3. Nikah Euy!

8.5K 692 12
                                    

Bismillah,

Hari ini di rumah Paklik terlihat kesibukan. Seminggu menjelang akad nikah, keluarga Firnas datang berkunjung. Mereka membawa pernak pernik untuk lamaran seperti pada umumnya ketika lelaki melamar perempuan. Rumah yang biasanya sepi itu, berubah semarak dengan kedatangan tamu dari pihak keluarga Firnas.

Di teras terlihat Firnas, Ayahnya dan beberapa anggota keluarga laki-laki dari pihak Shabrina. Paklik juga terlihat di antara mereka. Sedangkan di ruang tamu Umminya Firnas, Bulik dan kerabat perempuan dari pihak Firnas dan Shabrina sedang bercengkrama.

Sedangkan Shabrina masih berdiam di dalam kamarnya. Gadis itu terlihat cantik dengan gamis brokat berwarna salem. Wajahnya yang terlihat bagai remaja dipoles make up tipis ala make up artist. Dian dan Hayu -kedua sepupunya- yang meriasnya.

Beberapa saat kemudian suara seorang lelaki yang ditugasi sebagai pembawa acara terdengar. Acara itu pun dibuka dengan ucapan selamat datang dari Paklik. Lalu Ibu Firnas melanjutkan pembicaraan.

"Jadi kami datang ingin melamar secara resmi, walaupun sebelumnya saya dan Ayahnya Firnas sudah datang ke sini. Kami ingin menyampaikan amanah dari Firnas untuk menyampaikan peningset lamaran untuk Shabrina," kata Ummi setelah mengucap salam.

"Baik, Ummi, insya Allah kami terima dengan baik," jawab Bulik Endah. Semua orang di ruangan itu tersenyum, ikut merasakan kebahagiaan Paklik dan Buklik. Ternyata keluarga Firnas adalah orang terpandang. Ayahnya pernah menjabat sebagai sekretaris daerah dan cukup berpengaruh.

Pandangan Ummi yang awalnya mengarah pada Bulik, tiba-tiba menyapu seluruh ruangan. Perempuan 60 tahun itu seperti mencari-cari seseorang. "Bu, maaf, Shabrina di mana ya? Biar kenalan dengan familinya Firnas. Ini pada penasaran dengan calon istrinya Firnas," kata Ummi sambil tersenyum lebar. Beberapa perempuan ikut tersenyum dan berbisik-bisik.

"Oh iya, sebentar biar Shabrina dipangil. Ngomong-ngomong kami juga dengan senang hati menerima kedatangan keluarga Pak Firnas," sambung Bulik setelah memberi kode pada Hayu untuk mmemanggil Shabrina.

"Walah jangan manggil 'Pak' to, habis ini kan Firnas jadi anak menantu keluarga Bu Endah," kekeh Ummi yang diikuti senyum Bulik Endah.

"Bagaimana kalo sambil santai saja acaranya. Monggo silahkan diminum dan dicicipi kuenya,"

Bulik Endah mempersilakan sembari mengulurkan beberapa piring berisi kue. Suasana pun mencair. Tak lama Shabrina muncul di ruang tamu. Gadis itu terlihat gugup, tangannya meremas tissu, dan wajahnya menunduk dalam.

Senyum Ummi langsung merekah melihat Shabrina. "Nah ini dia yang ditunggu. Ini Shabrina, calon menantu Ummi, cantik kan?! Pinter Firnas milih calon istri," kata Ummi. Perempuan itu sudah berdiri mendekati Shabrina. Lalu ditariknya gadis itu untuk duduk di sampingnya. Shabrina tersenyum gugup, karena semua orang menatap ke arahnya.

"Jadi ya tiap habis pulang jemput Amr sama Hisham, yang disebut Firnas Bu Shabrina melulu. Bu Shabrina sabar, Bu Shabrina telaten sama Amr dan Hisham, orangnya sopan, Bu Shabrina ini itu ... wes pokoknya jadi topik terus. Saya sampe penasaran orangnya kaya apa to?! Kok disebut-sebut terus. Eh enggak taunya mmemang ayu." Ummi menjelaskan panjang lebar, membuat Shabrina panas dingin mendengarnya.

Jantung gadis itu berdetak lebih cepat mendengar itu. Jadi Firnas memperhatikannya?! Tetapi lelaki itu terlihat judes sekali. Disapa saja tidak pernah membalas. Ternyata sapaan Shabrina dibawa sampai ke dalam hati. Dasar laki-laki! Pura-pura cuek ternyata termehek-mehek.

Sementara di teras, Firnas memerah wajahnya mendengar kata-kata Ummi. Rahasianya dibuka di depan umum, Firnas tidak bisa menghindar lagi. Sambil nyengir salah tingkah lelaki itu mengusap tengkuknya sambil merutuk dalam hati. Bukan hanya malu karena hampir semua orang menatap ke arahnya sambil berbisik, tetapi juga bingung bagaimana nanti menjelaskan pada Shabrina.

Menikahi Firnas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang