HIRAETH
Malam itu angin berhembus kencang disertai gemuruh ribut diantara gumpalan awan hitam. Titik-titik kecil berkelip yang biasanya menghiasi kelamnya langit malam sedikit pun tak nampak di malam itu. Suara bising kendaraan dan klakson bercampur menjadi satu ketika lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, seakan memberitahu semesta bahwa mereka semua sedang terburu, dikejar oleh waktu.
Diantara puluhan kendaraan yang saling beradu untuk bergerak terlebih dahulu itu Mingyu mengendarai motor nya dengan kecepatan sedang, membiarkan pengendara lain mendahului sebab ia memang tidak terburu-buru seperti mereka.
Pukul 9 malam, Mingyu baru menyadari bahwa pakaian olahraga miliknya tertinggal di loker. Padahal esok hari siswa dijadwalkan untuk memakai pakaian olahraga sebab akan diadakannya senam pagi. Mingyu yang tidak memiliki dua seragam olahraga pun mau tak mau harus mengambil seragamnya yang tertinggal itu.
Mingyu sengaja menghentikan motor sekitar seratus meter dari gerbang sekolah ketika netra nya menangkap siluet seseorang yang tengah berusaha memanjat gerbang. Ia lantas berjalan mendekat dengan mengendap-endap, berusaha tidak menimbulkan suara sedikitpun. Ketika dirasa sudah cukup dekat, dengan cepat Mingyu menarik ransel orang itu hingga ia terjatuh. Mingyu agaknya cukup merasa heran sebab ia tidak menarik sekencang itu hingga dapat membuat seseorang terjatuh.
Namun bisa saja orang ini adalah orang jahat, maka dengan itu Mingyu mengenyahkan kebingungannya barusan dan lebih memilih untuk bertanya, "Hey, apa yang kau lakukan?!"
Tidak ada jawaban. Orang itu malah semakin menunduk seakan berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik tudung hoodie yang ia kenakan.
Mingyu mengernyit heran, ia lantas menatap lekat orang dengan perawakan yang dirasanya tidak asing itu. Ketika orang itu bersiap untuk berdiri dan pergi, Mingyu langsung menahan bahunya. Ia lantas merendahkan tubuh dan akan membuka tudung hoodie itu untuk melihat siapa gerangan yang berniat menyusup masuk ke sekolah. Namun sebelum tangan Mingyu menyibak tudung hoodie itu, orang di depannya telah lebih dulu mengangkat wajahnya. Pria itu menatap wajah Mingyu yang nampak terkejut bukan main.
"Wonwoo?" Mingyu berusaha memastikan tapi orang yang disangka Wonwoo itu hanya diam tanpa ekspresi.
"Apa yang kau lakukan disini? Kenapa memanjat pagar?"
Wonwoo menepis tangan Mingyu yang mendekati wajahnya dan juga tangan Mingyu yang berada di bahu nya, "bukan urusanmu," ucapnya datar sembari berusaha berdiri dengan susah payah.
"Kau terlibat perkelahian?" Tanya Mingyu ketika Wonwoo telah berjalan beberapa langkah. Sementara Wonwoo yang mendengar hal itu hanya terdiam, ia tak menjawab, tak juga melanjutkan jalannya yang terseok-seok.
Mingyu tidak lagi bersuara, pria Kim itu hanya mendekati Wonwoo kemudian berusaha merangkulnya.
"Tidak bisakah kau tidak ikut campur urusan ku?" Tanya Wonwoo setelah mendorong tubuh Mingyu agar menjauh darinya.
Mingyu menghela napas, Wonwoo tetaplah Wonwoo yang keras kepala, "aku tidak akan bertanya, Wonwoo. Aku hanya ingin membantu mu, kau terluka."
Mendengar penuturan Mingyu membuat mata Wonwoo kembali panas dan bibirnya bergetar menahan tangis. Ia menjadi begitu emosional saat mendengar Mingyu mengatakan bahwa dirinya terluka. Ya, Wonwoo terluka, batinnya terluka. Namun yang Mingyu maksud dan lihat adalah fisiknya bukan? Mingyu tak akan tahu bahwa batin Wonwoo lah yang lebih terluka saat ini. Entah mengapa hal itu makin membuat Wonwoo ingin menangis.
"Pergilah Mingyu. Aku, tidak ingin terlihat lemah." ungkap Wonwoo sebelum kembali berjalan menjauh.
"Hey ini akan turun hujan, mau pergi kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH ; MEANIE
FanfictionHIRAETH ; berarti perasaan rindu terhadap rumah yang tidak bisa dikunjungi. Jeon Wonwoo merasakan hal itu, ketika hatinya merindu tapi bahkan dirinya pun tak tahu harus pulang kemana. Rumahnya dahulu, tak dapat lagi ia kunjungi, semuanya telah berub...