🍁Eight🍁

84 23 7
                                    

Aku mengambil bahan-bahan yang diberikan angel dan menaruhnya diwadah, lalu mengambil alat mixer.

"Put, aku aja yang mixer yaa," ujar Angel.

"Yaudah, aku mau ketoilet bentar," ujarku seraya memberikan alat mixernya, dan melangkah meninggalkan Angel.

Saat aku memegang knop pintu untuk membukanya, tiba-tiba kepalaku terasa sakit, membuatku mengernyitkan dahi kuat, bahkan aku sampai meremas kuat knop pintunya, hingga buku-buku jariku memutih dan hidungku yang sudah mengeluarkan cairan berwarna merah.

Aku langsung membuka pintu toiletnya dan masuk kedalam, lalu menguncinya. Aku menyandarkan punggungku di dinding dengan menengadahkan kepalaku keatas, lalu mengambil handuk kecil dan menutup hidungku dengan handuk kecil yang berada di toilet, agar cairan yang keluar dari hidungku bisa terhenti.

Perlahan-lahan sakit kepalaku mulai menghilang dan darahnya juga sudah berhenti. Aku langsung membersihkan hidungku dengan air dan mencuci handuk kecil yang terkena darah, lalu menggantungnya kembali.

Aku menarik nafas dan membuangnya perlahan beberapa kali. Setelah merasa lebih baik, aku langsung keluar dari toilet dan melangkah menuju dapur. Padahal awalnya aku ingin buang air kecil, malahan udah hilang.

Aku melangkah menghampiri Angel.
"Udah selesai mixernya?" Tanyaku saat aku melihat Angel yang sudah tidak memegang alat mixernya.

"Udah, tinggal ditaruh dicetakan," jawab Angel yang sedang mengambil cetakan.

Aku hanya manggut-manggut, seraya mengambil oven dan menaruhnya diatas kompor gas, lalu menyalakan apinya.

Aku membantu Angel menaruh adonan dicetakan. Setelah selesai, aku langsung menaruhnya dioven.

"Sambil nunggu kuenya mateng, kita bersihin meja dulu deh, biar pas kuenya mateng, kita udah gak perlu bersihin meja," ujarku membuat Angel menganggukkan kepalanya.

Saat aku memegang sisa tepung terigu untuk menyimpannya dilemari, kakiku terpeleset membuat terigunya tumpah.

"Huh, untung saja aku sempat memegang meja, kalau tidak pasti sudah terjatuh," ujarku seraya menatap Angel, dan, " Hahaha, muka kamu, haha, jadi putih hahaha" sambungku dengan tertawa terbahak-bahak. Bagaimana gak ketawa, terigunya tumpah diwajah Angel.

Angel mendengus kasar dan menatapku kesal. "Ketawa aja terus, sampe ketawa itu dilarang!"

"Maaf deh, haha, soalnya, haha" ucapku yang sudah tidak melanjutkan ucapanku, karena masih tertawa seraya memegang perut, benar-benar lucu.

Angel hanya diam dan terus menatapku dengan kesal, karena aku yang terus menertawainya. Entah dia mendapatkan ide darimana, tiba-tiba saja tawaku terhenti, berganti kesal, karena Angel membalasku dengan menumpahkan terigu juga diwajahku.

"Astaga Angel!" pekikku.

"Rasain tuh, jadi adilkan," ujar Angel dengan tersenyum penuh kemenangan, sembari berjalan menjauh dariku.

Aku yang melihat pergerakannya, langsung mengejarnya. Sampai kuenya matengpun, aku masih saja mengejarnya. Bahkan, yang awalnya ingin membersihkan meja, belum dibersihkan akibat aku yang masih saja mengejarnya.

"Udah ah, tuh kuenya udah mateng, sana gih liat," ujar Angel yang sudah berhenti berlari, sembari mengatur nafasnya, begitupun aku.

Setelah nafasku sudah normal, aku melangkah menuju oven dan mematikan kompornya. "Njel, ambilin piring dong buat naruh kuenya,"

"Siap chef,"

Setelah selesai, aku menaruh piring yang berisi kue di meja, lalu aku membersihkan meja dan Angel membersihkan lantai akibat terigu yang tumpah.

🍁My Self🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang