Bismillah,
Beberapa hari kemudian ...
"Assalamualaikum."
Shabrina mengucap salam sebelum memasuki rumah. Dia baru saja pulang mengajar, tentu saja dengan Hisham dan Amr. Firnas hari ini menjemput, tapi langsung kembali ke kantor. Lelaki itu pamit dengan gaya khasnya, ucapan singkat, kaku dan senyum tipis. Setelah 3 bulan menikah, Shabrina terbiasa dengan gaya Firnas. Jadi dia tidak lagi tersinggung dengan kebiasaan Firnas.
Ummi yang sedang berjalan ke arah mereka tersenyum senang. Apalagi melihat dua cucunya menggelendot manja pada Shabrina. Dulu mereka tidak bisa melakukan itu pada ibu kandungnya.
"Waalaikumsalam. Eh, sudah pulang nih anak-anak ganteng." Dua anak itu langsung menyerbu Ummi, memeluk wanita 60 tahun itu dengan sayang.
"Jiddah masak apa? Hisham laper," kata Hisham sambil mengelus perutnya. Si sulung itu mmemang nafsu makannya lebih baik dari Amr.
"Masak macem-macem tuh, yuk Hisham makan dulu sama Kakek. Mama biar gantiin bajunya adek dulu," usul Ummi. Tangannya sudah menggamit tangan Hisham. Mereka berjalan ke dapur. Shabrina sekilas melihat banyak masakan. Dia sedikit heran karena Ummi biasanya tidak memasak sebanyak itu. Ada lodeh yang baru matang, tahu, tempe, pepes, botok dan empal. Bahkan Ummi sedang mmemanggang kue. Aroma wangi dan desisan oven listrik menyelimuti dapur.
"Wah mau ada tamu ya, Um? Atau ada arisan?"
"Bukan arisan, Brin, Cuma adiknya Ayah nanti mau mampir. Dia sudah lama nggak dateng sih. Waktu kamu sama Firnas menikah juga nggak bisa datang," terang Ummi.
"Oh gitu, memang mereka nggak tinggal di Malang ya, Um?"
"Jadi Dik Ana adiknya Ayah yang paling kecil, suaminya kerja di Deplu. Sekarang tugas di Amerika. Mereka udah lama banget nggak pulang. Nah, kebetulan mereka ada urusan di Jakarta, jadi sekalian mampir ke Malang. Sama anaknya juga."
Shabrina hanya manggut-manggut mendengar itu. Dia pun ingin bertemu dengan kerabat Firnas, tapi entah kenapa perasaannya tiba-tiba tidak enak.
"Um, Brina mau gantiin bajunya Amr dulu, ya. Boleh titip Hisham nggak, Um? Habis itu, Brina bantuin Ummi di dapur," kata Brina.
"Kamu istirahat aja, ini udah selesai kok. Tinggal bikin bolu jadul aja," tolak Ummi.
"Ngga capek, kok, Um. Lagian Brina bisa bikin bolu jadul, paling nggak sampe satu jam udah selesai, Um."
"Ya udah kalo gitu, pokoknya kalo capek kamu tinggal aja. Ada Mbak Yeti yang bantuin kok,"
Shabrina hanya mengangguk, lalu mengajak Amr ke kamarnya. Beberapa saat kemudian, gadis itu kembali ke dapur. Seragam mengajarnya sudah diganti home dress berwarna pink. Ummi yang melihat Shabrina tersenyum sambil geleng-geleng. Gadis itu mmemang terlihat seperti remaja. Firnas sangat beruntung mendapat istri seperti Shabrina, pikir Ummi.
Tak lama Shabrina dan Ummi sibuk di dapur. Gadis itu membuktikan kalau dia mmemang mahir membuat bolu jadul. Ummi hanya menonton saja, sampai bolu itu dimasukkan ke dalam oven. Selama Shabrina sibuk di dapur, Hisham dan Amr sibuk bermain bersama kakeknya. Jadi dia sedikit leluasa berkreasi di dapur bersama Ummi.
Jam sudah menunjukkan pukul 14.00. Kegiatan masak memasak itu kelihatannya sudah selesai. Shabrina merasa penat, selesai melepas celemek dia mencuci tangan dan melangkah hendak ke kamar. Ingin merebahkan tubuhnya barang sebentar.
"Um, Brina mau istirahat dulu boleh?" tanya Shabrina.
Ummi baru saja kembali ke dapur setelah salat duhur. "Ya ampun, ya boleh to. Sana istirahat dulu, mumpung Hisham sama Amr lagi anteng sama kakeknya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Firnas (END)
RomancePlagiator GO AWAY!! Firnas duda beranak dua berusia 35 tahun, melamar Shabrina yang 12 tahun lebih muda. Anehnya Shabrina menerima Firnas, karena bacaan Al Fatihahnya yang sempurna. Lalu gimana Shabrina berumah tangga dengan Firnas? Belum lagi menda...