pt. 20 (ahak-ahak)

13.4K 874 65
                                        

˙·٠•●🅁🄾🅂🄴🅁🄴🄽 🄿🅁🄴🅂🄴🄽🅃🅂●•٠·˙

ʝαҽɾҽղ ƒαղƒìçτìοղ
.

.

.

.

.

.

⚠⚠warn, ketik publish⚠⚠

.

.

Waktu terasa begitu cepat. Mengalir bagai air yang tenang menuju penghujung tempat berlabuh.

Angin musim panas bertiup pelan, namun cukup untuk membuat mereka yang di sapu oleh tiupan angin menjadi sedikit merasakan hawa panas di musim pertengahan tahun itu.

Di sebuah kamar bernuansa putih dan pink, berdiri sosok cantik yang tengah mematut dirinya di depan cermin. Memastikan kembali bahwa penampilannya tidak akan mengecewakan.

Ini hari yang baik dan bahagia, jadi ia ingin menjadi sosok yang sempurna. Malam ini saja. Setidaknya itu permintaan si mungil.

Pintu kamar berwarna putih gading itu terbuka. Menampilkan sosok wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. Nyonya Huang tersenyum melihat putranya yang manis. Mendekati lalu menyentuh lengan kurusnya pelan, membuat si mungil terperanjat kaget.

"Kau gugup, sayang?"

Renjun membasahi bibir bawahnya. Mengganguk kemudian. Jika di katakan ia tidak gugup itu adalah sebuah kebohongan. Nyatanya ia sedari tadi terus mematut diri di depan cermin memastikan bahwa penampilannya sudah lebih dari kata sempurna dan telapak tangannya yang basah akan keringat juga bergetar.

Nyonya Huang tersenyum maklum. Menenangkan putranya dengan pelukan sesaat yang hangat.

"Dulu, Mama juga begitu saat akan menikah dengan Baba mu. Bahkan, Baba dulu sempat pingsan sayang kkk~" ucap Nyonya Huang dan di iringi tawa pelan khas ibu-ibu.

Renjun membulatkan matanya, berbinar Indah ketika mendengar ucapan sang ibu.

"Benarkah Ma? Masa Baba sampai pingsan? Hihi Baba terlalu gugup yah?" tanya si mungil dengan penasaran.

Nyonya Huang mengangguk dan kembali bercerita. "Lalu acara pernikahan kami harus di undur satu jam. Bisa kau bayangkan bagaimana keadaan pesta saat itu kan, sayang? Hahaha, Mama selalu saja tertawa jika mengingat soal itu."

Renjun ikut tertawa kecil dan setia mendengarkan.
"Tapi, Ma. Aku kan baru mau bertunangan, bukan menikah.." cicit si mungil sambil merengut kesal.

Tawa Nyonya Huang kembali terdengar. "Tak apa. Mama hanya berusaha membuatmu tidak terlalu gugup. Dan.. Kalau kau mau langsung menikah juga tak apa, sayang. Kkk~ Mama malah akan segera mendapatkan cucu, ututuuu~"

Renjun semakin merengut dan memekik pelan ketika kedua pipi gembilnya di cubit gemas oleh sang ibu.

Hhh.. Cucu apanya. Renjun bahkan belum lulus sekolah. Yah.. Sebentar lagi si.. Tapi kan Renjun belum siap. Lagi pula kan masih ada gege-nya yang lebih bisa cepat-cepat memberi cucu. Bukan dia. Itu isi pikiran si mungil, terus menggerutu dalam hati dan terhenti ketika gege-nya datang dan memberitahu bahwa ia harus keluar sekarang.

Renjun kembali merasa gugup. Kun yang melihat itu tersenyum lalu menggandeng tangan adiknya, mengelus punggung tangan yang berhiaskan tanda lahir itu dengan lembut--berusaha memberi ketenangan.

Not A Fake Love〈Jaeren〉✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang