Terik matahari membuat Reyyan terbangun dari tidurnya. Lelaki itu merenggangkan tangan, melemaskan otot-otot yang kaku. Akibat mimpinya semalam, dia menjadi kepikiran. Siapa gadis itu? Dan pemuda yang di sampingnya? Wajahnya begitu mirip dengan Reyyan, hanya saja versi lebih muda beberapa tahun. Ah, sudahlah. Untuk apa memikirkan hal itu, yang penting dia harus segera sampai ke Arciplants East.
Reyyan segera melangkahkan kakinya ke arah timur, menurut petunjuk yang diberikan oleh tujuh kurcaci bersaudara, Kota Arciplants East sudah dekat. Reyyan sungguh tidak sabar, dia harus segera mendapatkan Edelweissigra, demi kelangsungan hidup warga dan kotanya. Saat di perjalanan, Reyyan melihat sebuah sumur. Perlahan, dia menghampiri sumur tersebut. Ada sebuah ember dan tali di samping sumur tersebut. Segera saja Reyyan menimba air di dalamnya. Kebetulan, botol yang dibawanya telah kosong.
“Sedang apa kau anak muda?”
Suara sedikit berat yang terdengar membuat Reyyan menoleh. Lelaki itu menjatuhkan botolnya begitu saja ke tanah. Siapa orang yang di depannya? Bukannya ini masih di hutan perbatasan?
“Maaf, aku hanya sedang mengambil air.”
Orang bersuara berat tadi hanya diam, menatap Reyyan dengan tatapan mengintimidasi. Dia merasa tidak asing dengan wajah Reyyan. Familier.
“Bukankah kau ... Rudra?”
Reyyan terdiam. Siapa tadi? Rudra? Mengapa orang di depannya ini memanggil nama itu?
“Aku bu—”
Tanpa membiarkan Reyyan menyelesaikan ucapannya, orang bersuara agak berat itu segera menarik tangan Reyyan pergi. Reyyan bingung dan ingin memberontak, tapi dia mengurungkan niatnya. Dia ingin tahu akan dibawa ke mana. Mungkin dia warga Arciplants East. Syukurlah, Reyyan tak perlu mencari lagi.
Setelah berjalan agak jauh, Reyyan kini tiba di depan sebuah gapura. Pintu masuk Arciplants East. Ya, kini Reyyan sudah sampai di sana. Keadaan kota yang cukup sepi, auranya terlihat sangat suram, seperti tak ada kehidupan di dalamnya. Ke mana semua warga kota tersebut? Pertanyaan itu berkeliaran bebas di kepala Reyyan.
“Sebentar, kau mau membawaku ke mana?”
Orang yang bersuara agak berat itu menjauh setelah Reyyan menepis tangannya, agar pegangan mereka terlepas. Orang tersebut tersenyum tipis dan kembali menarik tangan Reyyan untuk masuk ke dalam. Saat sudah melewati gapura, Reyyan terkejut. Tiba-tiba saja banyak orang yang berlalu lalang di hadapannya. Kenapa tadi di luar dia tak melihat siapa pun?
‘Kau lupa, Rey? Kota Arciplants East memang kota ilusi. Kota yang dihuni oleh penyihir dan makhluk immortal lainnya.’
“Anthony, kau membawa siapa?” tanya seseorang yang tiba-tiba saja berada di depan Reyyan. Orang tersebut mengendus ke tubuh Reyyan, tak berapa lama dia menjauh.
“Baunya aneh, bukan bau manusia, penyihir, dan vampir. Dia siapa?”
Reyyan tersentak kaget, tubuhnya berdiri kaku di tempat. Lantas dia mendengar Anthony menjelaskan sesuatu yang membuat orang di depannya ini percaya. Setelahnya, Reyyan menghela napas lega. Untung saja tadi dia sudah melumuri tubuhnya dengan ramuan penyamar bau darah. Dugaannya tidak salah.
“Kau lupa? Dia Rudra. Kekasih Nona Ramissa yang hilang 2 tahun silam.”
Ramissa? Siapa lagi dia? Nama-nama itu begitu asing di telinga Reyyan. Kepalanya mendadak pening. Begitu banyak hal yang tidak dia ketahui.
“Benar kau Rudra? Wajahnya sedikit berbeda. Apalagi warna rambutnya yang hitam pekat. Sebelumnya, rambut Rudra berwarna cokelat gelap.”
“Lupakan hal itu. Aku harus segera membawanya ke rumah Tuan George. Dia pasti akan memberikan imbalan karena aku membawa kekasih putri kesayangannya kembali. Nona Ramissa akan kembali seperti semula,” ucap Anthony semangat, membuat orang di depannya hanya menatap datar. Dia kembali menarik tangan Reyyan untuk mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arciplants
FantasyWARNING: 18+ Arciplants West dikenal sebagai kota penganut seks bebas, perjudian dan pemerasan di mana-mana. Semua terjadi karena rakyat mengikuti pemimpin mereka, Arsenio. Hingga Reyyan, putra tunggal sang pemimpin kota, harus diusir karena menenta...