Bismillah...
Firnas PoV
"Brin, kamu enggak pengen nikah?"
Aku terkejut mendengar topik obrolan dua perempuan guru anakku itu. Mereka sedang berdiri di bawah rindangnya pohon sambil mengawasi anak-anak yang sedang bermain.
Mereka nggak sadar aku sudah berdiri di belakang mereka sejak lama. Sebenarnya aku terburu-buru karena harus kembali ke kantor. Tetapi melihat Shabrina, aku putuskan untuk tinggal sebentar. Aku nggak nyangka hari itu akan mendengar tentang sesuatu yang cukup menggetarkan hatiku. Kriteria calon imam Shabrina!
"Pertanyaan apa itu?? Ya jelas pengen lah, Sal. Itu kan sunnah Rasul, menikah berarti menghidupkan sunnah Rasulullah."
"Hmm iya sih, cuma aku liat-liat kamu kok kayanya dingin gitu sama cowok."
"Dingin gimana?"
"Yaa kaya nggak tertarik sama cowok."
"Astaghfirullah memang aku cewek apaan??"
Keduanya terbahak.
"Ya kalo aku keliatan nggak tertarik mungkin karena cowoknya nggak sesuai kriteria ku kali, Sal."
"Trus kriteria kamu yang kaya gimana?"
"Simpel aja, yang bisa membaca Al Fatihah dengan bacaan yang benar."
"Subhanallah, itu kegampangan kali, Brin." Salma menatap heran pada Shabrina yang tersenyum.
"Siapa bilang gampang?! Justru yang kelihatannya gampang belum tentu bisa dilakukan semua orang. Nih ya contohnya, orang yang biasa berjalan naik turun gunung akan mengatakan itu gampang karena dia udah terbiasa. Beda dengan orang yang nggak pernah jalan kaki, tiba-tiba disuruh jalan 500 meter. Ya susah jadinya."
"Nah apa hubungannnya naik gunung sama Al Fatihah?" Salma menautkan alisnya.
"Ya nggak ada hubungannya. Yang aku maksud adalah terbiasa dan tidak terbiasa. Menurut aku sih yang bacaan Al Fatihahnya bagus insya Allah dia terbiasa baca Quran dan insya Allah juga terbiasa menjaga salatnya."
"Hmm iya juga ya." Salma manggut-manggut.
"Al Fatihah itu kan Ummul Qur'an. Bacaan yang wajib dibaca dalam sholat. Jadi pasti orang yang salat baca Al Fatihah. Semakin dia menjaga salatnya, semakin bagus dan fasih bacaannya. Gitulah gampangnya."
"Trus udah ada calonnya?"
"Ya ampuun, ... ini kan kamu tadi nanyain kriteria. Kenapa sekarang malah nanyain calon?"
"Ya kali aja kamu terinspirasi dari calonmu." Salma terbahak sambil menutup mulutnya.
"Hmmm ... calon ya?"
Ketika itu Shabrina menatap ke kejauhan. Entah siapa yang ada dalam benaknya. Sedangkan aku ... merasakan jantungku berdebar. Kriteria calon imam Shabrina, sungguh unik menurutku. Itu juga menyiratkan pribadinya. Seorang perempuan yang memimpikan calon suami yang menjaga salatnya. Biasanya kriteria calon suami bagi kebanyakan perempuan berhubungan dengan materi. Yang mapan, yang kerjaan stabil, yang setia, yang pengertian, nggak pelit, ganteng. Cari suami udah kaya cari inspirasi aja! Apa hubungannya? Ya kalo nggak ada dihubungkan aja biar tambah dekat. Buset, aku ngelantur!
Sudah lama aku memperhatikan Shabrina. Dia selalu mengucap salam dan menegurku setiap aku menjemput Amr dan Hisham. Mmemang penampilannya kelewat sederhana. Bajunya terusan semua, dan jilbabnya lebar menutup dada. Aku sendiri heran kenapa aku tertarik sama dia. Dan sejak kapan aku mulai merasakan debar aneh ini.
Kalo cuma mau cari calon istri yang cantik dan pinter, di kantor stok melimpah ruah. Tapi kok nggak ada yang sesimpel Shabrina di mataku. Senyumnya yang nggak berlebihan. Sapaannya yang tetap rutin diucap walau aku nggak pernah menjawab. Dan tingkahnya yang nggak dibuat-buat terutama ketika Amr dan Hisham mendekat padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Firnas (END)
RomancePlagiator GO AWAY!! Firnas duda beranak dua berusia 35 tahun, melamar Shabrina yang 12 tahun lebih muda. Anehnya Shabrina menerima Firnas, karena bacaan Al Fatihahnya yang sempurna. Lalu gimana Shabrina berumah tangga dengan Firnas? Belum lagi menda...