Titik terendah (9)

210 30 20
                                    

"Bulu yang patah terkulai takkan pernah dipatahkan
sumbu yang pudar nyalanya
takkan pernah di padamkan". Seorang penyanyi sedang menyanyikannya dengan lembut.

tanah liat ditangan seorang penjunan
membuat sang bejana bertanya
aku ingin dijadikan apa, dibentuk seperti apa
walau proses penempahan sakit
tapi penjunan akan membentuknya menjadi indah
*****
.
.
.
.

Saat kau melihat bahwa garis tanganmu menunjukkan kabar baik untuk masadepanmu, tapi ternyata berbanding terbalik dengan kenyataan.

Kenyataannya jalan itu tidak mulus, tidak sebaik mimpi dan bayangan, tidak sebaik angan-anganmu juga.

Justru kamu melihat buruknya kenyataan, seperti lentera-lentera yang menghiasi lautan dengan cahaya yang redup. Ia tidak punya kemampuan membiaskan cahayanya.

Kamu melihat kelumpuhan atas harapanmu.,kesesakan dalam dadamu, bagaikan seorang pelari yang terus berlari sedemikian rupa untuk sebuah tujuan yang kosong.

inilah titik terendahku, saat aku tauh bahwa semua harapanku hilang dihembuskan angin malam, dan pagi hanya tersisa harapan pupus..
seseorang berkata kepadaku: jika memang pintu satu tertutup untuku maka akan ada pintu-pintu yang lain terbuka untukku
bahkan seseorang lain berkata: jika tangan satu orang menjatuhkanmu, maka ada seribu tangan yang akan mengangkatmu

Hal yang penting dari sebuah seni kehidupan: jangan biarkan kehendak bebasmu melebihi kapasitas imanmu, karena itu akan merusakmu

Sesungguhnya ini adalah sebuah harapan untukku melangkah kearah yang lebih baik. Tetapi pada kenyataannya itu hanya sebuah kata yang akan terus mendengung ditelinga dan pikiranku, tapi tidak ada hasil dari sebuah motivasi.

"San, aku mendengar bahwa kamu akan pindah ke kota Batam, untuk melanjutkan masadepanmu" menghampiri aku sambil menyentuh tanganku, ia seorang teman baikku semasa aku menempah karirku disebuah sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"San, aku mendengar bahwa kamu akan pindah ke kota Batam, untuk melanjutkan masadepanmu" menghampiri aku sambil menyentuh tanganku, ia seorang teman baikku semasa aku menempah karirku disebuah sekolah.

"Iya Ra", namanya adalah Maria seorang teman yang sangat baik.
Ia menghampiriku memegang tanganku lalu ia memelukku...

Aku tauh ini adalah perjalanan yang baru dalam babak hidupku, walau belum tau apa yang akan ku lakukan kedepannya. Melihat dari skill dan kemampuanku, tidak ada yang bisa aku lakukan untuk itu. Jawabku kepada Maria teman baikku sambil memeluknya dan membasahi pundaknya dengan air mata.

Lalu aku pamitan dengannya dan meninggalkan semua masalalu yang sudah kulewati, meninggalkan kenangan manis, dan tawa yang pernah terlewati dengannya.

Masa sulit benar-benar sulit, saat ku tahu keputusan konyol menamparku dengan luka.

Disepanjang perjalananku menuju kota batam, membuat pikiranku terus menhancurkan langkakhku, terus mengatakan bahwa aku tidak bisa apa-apa, aku selalu gagal dalam meniti karir dan masadepan, aku tidak akan berguna dimanapun aku pergi.  Rasanya langkahku dihentikan oleh pikiranku bahwa aku tidak akan bisa melakukan apapun untuk melanjutkan masadepanku... Tidak ada nilai jual yang dapat dibanggakan.

Ting tung ting, sepeuluh menit lagi anda akan tiba di bandara kota batam.
bunyi itu membuat aku menyadari bahwa sudah waktunya melangkah dan move dari sebuah keterpurukan.

Aku keluar melangkahkan kakiku, meniggalkan jejak lamaku dan menghampiri hari yang baru. Walau pada akhirnya aku melangkah tanpa sebuah tujuan tetapi dengan sebuah nekat.

Tiba di Batam, saya bertemu dengan seorang lelaki yang sangat baik. Ia menghampiriku..

