Akhir-akhir ini Jeongguk lagi sibuk banget. Ada pertandingan antar sekolah seminggu lagi sehingga jadwal latihan futsal yang biasanya cuma sekali seminggu bisa sampai tiap hari nonstop (mungkin istirahatnya pas hari Minggu doang). Pulang sekolah langsung latihan, nggak ada excuse lain buat bolos, habis itu selesai latihan pun pas udah gelap—sekitar jam enam atau setengah tujuh malam.
Memang cuma antar sekolah. Biasa, kan, event anak SMA. Tapi pelatih mereka juga orang yang kompetitif dan tegas, pokoknya harus kasih yang terbaik. Maka dari itu Jeongguk—sebagai kapten—dan teman-temannya nggak mau ngecewain pelatihnya.
Beberapa hari belakangan Jeongguk juga jadi jarang ketemu Taehyung. Yah, kalau ketemu doang, sih, sering, orang masih satu sekolah. Maksudnya yang benar-benar ketemu. Ngobrol, kek, ngapain, kek. Palingan cuma lewat doang say hi kayak temen udah lama nggak ketemu terus gengsi mau nyapa.
Nggak, deng, nggak separah itu juga.
Pokoknya kayak... ada spasi tiba-tiba di antara mereka. Jeongguk nggak ngerti siapa yang mulai duluan tapi dia juga jadi ngikutin permainan Taehyung dan mencoba buat oke, nggak apa-apa.
Hari ini Taehyung pulang sama Jimin, lagi. Berkali-kali juga Jeongguk coba yakinin diri sendiri kayak, "ah elah, Gguk. Orang biasa juga Kak Taehyung pulang bareng Bang Jimin nggak apa-apa, kok." Tapi habis itu kok malah tambah kepikiran—meskipun dia juga coba buat lupain itu karena harus fokus sama latihan.
Jujur aja, Jeongguk bukannya curiga sama Jimin, tapi ke orang lain. Tahu, kan, insiden kepergok nganterin pulang sampai depan rumah? Udah berhari-hari tapi masih aja dipikirin. Ya abis Taehyung nggak bilang apa-apa, sih. Kan puyeng pangeran.
"Woi, nginep lo?" Jeongguk langsung sadar pas ada botol melayang ngarah ke dia. Untung berhasil ditangkap dengan sempurna sebelum ketampol muka.
Mingyu pelakunya. Cowok itu udah mau keluar dari gimnasium yang udah sepi tapi sempat-sempatin ngelirik Jeongguk yang bengong dari tadi.
"Ya sabar ini juga lagi beberes." Jeongguk benerin isi tasnya yang agak berantakan karena buku-bukunya ketimbun sama seragam dan dia males buat tata rapi. "Yok."
Dia berdiri sambil buka tutup botol air mineral lemparan Mingyu tadi, diminum sampai kandas setengah, habis itu dimasukin dalam tas.
"Galau lagi, ya?"
Jeongguk yang lagi jalan sambil narik resleting tas ngelirik Mingyu kilas. "Apaan?"
"Sok-sokan lo. Mikir Kak Taehyung, kan?"
"... Nggak."
"Nggak bakat lo ngibulin gue." Mingyu naikin tas yang kesampir di sebelah punggungnya. "Kalau lo mau masalahnya cepat kelar... samperin langsung, tanyain, klarifikasi gitu. Kalau lo nggak bisa, ya udah jangan dipikirin terus-terusan, bentar lagi tanding juga. Ntar kalau di lapangan lo malah mikirin pelik asmara lo kan repot."
Jeongguk masih bungkam, nggak tahu harus balas gimana. Soalnya Mingyu bajingan—dia benar. Iya, Jeongguk memang mikirin Taehyung. Dan iya, dia memang sepengecut itu buat samperin langsung dan tanyain. Ada satu sisi di mana dia pikir ini urusan Taehyung dan mungkin dia nggak boleh ikut campur.
Dan lagi-lagi, iya, secara nggak langsung dia sendiri yang bikin ini tambah rumit.
"Gue... masih belum tahu." Mereka sampai di parkiran, kebetulan parkir motor nggak begitu jauh dan kondisi udah sepi, jadi gampang keluar. "Nanti, deh, Gyu. Lo nggak usah ikut-ikutan mikir, kasihan otak lo ntar nggak kuat."
"Yeu bangsat, dikasih tahu malah ngelunjak."
"Hehe. Iya, deh, maaf. Makasih, bro, lo emang paling Top dah yang lain Bengbeng."
KAMU SEDANG MEMBACA
galak | kv ✓
Fanfic𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃. Tentang Jeon Jeongguk, anak kelas sebelas yang pacaran sama kakak kelas dua belas yang galak-galak jutek (tapi gemes). Namanya Kim Taehyung. "Kak, jangan marah, ya?" "Bodo." "Aku beliin Mekdi." "... Ya udah cepet." © ggukiology...