"Selalu ada celah untuk menyelesaikan masalah. Kepala yang dingin dan hati yang sejuk, dari itulah permasalahan selesai."
***
Icut tidak tahu apakah pilihannya ini benar atau salah karena telah menerima lamaran Haykal. Namun, keputusannya menerima Haykal murni dari hatinya. Cinta? Icut masih membenci lelaki itu. Sedikit pembalasan dendam melalui pernikahan, mungkin? Yap, Icut ingin memberi sedikit pelajaran untuk Haykal. Pernikahan ini harus berakhir dengan perceraian, itu tekadnya.
Icut akan meninggalkan Haykal suatu saat nanti. Saat dirinya puas untuk melukai hati Haykal. Sama seperti apa yang dilakukan lelaki itu padanya. Ternyata setan jahanam telah mengikat sebuah pertalian yang disebut pertemanan.
"Icut, bangun ...."
Suara itu. Sebuah suara yang cukup menganggu untuk Icut. Ia tidak lupa dengan suara berat yang selalu menyentaknya dari mimpi indah di tiap menjelang subuh.
"Salat, Icut," ajak lelaki yang kini berstatus sebagai suami Icut. Mau tidak mau Icut beranjak dari posisi tidurnya. Ia mengusap matanya dan saat terbuka dengan lebar, ia melihat sesosok lelaki dengan baju koko dan sarung yang melilit di pinggangnya.
"Aku lagi enggak bisa salat," ketus Icut memasang wajah kesal.
Lelaki yang telah menjadi suaminya itu hanya menggaruk kepalanya.
"Bukannya minggu lalu kamu juga datang bulan?" tanya Haykal mengernyitkan keningnya.
Icut membeku di tempat. Apa Haykal menghafal jadwal menstruasinya sekarang? Lelaki itu ... Icut tidak bisa mendeskripsikannya.
"I-itu ...."
"Jangan bohong sama suami, Cut. Dosa!" tegas lelaki itu dengan tatapan dingin.
Icut mencebik.
"Iya, iya. Ini juga mau salat, kok. Udah sana, ke masjid!" usir Icut. Lelaki itu menghela napas panjang lalu keluar dari kamar Icut. Yap, kamar Icut.
Blam...
Icut menutup pintu kamarnya setelah sosok Haykal keluar dari sana. Buru-buru Icut berlari ke kamar mandi. Ia langsung bercermin. Rasanya Icut ingin menjedotkan kepalanya di dinding. Jadi, apakah Haykal melihat wajah kucelnya setelah bangun tidur tadi?
"Aarrgghh!!!"
***
Icut mendesah berat. Ia baru saja menyelesaikan kegiatan dapurnya dengan memasak nasi goreng. Selesai? Tidak juga. Lebih tepatnya Icut menyerah. Ia tidak bisa memasak. Itu kesimpulannya.
Sedari dulu, Icut paling anti dengan kegiatan memasak. Semua pekerjaan rumah bisa ia lakukan, tapi tidak dengan memasak. Sang mama bahkan menyerah saat mengejari Icut. Jangankan memasak kari ataupun rendang, menggoreng saja bisa gosong, sayur asem jadi terasa asin, bahkan memasak air di panci pun sampai kering. Seberapa banyak pun Icut berusaha, tetap saja ia tidak bisa. Atau mungkin ia belum berusaha lebih keras.
Sudah sebulan sejak pernikahannya dengan Haykal. Selama ini, lelaki itu yang lebih banyak berkecimpung di dapur. Itu pun hanya di saat-saat tertentu. Lagipula baik Icut maupun Haykal jarang berada di rumah. Keduanya lebih sering makan di luar.
Mereka menjadi asing. Lebih tepatnya Icut yang mengasingkan dirinya sendiri. Ia memang menerima pernikahan, tetapi tidak sepenuhnya ikhlas. Sejak hari pertama setelah menikah, Icut langsung mewanti-wanti Haykal dengan beberapa peraturan.
Pertama, mereka berdua pisah kamar. Untungnya, Haykal sudah menyiapkan sebuah rumah minimalis dengan tiga kamar di dalamnya. Entah sejak kapan Haykal membangun rumah itu, Icut tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hay, Kal! (Tamat Dan Pindah ke DREAME)
General FictionSudah pindah ke Dreame (versi baru dan revisi) Follow dulu sebelum membaca⚠ #1 Chicklit "Aku pengen tahu kenapa kamu nikahi aku, Kal. Kamu enggak pernah lupa 'kan pernah ninggalin aku? Kamu enggak lupa 'kan pernah ngilang gitu aja? Kamu enggak lupa...