Chapter 11: Beban

83 18 5
                                    

Sebelum memulai ceritaku ini, beri vote dan follow dong hehehee... 🥰🥰

Setelah membaca cerita ini jangan lupa komen ya, biar aku tahu kesan kalian saat membaca ceritaku ini gimana

Gitu aja sih pesan dariku

Selamat membaca 😘😘

***

Risa pov

Semua makanan sudah jadi, aku membantu mama membawa semua masakan dan menatanya di atas meja makan.

"Ma...!!", terlihat dari jauh seorang yang berperawakan mirip seperti pak Angga tapi terlihat lebih tua sedang berjalan menghampiri meja makan dan dapat aku simpulkan kalau beliau adalah ayahnya

"Eh... Papa kok udah dateng, kan masih belum jam pulang"

Papa mertua mencium pipi istrinya, "Kan sekarang jam istirahat ma, enakan makan masakannya mama daripada makan diluar. Pas tadi meeting cepet cuma pelaporan hasil pembukaan cabang baru di Bali" dapatku lihat keduanya begitu meski diusia yang tidak muda lagi

Duh... Begitu romantisnya mereka dan hubungan yang langgeng sampai sekarang. Aku pingin banget memiliki suami yang perhatian dan sayang seperti yang dilakukan ayahnya pak Angga

Lamunanku terhenti ketika mendengar panggilan dari mama, "Risa sayang sini, menyapa dulu sama papa"

Aku melangkah mendekati mereka, "Halo.. Pa.."

"Ini siapa ma? Papa baru lihat"

"Ini Risa pa, calonnya Angga. Dia loh yang pernah mama omongin ke papa, yang selalu diocehin sama Leo cucu kita"

"Beneran itu ma, mama ndak bohong sama papa kan?"

"Beneran dong, kalau bohong kenapa ada Risa disini"

"Syukurlah, akhirnya Angga bawa calon juga kesini. Papa kira Angga udah berubah haluan gara-gara dikhianati mantan istrinya"

"Huss... Papa ini kalau ngomong gitu banget. Angga itu anak kita sendiri loh"

"Gimana papa ndak berfikiran seperti itu, tiap kali papa bahas buat menikah dia menghindar dan mama juga sering kenalin ke anak temen mama tapi dia ndak mau dan terkesan cuek"

"Iya juga sih, tapi yang ini bener-bener calon mantu kita pa"

Aku hanya tersenyum tanpa mengucapkan kata apapun, "Kamu ndak ada keterpaksaan kan menjadi pacar anak saya. Saya tau siapa Angga, dia sangat susah sekali untuk membuka hatinya lagi terhadap perempuan manapun. Jadi papa agak kaget dengan kehadiranmu disini sebagai pacarnya", ternyata papa pak Angga sangat mengerti dengan sifat anaknya, tapi aku tidak mungkin dong menjawab jujur kalau aku hanya bersandiwara menjadi pacarnya karena aku sudah berjanji dan tidak ingin memperkeruh masalah ini. Cukup kita berdua yang menanggungnya

"Tidak kok pa, Risa tulus mencintai mas Angga tanpa ada paksaan begitu juga mas Angga sendiri", ucapku memberikan jawaban kepada papa. 'Apa yang barusan aku ucapkan, mulutku ndak bisa di rem lama kelamaan selalu mengikuti kata hati... Opss.. Kata Hati?? Apa bener aku mulai ada rasa ke pria arogan itu, jangan sampai aku terjebak sendiri dengan perasaan yang akan menambah masalah baru lagi' runtukku dalam hati

"Baguslah kalau begitu, papa senang mendengarnya. Saya minta tolong sama kamu nak selalu dampingi Angga dan anggaplah anak-anaknya seperti anakmu sendiri ya. Sabar-sabar ya menghadapi mereka"

"Baik pa, Risa mengerti"

Suasana menjadi hening sesaat danda

"Sudah-sudah, ayo pa ke kamar buat mandi dan ganti baju. Kan papa baru dateng dan sebentar lagi juga mau jam makan siang loh", mama menyela diantara pembicaraanku dan papa

If I Become MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang