PART 19

4.6K 440 24
                                    

Daun berwarna kemerahan itu masih setia membentuk permadani pada tembok basah disekitarnya—Aroma tanah basah bercampur dengan aroma daun yang menjadi penenang ketika mentari masih berada di tepi laskar—Mungkin, mentari pagi ini akan bersinar menghilangkah jejak hujan semalam.

Awan mulai berarak—dibawa oleh angin musim gugur entah kemana. Musim gugur mulai terasa begitu dingin ketika memasuki awal bulan November—Tidak bersahabat namun musim gugur tetap menyenangkan.

Suara bedside monitor itu tampaknya masih bergerak tenang—Dengan ventilator yang masih memberikan oksigen kepada pria yang masih terpejam dan tenang dalam tidurnya. Rambut itu sedikit panjang, terjatuh begitu saja mengenai keningnya yang kini berkerut.

Matanya mengerjap pelan, jemarinya bergerak kesulitan sampai akhirnya iris berwarna hazel itu terlihat—Menatap kearah langit- langit berwarna putih dengan tatapan kosongnya. Bola mata itu mulai bergerak sebelum akhirnya kembali terpejam karena rambut menusuk matanya.

Ia mencoba mengangkat lenganya perlahan—Sedikit kesulitan, meringis pelan sampai akhirnya ia bisa menepikan rambut panjang itu—Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan pintu ruangannya yang terbuka-

Taehyung mengerutkan keningnya, menemukan Park Jimin yang membawa beberapa data dan menunduk sebelum akhinya pria bermarga Park itu tersentak melihat Taehyung yang tersenyum dan berusaha membuka ventilator—Jimin merasa sesak didadanya menghilang begitu saja.

"Ku pikir—kau tidak akan bangun" ucap Jimin yang kembali melangkah dan memeriksa parameter pada bedside monitor itu—Ia melirik pada Taehyung yang menggelengkan kepalanya pelan dan membenarkan bantalnya—Pria itu, seharusnya Jimin tak perlu mengkhawatirkannya.

"Kau—Tidak meninggalkan benang atau kain kasa kan?"

Lihatlah—Pria itu melawak ketika dirinya baru saja bangun membuat Jimin mendelik dan menaruh berkas itu diatas meja—Dan tersenyum penuh arti sambil mengedipkan matanya berkali- kali sambil berpikir.

"Tidak—Tapi, sepertinya aku meninggalkan sisa guntingan benar disana—Kau tahu? Waktunya hampir habis dan badanmu belum tertutup"

Taehyung membulatkan matanya dan melirik pada pria yang membuat Taehyung ragu itu candaan atau bukan—Sial, Taehyung merasa ngeri sekarang sebelum akhirnya tawa itu terdengar membuat Taehyung jengkel.

"Aku akan tanyakan pada Namjoon hyung apa yang dia tinggalkan—"

"Yakk!"

Taehyung membentak membuat Jimin semakin tertawa cukup kencang—Ia pun menghela nafasnya dan menatap langit langit kamar.

"Bagaimana dengan Jungkook?—" gumam Taehyung membuat Jimin tersenyum tipis dan mengarahkan kedua ibu jarinya pada Taehyung—membuat Taehyung kembali mendelik—

"Dia terus memanggil namamu—Kau tahu?" ucap Jimin membuat Taehyung membulatkan matanya dan mengulurkan lenganya pada Jimin—

"Bantu aku—Aku harus bertemu dengannya—cepat—" ucap Taehyung membuat Jimin menatapnya begitu datar dan menggelengkan kepalanya pelan—Sungguh—Seharushnya Jimin tidak mengkhawatirkan alien itu—

"Kau sadar kau habis operasi besar? Kau tahu aku sembilan jam berjuang?" ucap Jimin membuat Taehyung memilih untuk bangkit seorang diri dan melirik pada pria bermarga Park itu yang tampak menyebalkan.

Namun, Taehyung terdiam—Ia mencengkram erat tepi ranjang dengan pandangannya yang menunduk—Taehyung mengulurkan lengannya—mencengkram lengan Jimin membuat pria bermarga Park itu tersentak—

If We Were Destined [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang