Mentari pagi kini sudah muncul menerangi semesta, agar tidak larut dalam kegelapan. Kicauan burung saling bersahutan di setiap pohon, berdendang bersama menyambut pagi cerah ini.
Seorang gadis kini masih terlelap dengan tidur nyenyaknya. Berkutat dengan buku tebal semalam membuatnya lupa waktu, alhasil ia masih tertidur dengan guling di pelukan. Untung saja ia tak lupa menyetel alarm di ponsel silvernya, membuat ia menggeliat tak nyaman.
Perlahan ia memulihkan kesadarannya, ia bangkit panik disaat jam menunjukkan pukul 06.10. Jika seperti ini terus ia pastinya akan terlambat sekolah. Bangkit dengan tergesa dan tak lupa mengamit seragam sekolah yang akan ia gunakan, menuju kamar mandi membersihkan diri.
Lima belas menit berlalu, kini dirinya sudah rapi dengan seragam sekolah. Memoleskan pelembab bibir serta bedak tipis di kantung matanya, menyembunyikan wajah cantik sembabnya itu. Kini ia sudah siap dengan dirinya, ia harus segera mencari taxi yang akan mengantarnya ke sekolah.
Meninggalkan rumah tak lupa mengunci pintu serta gerbang tinggi itu. Ia lalu melangkahkan kakinya menuju jalan raya, mencari tumpangan taxi. Menunggu beberapa menit, ia mendapatkan taxi yang segera mengantarnya sampai sekolah.
Panik, itu yang ia rasakan sekarang. Jam tangan peach itu menunjukkan pukul 06.55, dimana bel masuk akan berbunyi 5 menit lagi.
"Pak bisa dipercepat? Saya sudah sangat terlambat sekolah" pintanya kepada sang supir.
"Maaf Neng di depan lagi ada kecelakaan, jadinya agak macet gini jalannya" ujar sopir taxi itu membuat Dinda semakin resah. Mau tak mau ia rela dihukum oleh guru karena keterlambatannya.
10 menit berlalu, akhirnya Dinda sampai juga di depan gerbang sekolah yang pastinya sudah sejak tadi dikunci oleh Pak Mamang, satpam sekolahnya.
Sekelibat ia teringat kejadian beberapa waktu lalu, dimana ia mengalami hal yang sama seperti saat itu.
Untuk pertama kalinya ia berbicara dan mengenal lelaki itu, lelaki yang kini sudah sah menjadi suaminya. Lelaki dingin yang dengan terpaksa mau menolongnya dikala ia terlambat, namun tetap dihukum oleh guru Buk Siti, si guru BK.
Kesedihan menghampirinya lagi, entah mengapa ia menjadi wanita cengeng dan sensitif seperti ini hanya karena lelaki tak berperasaan itu. Ia sangat heran dengan perasaannya ini, setiap mengingat kejadian kemarin membuat dadanya sesak.
Seketika sadar, Dinda memutuskan untuk berjalan menuju gang sempit itu, dimana disanalah dulu ia melihat Argha memarkirkan motor sport hitamnya. Lagi dan lagi, ia teringat oleh lelaki itu, dimana ia semalam menginap?
Dinda kini mendekati gerbang usang yang terdapat di belakang sekolahnya itu. Namun langkahnya terhenti, melihat di depannya seorang lelaki familiar yang ingin memasuki belakang sekolah seperti dirinya.
Dinda sangat mengenali lelaki itu, lelaki dengan jaket bomber hitam dan terdapat gambar kepala serigala, lambang Ranger. Dinda terdiam kaku, ia sungguh tak menyangka akan bertemu dengan lelaki itu lagi disini. Apakah ia juga terlambat sekolah, pikir Dinda.
Merasakan keberadaan seseorang, Argha membalikkan badannya. Wanita itu lagi, mengapa ia harus bertemu dengan wanita itu lagi. Argha pun hanya mengacuhkannya dan segera mendobrak gerbang usang itu.
"Gha" panggil Dinda pelan disaat Argha akan memasuki belakang sekolah.
Argha hanya mengacuhkannya, ia terus melangkah tanpa mau menoleh ke arah wanita yang memanggilnya. Sungguh ia tak ingin dirundung rasa bersalah sejak kejadian kemarin, berdekatan dengan wanita itu hanya membuat otaknya dipenuhi dengan ucapan kasarnya.
Dinda termenung sedih, mengapa begitu sulit berkomunikasi dengan lelaki itu. Argha seperti menghindarinya, tak sudi walaupun menatap wajahnya. Dinda melangkah memasuki gerbang dengan kepala tertunduk, mood nya hancur begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Husband
Teen Fiction🖤[ON GOING]🖤 "Jika aku tahu mencintaimu sesakit ini, aku akan memilih untuk mundur sebelum kau merapuhkanku lebih dalam lagi" - Dinda Sari Atmaja "Maafkan aku yang terlambat menyadari, aku mencintaimu lebih dari apapun" - Argha Putra Rigel "Cinta...