Ramadhan Writing Challenge
about Witir.09 Ramadhan 1441
Sebelumnya, aku nggak nyangka kalau Tirta akan semarah itu ketika aku ungkap semuanya. Tentang rahasia yang selama ini aku simpan.
"Kamu kalau mau main poohstick lagi ya ayo. Ngomongnya jangan ngelantur gitu," itu ekspresi Tirta dari saking terkejutnya. Bahas soal anak agak sensitif emang.
"Sudah dari awal kita menikah, dan itu programnya hanya setahun. Aku ya nggak ngerti aja, kenapa sampai sekarang aku belum hamil." Jadi aku minum pil KB, tunda kehamilan.
Ia menggeleng tak percaya, "Kenapa?" Ia menahan emosinya, takut kelepasan membentak. "Kenapa kamu ngelakuin hal ini, Sayang?"
Aku bingung mau jawab apa.
"Kalau kamu masih belum siap, minum aja seterusnya Thalia."
Imbuhan 'Sayang' sudah hilang.
Ya, aku salah. Tapi aku punya alasan untuk semua itu. Tirta itu orangnya serba terencana. "List kamu nggak ada tentang anak."
Tengah malam aku shalat malam yang diikuti oleh shalat witir sebagai penyempurna shalat malam. Lalu berdoa minta petunjuk atas rumah tangga aku.
Setelah selesai, aku mencari Mas Tirta yang ternyata masih santai sama laptopnya. "Mas, kamu belum tidur ya?"
Dia cuma menggeleng sambil tersenyum.
"Mas,"
Dia cuma melirik biasa. Nggak tau deh ini gimana.
"Aku minta maaf ya. Aku cuma khawatir aja sama pilihan kamu. Dari saking sayangnya, aku nggak mau buat kamu kecewa." Air mataku loss.
Tirta menghentikan pekerjaannya. Dia memang nggak bisa lihat aku nangis.
"Ternyata pilihan aku yang buat kamu kecewa. Bodoh ya aku Mas?" Tambah nangis.
Tirta menghela napas dan membawa aku ke pelukannya.
Aku masih belum bisa kontrol emosi. Baru agak reda, aku berani ngomong. "Maaf ya Mas. Aku-"
Nggak tau mau ngomong apa.
Tirta mengangguk dan menangkup wajahku. "Jangan seperti itu lagi ya? Semua tentang kamu sudah ada dalam rencana aku. Termasuk anak kita."
Dan kejadian selanjutnya, apa juga masuk ke dalam rencana Tirta?
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Journal
General FictionIts my Ramadhan Writing Challenge, actually. Sepertinya bisa dilanjutkan ke novel. Kehidupan rumah tangga itu jangan dipandang enaknya doang. Nggak tau aja, ada aral yang melintang sampai titik konflik penceraian ada. Jika proses medis nggak bisa me...