PART 1

9.1K 585 10
                                    

Mentari terbit malu- malu dari ufuk timur memberikan sinar jingga nya disetiap sudut kota yang tampak masih begitu sunyi dengan salju yang menumpuk di sisi toko kelontong yang masih tutup disana.

Awan terlihat bergerak beriringan mengikuti arah angin entah kemana—Tampaknya hari ini petugas pun tak bisa memprediksi apakah salju akan turun di malam natal atau tidak, karena langit sepertinya mempermainkan dengan sinar yang begitu cerah namun angin juga berhembus kencang.

Warna merah itu sangat identik dengan natal—Hingga beberapa toko pakaian pun terlihat mengubah ciri khasnya menjadi merah. Pohon natal mulai terlihat disetiap pendestrian besar sebagai pemanis dan beberapa toko besar yang tampak akan turut memeriahkan natal tahun ini.

Pemuda itu tampaknya masih nyaman bergulung dibawah selimut berwarna putihnya—sesekali ia merenggangkan otot karena merasa kaku setelah bergadang semalaman. Terlihat jelas jas dokter berwarna putih dilempar dengan asal dan jas putih lainnya tergantung disudut ruangan dengan nama yang berbeda.

Matanya mengerjap pelan ketika lengan kecil itu meraba kasur yang kosong—Ia membuka matanya yang terasa begitu berat, manik sehitam arang itu mengedar dengan tubuhnya yang perlahan bangkit dan duduk sambil mengusap matanya yang terasa sedikit gatal.

"Taetae?"

Pemuda itu memanggil panggilan sayang untuk kekasihnya. Ia merenggangkan ototnya kembali dan perlahan melangkahkan kakinya turun dengan mata yang sesekali terpejam. Ia membuka pintu besar itu dan melangkahkan kakinya menyusuri ruangan dengan puluhan foto serta lorong kecil lalu terhenti didepan penyangga lantai dua.

"Taehyungie?"

Pemuda itu kembali memanggil—Namun tampaknya ia memilih untuk menekuk lutut dan bersandar pada penyangga. Lengannya terulur untuk memeluk ukiran besi dan matanya kembali terpejam. Sebelum akhirnya ia mendengar suara langkah kaki membuat matanya kembali terbuka.

"Jungkookie? Apa yang kau lakukan disana?"

Pemuda itu tersenyum dan mengulurkan lengannya, membuat pria berkulit tan menatapnya khawatir dan sedikit berlari—Lalu ia mengangkat tubuh kekasihnya seperti koala. Hal itu membuat Jungkook melingkarkan lengannya pada leher Taehyung dan kembali memejamkan matanya.

"Aku mencarimu" ucap Jungkook yang kini menyembunyikan pandangannya pada leher Taehyung—dengan pemiliknya yang tertawa kecil dan kembali melangkahkan kakinya kembali masuk kedalam kamar yang kini dipenuhi oleh sinar mentari.

"Maafkan aku—Aku membuat kopi tadi" ucap Taehyung yang kemudian menurunkan kekasihnya pada kasur besar dan kembali melangkah menutup tirai untuk menghindari mentari yang akan mengganggu tidur kekasihnya itu.

Jungkook memilih untuk tidur menyamping dan menyembunyikan sebagian wajahnya kedalam selimut. Ia benar- benar mengantuk pagi ini dan tak ada niat untuk bangun lebih cepat. Jadwal operasinya benar- benar buruk.

"Apa Taetae ada jadwal kerumah sakit pagi ini?"

Taehyung menghela nafasnya—Ia duduk disamping tubuh kekasihnya dan mengunci tubuh kecil itu, dengan satu lengan yang terulur mengusap wajah Jungook yang terlihat begitu lelah—Ini malam natal, tapi sepertinya ia harus meninggalkan kekasihnya itu,

"Ada—sepertinya aku dirumah sakit sampai malam—dan kembali kerumah sebentar lalu langsung ke Bandara" ucap Taehyung membuat Jungkook membuka matanya perlahan—menatap kearah tirai yang tertutup dan tersenyum sambil meganggukkan kepalanya pelan.

Kekasihnya akan pergi ke Jerman malam ini untuk menjadi dokter disana—Perpindahan tugas selama beberapa bulan.

Taehyung terdiam ketika Jungkook hanya mengangguk—Biasanya kekasihnya itu akan marah ataupun menggerutu. Sejak surat pemindahan tugas itu hubungannya dengan Jungkook sedikit renggang karena waktu dan juga komunikasi—Taehyung pun mengecup kening kekasihnya itu.

If We Were Destined [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang