Bag 16 [a] | I'm Iqbaal Dhiafakhri

488 88 34
                                    

"I'm Not Yusuf AS." Bag 16 [a] | I'm Iqbaal Dhiafakhri

***
Maaf untuk kengaretan yang luamaa syekali ini. Baru bisa ngetik setelah ngisi les libur, dan bsk tgl merah huhuhu.

Senangnya bisa lanjut cerita iniiii. Ada yang seneng nggak dapat notif dari INYAS??? 🤭

Happy Reading ❤

***

(Namakamu) menelan kentang rebus dengan kunyahan konstan. Sejak kecelakaan di atas atap, (Namakamu) sudah tiga hari tidak masuk ke kelas namun kini, dia sudah dibolehkan untuk beraktivitas kembali. Tentu saja dalam pengawasan dari teman-temannya.

"Habis makan, simpan sendiri piring kotornya ke dapur ya (Namakamu). Jangan lupa dicuci sekalian." Steffi berbicara sambil menyodorkan segelas susu hangat pada (Namakamu).

(Namakamu) mengembangkan senyumnya. "Iya Steppuy sayang!"

Steffi sedikit terkekeh. (Namakamu) yang belakangan murung sudah kembali ceria. Apa karena kentang yang (Namakamu) makan? Atau karena ... hal lain, yang Steffi tidak tahu?

"Danty ke mana?" tanya (Namakamu).

"Mungkin di batas teritorial gedung santriawan."

"For what?" (Namakamu) mengambil selembar tisyu untuk membersihkan mulutnya.

"Setor hafalan puisi ke Iqbaal. Mereka biasanya ketemuan di gerbang. Udah kayak yang ... yah, lo tahu maksud gue kan (Namakamu)?" Steffi mengendikkan sebelah alisnya, memberi kode.

"Pendekatan?" tebak (Namakamu).

"Mm. Eh tapi ... lo, gak apa-apa kan (Nam)?" Steffi memasang raut wajah bersalah. Bagaimana pun Steffi pernah tahu bagaimana perasaan (Namakamu) yang sebenarnya pada Iqbaal. Steffi tidak bisa membayangkan kalau dirinya yang menjadi (Namakamu). Selalu mengalah. Selalu menahan rasa sakitnya demi sahabat sendiri. Terutama membohongi perasaannya. (Namakamu) termasuk ... kuat, menurutnya. Walau dalam cover luarnya, Steffi kira (Namakamu) hanyalah perempuan pecicilan yang senang sekali berbuat onar, namun hatinya ternyata baik.

"Gue gak apa-apa kok, Puy." (Namakamu) mengulum senyum. Kepalanya dipenuhi ungkapan yang Iqbaal sampaikan saat di UKS. 'Perempuan itu, lo ... (Namakamu).'
(Namakamu) sudah tidak cemburu lagi, sudah tidak berpikir sempit lagi. Jelas-jelas Iqbaal mengatakan bahwa dia menyukainya. Mereka bahkan sempat saling melempar pandang meski di UKS sudah ada Kak Agil dan Dokter Fatimah. (Namakamu) memegangi pipinya yang terasa panas. 'MasyaAllah ... jadi, gini ya ... rasanya saat kita menyukai seseorang? Terima kasih sudah menjawab kegundahanku YaAllah.'

"Gue cuma khawatir kalau lo drop karena sebetulnya lo kepikiran soal ... perasaan lo." Steffi mengusap lengan (Namakamu) dengan lembut. "Maafin gue kalau ada sikap gue yang menyudutkan lo buat mundur atau tanpa sengaja gue udah nyuruh lo penti ngin kebahagiaannya Dianty. Padahal kan, lo juga sahabat gue (Namakamu). Kebahagiaan lo bagi gue juga penting."

Tidak ada lagi alasan bagi (Namakamu) untuk tidak memeluk Steffi. (Namakamu) menghambur ke pelukan Steffi. Melingkarkan kedua lengannya pada punggung sahabatnya itu dengan erat. "Makasih Puy. Nggak ada yang salah dari lo. Sama sekali. Lo tahu aja deh penyebab gue bisa drop. Tapi, sekarang gue udah nggak kepikiran lagi kok karena dia udah ungkapin perasaannya ke gue. Hihi. Ya ampun, kalau tahu ekspresi dia waktu lagi malu kayak gimana ... udah dari dulu gue tinggalin Sehun Oppa, Puy ...." Tiba-tiba saja, (Namakamu) merasa pelukannya pada Steffi melonggar. Dia ditatap dengan tajam oleh Steffi.

"(Namakamu)? Lo tadi bilang apa? Ungkapin? Siapa yang udah ungkapin perasaannya ke lo?" tanya Steffi bertubi.

Mata (Namakamu) melebar dengan sempurna. Tangannya refleks menutup mulutnya yang sudah keceplosan.

I'm Not Yusuf AS [IqNam Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang