Rumah Sakit Cendana, tempat dimana ketiga orang ini berada. Menunggu salah satu sahabatnya yang saat ini sedang ditangani dokter karena luka tembak di perutnya itu yang tak lain adalah Raka. Mike dan Anton yang saat ini sedang menunggu di luar ruangan tersebut hanya bisa berdoa agar sahabat play boynya itu selamat.
"Mike, dia bakal ninggalin kita gak ya?" tanya Anton yang saat ini duduk di kursi sebelah Mike.
"Jangan ngada-ngada deh lo" kesal Mike lalu menabok kepala teman tololnya itu. Yang benar saja ia menanyakan hal bodoh seperti itu.
"Sakit bege" cemberut Anton.
"Eh si Argha gimana yak? Kasian gue sama si ice bear. Kalo gue jadi dia nih ya udah pingsan duluan kena tembak, ih ngeriii" cerocos Anton tiada henti, Mike tersadar bahwa temannya yang keras kepala itu nekat pulang sendiri.
"Lemah banget lo" ujar Mike lalu bangkit dari tempat duduknya.
"Eh eh mau kemana lo?" tanya Anton menahan tangan Mike yang sudah berdiri.
"Mau jalan-jalan. Panes kuping gue denger bacotan lo" ujar Mike kepada Anton yang kesal mendengarnya.
"Gini-gini juga kita udah menerjang samudra bareng selama dua tahun" keluar sudah alay manusia laknat satu ini.
"Samudra pantat lo gosong" geram Mike lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Anton sendiri.
Mike yang saat ini sedang berjalan di lorong rumah sakit terhenti sejenak. Jauh di depan ia dapat melihat sosok perempuan yang familiar sedang duduk menangis di depan ruangan intensif rumah sakit itu. Mike yang baru menyadari bahwa orang itu adalah perempuan yang diam-diam ia sukai di sekolah seketika terkejut.
"Ngapain Dinda ada di rumah sakit jam segini" gumam Mike yang masih menatap Dinda yang kini masih sesenggukan menunggu seseorang di dalam sana.
"Gue samperin aja kali yak" Mike melangkah pelan namun seketika berhenti, melihat dokter yang baru saja keluar dari ruangan tersebut. Ia tak bisa mendengar percakapan mereka berdua karena jarak yang lumayan jauh.
Lalu ia melihat perempuan itu seperti memohon dan dibalas anggukan oleh dokter tersebut. Akhirnya Dinda dan dokter tersebut melangkah menuju ke ruang tranfusi darah yang terdapat di sebelah Mike saat ini berdiri. Mike hanya bisa terdiam melihat Dinda dan dokter tersebut, perempuan itupun tak menyadari kehadiran Mike di depannya. Ia hanya terus menunduk merapalkan doa untuk seseorang di ruangan intensif itu.
"Kehadiran gue pun gak disadari sama dia" dalam hati Mike sedikit kecewa. Lalu ia berbalik untuk kembali menemui Anton.
"Kok balik lagi lo? Gak sekalian pulang tinggalin gue sendiri sama Raka disini" dengan kesal Anton berujar.
"Baperan banget sih lo" jawab Mike terkekeh melihat sahabatnya yang satu ini, dasar Anton.
cklekk
Pintu ruangan tersebut terbuka, Mike dan Anton yang melihat dokter yang keluar langsung menghampiri.
"Gimana kondisi anak mami itu Dok?" tanya Anton kepada sang dokter yang saat ini tersenyum mendengar ujaran dari teman pasiennya.
"Dia udah sadar dan luka di perutnya sudah saya jahit. Jangan biarkan dia bangun dulu ya, takut jahitannya terlepas" jelas sang dokter membuat keduanya mengangguk.
"Trus Pak Dokter kalo misalnya dia mau bab gimana? Saya ogah ah gamau nanti tangan suci saya kecemar" Anton tolol memang. Mike yang mendengar itu menabok sekali lagi kepalanya membuat Anton meringis cemberut.
"Dasar anak muda, jugaan itu temen kalian kan. Gak apa kali" dokter itu terkekeh melihat kelakuan anak SMA di depannya ini.
"Terimakasih banyak Dok" ujar Mike kali ini dengan senyum tulusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Husband
Novela Juvenil🖤[ON GOING]🖤 "Jika aku tahu mencintaimu sesakit ini, aku akan memilih untuk mundur sebelum kau merapuhkanku lebih dalam lagi" - Dinda Sari Atmaja "Maafkan aku yang terlambat menyadari, aku mencintaimu lebih dari apapun" - Argha Putra Rigel "Cinta...