"Halo dengan saudari San?" ia mengulurkan tangannya dan memberikanku salam hangat.

"Oh iya saya sendiri", jawabku sambil melihat dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Selamat datang di kota batam, selamat menempuh perjalanan yang baru" ia menyapaku dan sambil memberikanku senyuman manisnya.

Dalam perjalanan menuju tempat yang akan kutuju, membuatku tidak mampu berpikir, sesungguhnya apa yang akan aku lakukan di kota asing ini, aku berpikir keras dan mencoba untuk memecahkan masalah di otakku, hingga aku tertidur.

"Maaf saudari San, kita sudah sampai di apartemen" pemuda itu mencoba membangunkanku dan sedikit mengguncang tubuhku.

"Oh iyaa, maaf saya ketiduran"...aku pun terbangun, mengucek ngucek kedua bola mataku dan sambil mencoba mengembalikan kesadaranku sepenuhnya.
Lalu aku melangkahkan kakiku, memandangi disekelilingku dan tidak ada yang kutemukan seorangpun. Tempat itu begitu sepi seolah-olah tidak ada penghuninya.

"Saudari san akan tinggal di apartemen ini dan ini kuncinya" Pemuda itu menyodorkan kunci setelah menurunkan semua barang-barangku.

"Oke terimakasih ya sudah mengantarkanku sampai ketujuanku"..sambil menerima kunci tersebut dan mengemas barang-barangku.

"Kalau begitu saya tinggal dulu ya.. selamat malam", Ucap pemuda itu sambil pamit dan memutar badannya sambil melangkahkan kakinya, lalu meninggalkanku seorang diri.

Aku melangkahkan kakiku dan memasuki apartemen tempat dimana aku akan memulai segalanya. Lalu aku membuka pintu dan mengemaskan semua barang-barangku dan membersihkan tubuhku lalu kumencoba untuk membaringkan tubuhku.

Apakah akan ada hari yang baik untukku,
bagaimana aku akan memulai semua ini, jika aku datang kesini, namun tidak melakukan apapun apa gunanya semua ini. Aku berusaha memecahkan masalah ini, mencoba untuk melihat harapan walau itu kecil untuk kemungkinananya.
*
*
*
Aku terbangun dari tidurku, aku mendengar kicauan burung yang hinggap di pohon depan kamarku, aku melihat langit yang cerah dan bersahabat, seolah-olah petanda baik yang akan menghampirku.

Aku mencoba bergegas dan mempersiapkan diri untuk hari ini, akan aku sibukkan diriku seolah-olah ini adalah hari pertamaku bekerja disebuah perusahaan terbaik.

Segala sesuatu yang diperlukanpun aku persiapkan, dan mengemas semua barang-barangku, lalu aku tidak lupa sarapan roti coklat dan segelas susu.

kring kring kring.... aku terkejut saat Hp ku bunyi tanda pesan masuk dalam handponeku..

"San, apakah kamu sudah tiba di kota batam?
apakah perjalananmu menyenangkan?
apakah kamu baik- baik saja pagi ini?" pesan yang penuh dengan pertanyaan, dari seoran teman baikku.

"Aku baik-baik saja Ra... dan aku sudah tiba dikota batam dengan perjalanan yang menyenangkan". Aku mencoba menjawab pesan Maria dan meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja, lalu aku menutup handphoneku

Ternyata beberapa menit lalu, sebelum Maria mengirimkan pesan untukku, adalah lamunan yang tidak pernah terjadi, buktinya aku masih tertidur, dengan selimut yang membungkus tubuhku, dan memeluk gulingku.  Aku belum melakukan apa-apa, aku masih tertidur dan tertidur.

Tidak ada tujuan yang akan kutempuh hari ini, aku melihat disekelilingku melalui jendelaku, tidak ada seorangpun yang kutemui, ini seperti kota kosong tanpa penghuni, tidak ada seorangpun yang kutemui.

Sungguh ini titik terendah dalam hidupku, hidup dan mimpiku, seperti hanya lolucon. Tidak ada kehidupan dan pengharapan yang pasti. Seperti ruangan gelap tanpa cahaya, seperti langit mendung tanpa hujan, seperti kopi tanpa gula. Semua terasa pahit...

Jika ceritanya dan kisahnya ingin dilanjut ditunggu vote dan komennya ya teman-teman...




~Seni Abstrak~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang