Bag 15 | Cherry Blossom

705 105 46
                                    

“I’m Not Yusuf AS.” Bag 15 | Cherry Blossom

***

Buat nemenin malam minggu, dikasih yang manis-manis deh ehe.
Jangan lupa vote, ya!
Happy Reading❤

***

Bagi Iqbaal, bisa melihat (Namakamu) yang mulai sadar saja sudah cukup untuknya. Iqbaal tidak mengharapkan hal yang lebih selain dari keselamatan (Namakamu). Selama ini Iqbaal merasa, usahanya tidak ada yang berhasil. (Namakamu) tidak menunjukkan perasaannya. Sekarang, Iqbaal ingin mentertawai dirinya yang begitu bodoh. (Namakamu) jelas-jelas tidak menyukainya. (Namakamu) sudah dekat dengan laki-laki lain. Yang lebih memperhatikan (Namakamu), yang selalu berada di samping (Namakamu). Iqbaal akan pergi, karena sepertinya keberadaanya yang diketahui (Namakamu) tidak lah baik. Dia hanya akan mengganggu. Jadi, ketika perhatian (Namakamu) teralih, Iqbaal memutar tumitnya, berjalan menjauh meninggalkan jendela UKS.

“Lho, (Namakamu) ... kenapa malah nangis?”

Langkah Iqbaal tertahan. Telinganya dapat menangkap suara yang muncul dari balik pintu dengan sangat jelas.

“Jangan bangun (Namakamu)!”

“AKH!”

“Badan kamu belum pulih. Kalau banyak gerak, kamu bisa kesakitan.”

Iqbaal menghadap pintu ruang UKS yang menjulang. Tidak lama, pintu di depannya tiba-tiba dibuka dari dalam.

“Iqbaal?”

Iqbaal menggaruk tengkuknya, hendak memberikan alasan tentang keberadaannya di balik pintu. “Gue—“

“Untung ada lo. Tolong jagain (Namakamu), ya. Gue mau cari Dokter Fatimah.”

“O ... ok.” Iqbaal sedikit menyerongkan tubuhnya, memberi akses untuk Agil agar bisa keluar dari pintu.

Jadi, Iqbaal harus masuk ke dalam untuk menjaga (Namakamu)?

Walau pun Iqbaal ingin sekali melangkah masuk, dia masih terus berpikir di daun pintu. ‘Apa yang bakal dia pikirin kalau gue masuk ke dalam sana? Apa gue bakal buat dia risih?’

“Aduh!” Suara ringisan (Namakamu) kembali terdengar.

Karena panik, maka tanpa berpikir panjang lagi, Iqbaal pun segera mengayunkan kakinya ke ruang UKS.

***

“Mama ... pinggang (Namakamu) sakit.” (Namakamu) memijat area pinggangnya yang terasa kebas. Bergerak sedikit saja tidak bisa. Seberapa parah luka yang dia dapat sebenarnya? Seingat (Namakamu), saat dia terbangun dari atas atap, dan tidak sadar dengan keadaan sekitar, kakinya tanpa sengaja menginjak genting yang licin. Lalu, tubuh (Namakamu) terdorong ke bawah. (Namakamu) terjatuh menghantam pavingan yang dipenuhi kerikil. Saat jatuh dari atas atap, (Namakamu) sempat menjerit. Tulang punggungnya sudah tidak karuan. Awalnya hanya terasa seperti jatuh dari atas tempat tidur ke lantai. Namun perlahan rasa sakit itu menyebar, mulai terasa, dan (Namakamu) kehilangan kesadarannya.

“Mana yang sakit, (Namakamu)?”

Suara itu, suara yang (Namakamu) rindukan ... telah berhasil membuat jantungnya bertalu dengan cepat. (Namakamu) terlampau terkejut melihat siapa yang mendatanginya dengan raut wajah khawatir.

“(Namakamu), mana yang sakit?” tanyanya lagi.

(Namakamu) mematung, membiarkan Iqbaal duduk tepat di sampingnya.

Iqbaal mengamati luka di sepanjang lengan (Namakamu) yang sudah diperban. Lalu, beralih ke wajah. Kening (Namakamu) sedikit tergores. Meski tidak terlalu besar, namun luka yang belum kering sepenuhnya itu begitu ketara. “Di sini, apa sakit?” Iqbaal menunjuk kening (Namakamu).

I'm Not Yusuf AS [IqNam Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang