Oh iya aku lupa ma, kalo gitu aku lari sendiri aja deh. Aku berangkat dulu ya ma..."

Before Meet You [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang