Dinda's Point Of View
Sakit hati, itu yang aku rasakan saat ini. Setelah Mike mengantarku pulang petang tadi, aku terus menangis di sofa ruang tengah.
Mengapa kelakuan Argha begitu menyakitkan? Apakah seperti ini sikapnya terhadap wanita? Dan apa tadi, aku berhubungan dengan Kevin? Astaga mengapa ia begitu cepat mengambil kesimpulan?
Kevin hanyalah teman yang baru saja ku kenal seminggu ini, dan tentu saja aku tidak menyukainya. Jadi apakah ini yang membuat Argha begitu marah waktu itu? Apakah karena Kevin adalah rivalnya?
Aku mengetahui semuanya dari Mike. Dalam perjalanan ia menceritakan bagaimana permusuhan Argha dengan Kevin. Keduanya adalah pemimpin geng yang cukup besar dan di takuti di Bandung.
Itukah alasannya selalu membentak bahkan menghinaku? Hanya karena aku berteman dengan Kevin? Ah aku ingat sekarang, lelaki itulah yang melukai Argha dan sahabatnya yang bernama Raka. Aku harusnya menjauh dari lelaki itu, dia berbahaya.
Kulihat jam dinding yang menunjukkan pukul 20.00, ah berapa lama aku menangis sejak tadi. Aku pun bangkit dan melangkahkan kakiku ke kamar untuk membersihkan diri.
Lima belas menit berlalu, aku kini sudah berpakaian santai rumahan. Perutku berdemo sejak tadi, aku harus memasak terlebih dahulu untuk mengisi perut.
Persediaan dapurku tersisa cukup untuk malam ini, untung saja masih ada tersisa bahan dapur yang akan kugunakan untuk memasak.
Setelah berkutat beberapa menit dengan alat dapur, nasi goreng yang kurasa cukup untuk dua orang sudah siap di meja makan. Tanpa menunggu lama lagi aku pun duduk di salah satu meja makan dan langsung melahap nasi goreng buatanku.
Rasanya enak dan gurih seperti biasa, tapi kenapa Argha mengatakan bahwa rasanya biasa saja? Ah lagi dan lagi aku memikirkan lelaki tak berperasaan itu.
teet teet teet
Suara bel rumah membuatku terhenti makan, siapa yang bertamu selarut ini?
Dengan perasaan was-was akupun berjalan meninggalkan meja makan tak lupa dengan garpu di tangan kiriku, berjaga-jaga apa salahnya kan.Bel rumah terus saja berbunyi, aku pun kini sudah tepat berada di pintu masuk. Dengan tangan sedikit bergetar kubuka pintu itu perlahan dan menampakkan beberapa lelaki yang ku kenal, sangat.
"Akhirnya dibuka juga. Lama banget si-" ujar salah satu lelaki namun perkataannya terhenti disaat melihatku membuka pintu. Astaga itu mereka! Bagaimana mereka bisa ke rumah ini?
"Dinda? Itu lo kan?" tanya lelaki lainnya dengan ekspresi tak percayanya.
"Mmm kalian salah alamat" gugupku yang akan menutup pintu kembali, namun sebuah tangan menahanku.
"Kita gak salah. Ini bener alamat yang Argha suruh untuk bawa dia kesini" itu suara Mike yang kudengar. Terkejut, aku terkejut mengapa Argha menyuruh mereka untuk membawanya kemari.
"Argha mabuk parah di club dan nyerang Kevin disana " ujar Anton yang berada di sebelah Mike. Lalu untuk apa mereka membawa lelaki itu kemari? Bukannya ia memiliki tempat tinggal lain?
"Dia ngasi alamat rumah ini ke kita, jadi ya kita bawa dia kesini" itu Raka, yang kini sedang menopang tubuh sempoyongan Argha, kulihat banyak luka lebam dan darah di wajahnya.
"Bawa dia masuk" pasrahku dan mereka berempat pun masuk ke rumah dan aku menyuruh mereka membawa Argha ke kamar di lantai atas.
"Lo hutang penjelasan ke kita Din" ujar Mike datar dan menusuk, ah ada apa dengannya? Sejak kita berteman dia tak pernah setajam ini padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Husband
Teen Fiction🖤[ON GOING]🖤 "Jika aku tahu mencintaimu sesakit ini, aku akan memilih untuk mundur sebelum kau merapuhkanku lebih dalam lagi" - Dinda Sari Atmaja "Maafkan aku yang terlambat menyadari, aku mencintaimu lebih dari apapun" - Argha Putra Rigel "Cinta...