~Tidak ada manusia yang sempurna. Tetapi, sekalipun begitu bukankah wajar untuk berubah sedikit lebih baik?~***
Awalnya, Icut tidak tahu kenapa ia menikmati tatapan itu. Awalnya, ia tidak tahu kenapa jantungnya masih berdebar cepat dalam waktu yang lama hanya karena lelaki itu. Awalnya ia tidak tahu apakah rasa bencinya semakin membesar atau malah memudar. Yang ia tahu, sepertinya a masih memiliki rasa pada makhluk ciptaan Allah yang satu itu.
Tatapan Haykal membunuhnya. Membuatnya terlempar ke dalam kubangan pesona yang mengkhilafkan. Ia jatuh, untuk ke sekian kalinya.
Tangan Haykal terulur membenarkan letak jilbab Icut yang miring. Kebiasaan, Icut selalu saja melupakan penampilannya yang akan merangsang siapa pun untuk tertawa.
"Awas!"
Dengan sekuat tenaga, Icut menolak tubuh Haykal. Ia tidak mau semakin larut dalam tatapan lelaki itu. Karena keputusannya bisa saja berubah dalam sepersekian detik. Jika begini, maka gagal sudah rencana yang ia susun rapi.
Haykal beringsut mundur, berdiri, dan memandang Icut dengan senyuman meremehkan.
"Kayak ada yang janggal," kekeh Haykal.
Icut beranjak turun dari ranjang. Lalu bersedekap di depan Haykal dengan tatapan menantang.
"Apa?" sinis Icut.
"We are a couple, Cut. Pasangan halal sejak sebulan yang lalu."
"Terus?"
"Rasanya agak aneh kalau kamu masih pake jilbab di depan aku. Aku suami kamu. Jangankan rambut, bahkan seluruh tub--"
"Stop! Ngomong sekali lagi, aku bakal tendang kamu, Kal! Enggak lupa kan kalau aku pernah belajar silat?" potong Icut seraya mengambil ancang-ancang.
"Lah, kenapa enggak boleh? Baru ngomong belum ngelakuin. Ah, kamu lupa kewajiban sebagai istri? Kalau aku minta sekarang, kamu enggak boleh nolak, lho," tutur Haykal semakin menjadi-jadi.
Icut memundurkan langkahnya. Namun, Haykal malah semakin berminat untuk mendekatinya. Hingga punggung Icut menabrak dinding, Haykal memenjarakannya dalam kungkungan lengan.
"Kenapa? Kamu masih anggap aku orang asing?"
"..."
"Kamu lupa kita udah bersama sejak kecil? Tetangga yang saling jatuh cinta walau awalnya musuhan?"
" ... "
"Dari pertama nikah, kamu bahkan enggak lepas jilbab kamu. Aku ... haram buat kamu?"
"Kal ... itu ...."
"Dengar, Cut. Seberapa benci pun kamu padaku, kita harus mulai semuanya dari awal. Aku bakal jadi imam yang baik buat kamu," tawar Haykal. Sedikit menggiurkan.
Icut menggeleng kuat.
"Bahkan dengan sehelai rambut kamu aku tetap enggak bisa lihat?" tanya Haykal putus asa.
Icut menggeleng lagi.
"Kamu tahu, Cut. Itu ngelukai harga diri aku."
Setelahnya, Haykal mengambil sesuatu dari laci nakas, kunci cadangan. Sementara wanita itu masih terpaku, ia pun melangkah keluar dari kamar. Meninggalkan Icut dengan perasaan campur aduk yang membingungkan.
***
"Jadi, intinya lo nyakitin dia?" tanya Devina, sahabat Icut sejak SMA.
"Hah? Apa? Gue nyakitin Haykal? Dia kali yang nyakitin gue," protes Icut lalu menyeruput jus mangganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hay, Kal! (Tamat Dan Pindah ke DREAME)
General FictionSudah pindah ke Dreame (versi baru dan revisi) Follow dulu sebelum membaca⚠ #1 Chicklit "Aku pengen tahu kenapa kamu nikahi aku, Kal. Kamu enggak pernah lupa 'kan pernah ninggalin aku? Kamu enggak lupa 'kan pernah ngilang gitu aja? Kamu enggak lupa...