Bag 3 | Cabai pedas dan malapetakanya

471 66 1
                                    

"I'm Not Yusuf AS." Bag 3 | Cabai pedas dan malapetakanya

***

Kalau ada typo tandai ya. Ini sekali ketik nggak review dulu.

Happy Reading ❤

***

Di hadapan cermin sebatas dada, (Namakamu) memandang pantulan dirinya yang sudah mengenakan gamis berwarna putih dilengkapi rompi berlengan panjang dengan warna peach-nya.

(Namakamu) merapatkan kedua sisi kerudung berwana senada, lalu tangannya menggapai jarum pentul yang terletak di dalam toples. Susah payah dia mengambilnya, namun sebelum memasang jarum itu pada kerudungnya kecelakaan kecil terjadi.

"AWH!"

Jarum pentul (Namakamu) melompat entah ke mana. (Namakamu) meringis.
(Namakamu) memandang Dianty yang sedang membaca Al-qur'an, kemudian memandang Steffi yang sibuk menghafal kosa kata bahasa Arab.

'Gue nggak nyangka kalau gue benar-benar satu kandang sama anak alim. Ya ampun.' (Namakamu) menarik napas lalu menghembuskannya dengan kasar.

(Namakamu) pun mengambil jarum pentul yang lain, dia akan mengenakan jarum yang tersisa sampai kerudungnya terpasang dengan benar.

"AWH!"

Di teriakkan kedua, Steffi melirik (Namakamu) malas. Dianty terbatuk sebentar.

"AKH!"

Di teriakkan ketiga, Steffi memelototi (Namakamu) karena (Namakamu) mengganggu konsentrasinya. Dianty memutar badan, membelakangi (Namakamu).

"ADUHHH!"

Di teriakkan keempat, (Namakamu) menyerah.

Ditariknya khimar peach itu dari kepala. (Namakamu) juga membuka dalaman kerudungnya. Terlampau kesal, (Namakamu) pun menghentakkan kakinya ke lantai. Suara gaduhnya berhasil mengundang perhatian Dianty dan Steffi.

"Lo kenapa sih, (Namakamu)?" Steffi mendelik menahan kesal.

"Jari gue ketusuk." (Namakamu) menunjukkan tangan kanannya.

Steffi menggeleng. "Pakai jarumnya harus hati-hati (Namakamu). Kalau bisa pakai hati," ujar Steffi.

Sesaat (Namakamu) melamun. Bola matanya bergerak ke atas, dan ke bawah.

"Lo paham maksud gue?" tanya Steffi.

"InsyaAllah," sahut (Namakamu).

Dianty terkekeh mendengar jawaban dari (Namakamu). Dia mendekati (Namakamu). "Pakai lagi dalaman kerudung sama kerudungnya (Namakamu) nanti aku ajarin kamu cara pakai jarumnya," kata Dianty ramah.

"Nggak usah deh. Gue mending pakai kerudung langsung masuk aja. Nggak ribet," tolak (Namakamu).

"Nggak bisa gitu (Namakamu), masa nanti kamu beda sendiri kerudungnya?" Dianty mengulum senyum. Lalu, menuntun (Namakamu) mengenakan kerudung tersebut.

Steffi kembali dengan hafalannya.

Saat Dianty serius memakaikan (Namakamu) kerudung, dan sesekali menjelaskan cara memakai jarum pentul, (Namakamu) sebenarnya tidak benar-benar mendengarkan. Dia sibuk memandangi wajah teduh Dianty. Kadang (Namakamu) juga berdecak kagum.

"Selesai," kata Dianty sambil mundur dua langkah, memberi jarak antara dirinya dan (Namakamu).

"By the way, soal santri baru itu ... lo benar. Dia mirip Oppa gue, tapi kayaknya lebih ganteng dia, deh. Lokal banget soalnya hehe," kekeh (Namakamu). Hanya tiga detik (Namakamu) mampu tertawa, karena begitu kepalanya mengingat kembali kejadian di kantin ... (Namakamu) langsung menjambak kerudungnya. "HUAAAAH! MALU-MALUIN, MAMA!"

I'm Not Yusuf AS [IqNam Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang