0. Dia Kembali

4.5K 194 19
                                    

Sreek! Sreek! Sreek!

Tebak itu suara apa? Ya, itu adalah suara yang terjadi akibat gesekan sapu dengan dedaunan kering yang entah kenapa sangat suka mengotori halaman rumah. Percayalah, di balik suara gesekan sapu dengan dedaunan kering itu ada umpatan-umpatan kecil yang keluar dari bibir pecah-pecah seorang Icut. Gadis yang berumur 26 tahun itu menyapu halaman rumahnya sejak sejam yang lalu. Sayangnya pekerjaan itu belum selesai hingga sekarang.

"Kak Icut! Adek Ina gigit-gigit baju Fatih!"

Astagfirullah al-'azim!

Icut berdecak sebal dan melempar sapu ijuknya sembarangan. Beginilah jika ia ditinggalkan dengan dua adik-adiknya. Pasti ada saja ulah baru yang dilakukan mereka. Oleh sebab itulah, Icut tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya itu.

Icut menghampiri kedua adiknya di ruang tamu. Ia berkacak pinggang. Awalnya ia ingin memarahi Ina, adik paling kecilnya yang berumur lima tahun itu, tetapi ia harus berpikir dua kali jika melakukannya. Dengan senyum palsu nan manis, Icut mendekati adik bungsunya itu. Berdrama seolah ia adalah harimau yang hendak menerkam mangsanya.

"Mama, huaaa ...."

Musnahkan saja anak kecil ini bolehkah?

Icut meringis kesakitan tatkala sebuah jeweran mendarat di telinganya. Ia meminta ampunan, tetapi jeweran itu semakin keras. Di lain sisi, kedua adiknya tertawa terbahak-bahak melihatnya dianiaya.

"Gini ya kerjaan kamu di rumah? Gangguin adek? Di luar juga belum disapu," omel sang kanjeng ratu.

"Ih, bukan salah Icut. Itu si Ina ganggu Fatih. Mama sakit!" bela Icut tetapi sepertinya sang mama tidak percaya, terbukti dengan jeweran yang semakin keras. Allahu!

Akhirnya, jeweran itu terlepas beberapa detik kemudian. Icut mengusap telinganya yang berlapiskan hijab yang agak tipis. Tahu begini, Icut memakai jilbab setebal bulu domba, jeweran mamanya masih sama. Padahal umur tidak muda lagi. Bukan berarti Icut berharap mamanya cepet tua loh ya. Icut cuma berusaha mengatakan realita.

"Ma, salam dulu, gitu. Masuk rumah langsung jewer bidadari, gimana, sih," gerutu Icut.

"Oh iya, Mama lupa. Assalamualai'kum," ucap mamanya dengan suara lembut.

Kalau seperti ini kan enak dengarnya. Mamanya itu sering lupa. Faktor umur, Icut maklum. Tetapi, kalau masalah jewer-menjewer, mamanya tidak pernah lupa.

"Waalaikumsalam Ibunda Kanjeng Ratu," balas Icut dengan tak kalah manisnya.

"Ngapain lagi? Nyapu sana!" ketus kanjeng ratu dengan galaknya.

Icut memanyunkan bibirnya. Mama terkadang suka mengomel dan galak. Namun, Icut tahu kanjeng ratu sebenarnya amat menyayanginya. Jangan tanya kenapa kanjeng ratu terlihat ketus padanya, itu karena Icut meminta izin melanjutkan S3. Padahal Icut masih belum menyelesaikan S2. Ia baru mengutarakan niatnya dan langsung ditolak mentah-mentah.

"Perempuan itu jangan terlalu tinggi sekolahnya. S1 aja sebenarnya udah cukup, selebihnya tinggal di rumah. Layani suami dan jaga anak-anak. Ngurus rumah. Lihat Mama, Mama bahkan cuma tamatan SMK. Gak kuliah, tapi hidup makmur aja."

Itu kata-kata kanjeng ratu beberapa hari yang lalu. Ya iya mamanya hidup makmur, ayahnya Icut adalah seorang dosen yang merangkap sebagai pemilik rumah makan Bahagia. Jangan salah, rumah makan itu bahkan punya cabang di mana-mana.

"Icut kan gak kayak Mama. Icut bosen dong kalau di rumah melulu," protes Icut kala itu.

"Lah, bosen apanya? Denger nih, Mama tamatan SMK dan sekarang jadi tukang jahit. Tetep di rumah. Gak bosen. Lagian liat Ayah kamu tiap hari. Kalau ada orang yang kita cintai, pasti gak akan pernah bosen tinggal di rumah."

Hay, Kal! (Tamat Dan Pindah ke DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang