🍁Nine🍁

80 21 7
                                    

Aku membuka mataku perlahan, seraya menyesuaikan cahaya lampu yang berada diruangan itu.

"Are you okay?" tanya orang itu dengan tersenyum, seraya melangkah mendekatiku.

Aku menolehkan kepalaku ketika mendengar suara seseorang.

"Are you okay?" lagi, tanya orang itu.

"Si--a--pa ka-mu?" lirihku dengan susah payah, karena tenggorokanku terasa kering.

"Minum dulu," ujar orang itu, seraya mengambil air minum diatas nakas dan memberikannya padaku.

Akupun meminumnya, dengan dibantu orang itu.

"Sudah lebih baik?"

"Hm. Kamu siapa? "

"Apakah kamu tidak mengingatku?"

Aku menggelengkan kepalaku, seraya mengernyitkan dahi.

"Perlahan kamu akan mengingatku," ujar orang itu dengan senyum manis.

Siapa dia? Sepertinya aku tak pernah bertemu dengannya. Tapi, kenapa dia seolah-olah mengenalku.

Tak lama kemudian, dokter masuk.

"Hallo Nona," ujar Dokter itu dengan tersenyum.

"Hallo juga Dok," balasku dengan tersenyum tipis, ketika tahu ternyata Dokter ini yang memeriksaku waktu itu.

"Saya mau berbicara dengan Nona ini, bisakah Anda keluar sebentar?"

"Baik Dok," ujar orang itu, seraya melangkah keluar dari ruangan.

"Apa yang ingin Dokter bicarakan?"

"Panggil saja Ibu Irin,"

Aku menganggukan kepalaku.

"Kamu ingat, waktu kamu datang untuk pemeriksaan?"

"Iya, aku ingat Bu,"

"Ketika orang itu, mengantarkan kamu kesini, Ibu kaget. Ibu langsung teringat kalau kamu adalah Anak yang Ibu periksa waktu itu." ujar Ibu Irin dengan tersenyum simpul. "Dan saat Ibu memeriksamu tadi dengan berbagai tes---- ternyata kamu punya penyakit Leukimia." sambung Bu Irin dengan raut wajah sedih.

Bagai disambar petir mendengar kenyataan ini, yang tanpa kusadari airmata sudah jatuh membasahi pipi tanpa bisa kubendung. Cobaan apalagi ini Tuhan.

"Jangan nangis, Ibu akan berusaha menyembuhkanmu." tanya Ibu Irin, seraya menghapus airmataku.

Aku tersenyum miris. "Terima kasih. Tapi, aku tidak akan menjalani pengobatan apapun itu. Aku tidak ingin merepotkan siapapun, termasuk Ibu."

"Tidak apa-apa, kamu tidak merepotkan Ibu. Malah Ibu senang jika Ibu dikasih kesempatan lagi buat menyembuhkan seorang Gadis cantik seperti kamu." ujar Ibu Irin dengan tersenyum tulus.

"Kenapa Ibu baik padaku? Aku bahkan tidak bisa membayar jika aku melakukan pengobatan,"

Tatapan Ibu Irin menyendu. "Kamu seperti Putriku dulu. Karena Ibu yang sibuk kerja, tanpa memperhatikan keadaannya. Hingga suatu waktu, dimana saat Ibu tahu ternyata dia punya penyakit yang sama sepertimu. Membuat Ibu berusaha untuk menyembuhkannya, tapi---- Tuhan berkata lain. Dia sudah bahagia diatas sana."

"Maaf Bu, aku tidak bermaksud---" ujarku yang terpotong oleh perkataan Ibu Irin.

"Tidak apa-apa. Emm, apakah kamu punya masalah keluarga atau mungkin masalah percintaan? Hingga matamu yang Ibu lihat begitu banyak kesedihan."

"Aku tidak apa-apa Bu," bohongku, seraya tersenyum tipis.

"Yasudah, kamu istirahat yaa, Ibu mau kepasien lain. Ibu juga sudah menyuruh suster menghubungi keluargamu," ujar Ibu Irin.

🍁My Self🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang