Bag 1 | Pilihan

952 90 13
                                    

"I'm Not Yusuf AS." Bag 1 | Pilihan

Genre : spiritual, komedi, dan romance.

***

Lumayan antusiasmenya buat bag 0 kemarin, makasih ya 😍

Teteh selaku istrinya Chanyeol EXO mengucapkan selamat membaca cerbung ini dengan khidmat. Sekian dan teyimakashyi *bungkukbungkuk😂

Happy Reading ❤

***

(Namakamu) melap ingusnya.

Di hadapannya Mama terus mengoceh perihal laporan mengenai kegiatan (Namakamu) selama tinggal di pesantren 1x24 jam.

Baru satu hari, padahal. Tapi Mama mengelus dadanya sampai tujuh kali. "Susah bangun tidur, nyampah di kamar santriwati, ngurung diri di kamar mandi, olahraga di depan gedung santriawan pakai celana pendek dan kaus longgar, pakai kerudung nggak benar, waktunya tadarus malah tidur? Aduhhhhhh (NAMAKAMU)! Bunuh aja Mama!" Mama mengusak wajahnya dengan frustasi. Ingin menangis. Tapi malu. Karena kini dia dan (Namakamu) sedang berada di kantin pesantren Darrul Ulum Jakarta Timur.

"Ma, ada tisyu lagi nggak?" tanya (Namakamu).

"Kenapa? Kamu mau sok care sama Mama sekarang?!" Mama (Namakamu) sedikit mendongak dan memberikan tatapan sangsi pada anak perempuannya.

"Enggak. Ini ingus aku mau jatuh Ma. Bahaya." (Namakamu) menunjuk lubang hidungnya yang berair.

"Wah hahaha. Dasar anak durhaka!" Mama (Namakamu) tergelak. Gelengan kepalanya kini semakin kencang. Meski marah, dia tetap menyodorkan tisyu miliknya pada (Namakamu). "Kamu tuh makan mulu! Kamu dengerin Mama nggak sih, (Namakamu)?!"

"Denger Ma." (Namakamu) mangut-mangut sambil lalu.

"Mama tadi bilang apa?"

"Mama mau ngajak aku pulang ke rumah, kan? yeay!"

"Ngaco kamu!" Mama menyuapkan sebutir bakso ke mulut (Namakamu).

(Namakamu) mengunyah sambil memberengut. "Mwamwajwahwatbwangwetswihbwete," rapalnya.

"Mama tuh, kalau jahat sama kamu bukan kirim kamu ke pesantren!"

Setelah bakso itu berhasil melewati kerongkongan, (Namakamu) kembali bersuara. "Terus ke mana?"

"Ke panti asuhan!"

"Ihhh. Mama!"

"Kalau kamu buat ulah lagi Mama betul-betul kirim kamu ke sana! Ingat ya (Namakamu) Mama tuh nggak bercanda, Mama serius!" Mama menaruh satu lembar uang berwarna navy ke atas meja. "Bayar. Terus kamu balik ke kelas kamu! Awas kalau kelayapan!"

"Mama mau ke mana?"

"Pulang. Masa mau camping di sini?" Mama menjulingkan matanya. "Senang deh, akhirnya sekarang anak perempuan Mama nggak ngebucin oppa-oppa Korea-nya lagi. Ponsel kamu udah dikumpulin ke pembina kamu, kan (Namakamu)?"

(Namakamu) tidak mood untuk menghabiskan sisa baksonya. Dia cemberut, lalu bersandar sepenuhnya pada kursi. "Jahat. Aku tuh, jadi nggak bisa dengerin rapper-nya Oh Sehun lagi Mama!"

"Memang itu yang Mama mau. Have a good day ya sayang. Mama gak mau dengar kamu buat ulah lagi." Mama menunduk, hanya untuk mencium puncak kepala (Namakamu).

Setelahnya, Mama (Namakamu) pergi meninggalkan (Namakamu) sendirian di kantin pesantren. Berhubung sebentar lagi akan masuk jam pelajaran, mau tidak mau (Namakamu) harus kembali ke kelasnya.

Darrul Ulum yang merupakan tempat belajar Kak Agil dulu--Kakak laki-laki (Namakamu)--bukan sekadar pesantren yang mengajarkan agama, tetapi juga akademis. Istilah pendidikannya, Aliyah. Sama halnya dengan taraf SMA. Bukan main, dalam satu minggu (Namakamu) harus mengunyah bahasa Arab. Kalau bahasa Inggris sih, tidak masalah bagi (Namakamu). Tapi, kalau bahasa Arab ... afwan-afwan saja. (Namakamu) hanya bisa menghitung 1 sampai 10 menggunakan bahasa Arab. Selebihnya? Lewat bacaan shalat, tentu saja. Walau pun shalatnya (Namakamu) seperti terumbu karang; bolong-bolong.

I'm Not Yusuf AS [IqNam Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang