03

2.3K 364 22
                                    

HIRAETH

Hari ini untuk pertama kalinya Wonwoo datang terlambat ke sekolah. Bukan tanpa alasan sebenarnya ia bisa terlambat. Pagi tadi ketika ia akan berangkat ke sekolah, Wonwoo kehilangan kemeja seragamnya yang sempat ia gantung di loteng. Pria manis itu terus mencari seragamnya hingga pada akhirnya Wonwoo menemukan kemeja itu telah terkoyak di dalam plastik sampah dapur.

Wonwoo mengerti keadaan ketika melihat sang ibu tiri yang tersenyum padanya, sementara Lee Chan —adik tirinya, menunduk kalut di samping wanita itu. Wonwoo menduga bahwa tragedi rusaknya seragamnya itu adalah kesengajaan ibu tirinya yang tidak suka dengan kedekatan anaknya dan Wonwoo. Terlebih lagi semalam Lee Chan membagi oleh-oleh yang dibawa Tuan Jeon pada Wonwoo. Sebenarnya oleh-oleh makanan itu untuk Wonwoo sebab makanan itu adalah kesukaan nya tapi entah bagaimana ibu tiri Wonwoo meyakinkan tuan Jeon bahwa Wonwoo tak lagi menyukai makanan itu dan memberi saran agar makanan itu diberikan pada Chan saja. Padahal Lee Chan jelas-jelas alergi terhadap makanan itu, jadilah ketika tengah malam Chan nekat memberikan makanan itu pada Wonwoo.

Karena tragedi itu, terpaksa hari ini Wonwoo hanya mengenakan celana seragamnya saja, sementara untuk atasannya Wonwoo mengenakan hoodie yang cukup kebesaran di tubuhnya.

"Kenapa terlambat?"

Wonwoo mendengus kala mendapati Kim Mingyu yang tengah berdiri tepat di depan pintu masuk kelasnya. Pria Kim itu telah memegang pena dan buku yang Wonwoo ketahui sebagai buku untuk mencatat berbagai macam pelanggaran yang dilakukan para siswa.

"Kesiangan," ucap Wonwoo seadanya sembari berusaha mencari celah agar dirinya dapat masuk kelas.

Mingyu mengangguk paham sembari menulis sesuatu di dalam bukunya. Tubuhnya sendiri bergerak kesana-kemari demi menghalangi akses masuk untuk Wonwoo, "Ku pikir kau akan membolos karena sudah sangat terlambat. Lalu kau pasti memanjat pagar agar bisa masuk lingkungan sekolah,"

Wonwoo kembali mendengus mendengar penuturan Mingyu, tidak bisakah Kim Mingyu cukup menulis poin negatifnya saja kemudian memperbolehkan dirinya masuk. Kenapa harus menahan Wonwoo di depan pintu seperti ini yang membuat mereka menjadi tontonan beberapa siswa yang berlalu-lalang.

Wonwoo akui dirinya begitu terlambat hari ini, ia bahkan melewatkan pelajaran pertama dan sampai di sekolah tepat saat bel istirahat berbunyi. Tapi setidaknya Wonwoo tidak membolos kan? Dia masih pergi ke sekolah meski terlambat dan harus memanjat pagar pembatas. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, itulah yang selalu Wonwoo tanamkan dalam dirinya.

"Kau punya sebuah dendam dengan ku?"

Mingyu mengernyit kala mendengar penuturan Wonwoo, ia lantas mengangguk sesaat setelah melipat kedua tangannya di depan dada.

"Para guru sedikit meragukan mu yang selalu tertidur di kelas tapi mendapat nilai bagus di setiap tugas dan tes harian, jadi mereka sering bertanya pada ku karena aku ketua kelas. Kau tahu itu merepotkan?"

Wonwoo tertawa pendek, "kau tahu apa yang harus kau katakan pada para guru?"

Mingyu tidak menjawab, ia hanya memberi gelagat seakan bertanya apa pada Wonwoo.

"Cukup katakan bahwa aku memang sudah pintar sejak lahir, jadi tidak perlu heran." Ucap Wonwoo sebelum melenggang memasuki ruang kelas yang cukup sepi sebab kebanyakan dari penghuninya tengah berada di kantin.

"Ku pikir Hyung tidak sekolah hari ini,"

"Hanya sedikit terlambat. Kau sudah makan?"

Seungkwan menggeleng pelan mendengar jawaban dari Wonwoo. Meski baru berteman selama seminggu dengan Wonwoo, ia sudah mulai paham dengan sifat pemuda Jeon itu, jadi Seungkwan tidak heran bahkan ia tidak mempermasalahkannya meski beberapa siswa berkata jika Wonwoo terlalu berandalan untuk berteman dengannya yang polos. Seungkwan sih tidak peduli, dia bisa berteman dengan siapa saja selama orang itu baik padanya, Seungkwan bukan tipe orang yang pemilih.

HIRAETH ; MEANIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang