Bismillah
Setelah akad nikah yang dilanjut resepsi, Shabrina dan Firnas pulang ke rumah Paklik Ghani. Dengan bantuan Hayu, Shabrina mengemasi beberapa keperluannya. Firnas memintanya tidak membawa banyak barang, karena dia sudah menyiapkan keperluan Shabrina juga di rumah Ummi.
"Jangan lama-lama Brina." Firnas muncul di ambang pintu kamar Shabrina. Membuat Hayu menyenggol Shabrina penuh arti.
"Suamimu tuh, Mbak. Aku keluar dulu ya," bisik Hayu yang lalu bangkit, dan bersiap melangkah.
"Eh jangan, sini aja dulu. Aku takut." Shabrina spontan menarik lengan sepupunya. Keduanya berbicara berbisik, Shabrina mencengkram lengan Hayu. Dia masih takut ditinggal berdua saja dengan Firnas.
"Udah, Mbak, gapapa. Aku keluar ya. Nggak enak sama Pak Firnas."
Hayu keluar dari kamar setelah mengangguk dan tersenyum pada Firnas. Firnas melangkah memasuki kamar Shabrina. Kamar itu dicat putih, tidak ada foto yang menempel di dinding. Hanya sebuah sketsa pemandangan pegunungan yang di tancapkan di styrofoam. Styrofoam itu juga berisi beberapa sticky note, entah tentang apa.
Beberapa boneka diletakkan berjajar di ranjang yang ditutupi sprei bergambar bunga sakura. Ada meja belajar dan kursi yang serasi dengan laptop di atasnya. Kamar Shabrina sederhana dan rapi, persis seperti penampilan pemiliknya.
"Ada apa?" Shabrina mengamati Firnas yang sedang memandang sekeliling kamarnya.
"Gapapa cuma liat-liat kamar kamu, nggak boleh?"
Shabrina diam sambil merengut.
"Udah selesai belum packingnya?" tanya Firnas.
Shabrina agak heran, baru hari ini Firnas banyak berbicara dengannya. Shabrina merasa sedikit aneh dengan hal itu. Lelaki yang dulu disapa saja tidak pernah menjawab, sekarang mendadak bertanya ini itu.
"Dikit lagi." balas Shabrina pendek. Tangannya masih sibuk menata tas bepergian.
"Saya nunggu di sini aja deh." Firnas berdiri sambil melepas jasnya. Menyisakan kemeja abu-abu muda berlengan panjang. Dia menggulung lengan kemejanya sambil melirik Shabrina yang tertegun.
"Kenapa bengong?" Lelaki itu menatapnya sambil tersenyum usil.
"Hm, gapapa. Nih tolong bawain ke depan." Shabrina mengulurkan boneka beruang pada Firnas.
Kening Firnas berkerut. "Masak udah jadi istri mau bawa ginian? Memang mau ditaruh di mana?"
"Ya di ranjang saya lah." Shabrina mencebik manja.
"Terus saya tidurnya sebelah mana? Di sebelah beruang gitu?!" Firnas menautkan dua alisnya. Gadis ini mmemang ajaib, pikir Firnas.
"Ya terserah Pak Firnas mau tidur di mana," kata Shabrina sambil mencebikkan bibir mungilnya.
"Ini nggak usah dibawa!" Firnas meletakkan boneka itu lagi.
"Ih masak bawa ini aja nggak boleh, Pak?!" Shabrina menghentakkan kakinya kesal.
"Pokoknya nggak usah. Nggak malu sama Hisham dan Amr?" Firnas masih memandang istrinya dengan heran.
"Engga!" jawab Shabrina.
Tiba – tiba Firnas menarik hidung Shabrina dengan gemas sambil tersenyum usil. Entah apa yang menggerakkannya untuk melakukan itu, mungkin dia gemas dan tidak tahu harus merespons tingkah lucu Shabrina dengan cara apa.
"Ihh apaan sih nyentuh-nyentuh?!"
"Terserah saya dong, istri-istri saya."
Shabrina semakin cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Firnas (END)
RomancePlagiator GO AWAY!! Firnas duda beranak dua berusia 35 tahun, melamar Shabrina yang 12 tahun lebih muda. Anehnya Shabrina menerima Firnas, karena bacaan Al Fatihahnya yang sempurna. Lalu gimana Shabrina berumah tangga dengan Firnas? Belum lagi menda...