#3

54 19 5
                                    

"Mencintaimu, sama halnya dengan menggenggam duri di tangan. Walaupun begitu, aku tidak peduli. Asal kamu mencintaiku juga, hehe."

***

"Sya, kita mau kemana sih?"

"Ke kamar mandi."

Juna melepaskan tangannya dari genggaman Tasya. Kayaknya marah, pikir Tasya.

"Gue cowo." ucap Juna lalu membuang muka.

Dengan tersenyum, Tasya menatap Juna. "Heh, yang mau ngajak lo ikut masuk itu siapa Juna...".

"Terus?"

"Lo tunggu dulu sebentar disini, jangan kemana-mana. Perut gue mules hehe."

Tasya melesat pergi meninggalkan Juna sendirian. Juna hanya memperhatikan tingkah laku konyol cewe berambut pirang itu. Ia menghela napas lalu memutuskan untuk mencari tempat duduk.

Setelah berhasil menemukan tempat duduk, Juna menyalakan layar ponselnya. Ia mendapati beberapa kali panggilan dari kontak yang bertuliskan 'Mamah'. Mengetahui hal itu, ia segera menghubungi kembali kontak tersebut.

Namun tak satu pun panggilan Juna terjawab. Ia cemas, khawatir, dan takut akan terjadi sesuatu dengan Mamahnya. Akhirnya, Juna memutuskan untuk melakukan panggilan terakhir. Ia berdiri lalu kembali melakukan panggilan ke nomor yang sama. Berharap panggilannya kali ini tejawab.

Tuut..Tuut..Tuut.. nomor yang anda hubungi, sedang tidak aktif.

Nahas, masih dengan hasil yang sama. Panggilan Juna tidak terjawab sama sekali. Juna kembali duduk, menyimpan lagi telepon genggamnya kedalam saku.

"Jun, mikirin apaan?" tanya Tasya yang sudah berdiri di hadapan Juna, tanpa sepengetahuannya.

"Eh sya, udah?"

"Iyaa udah, kalo belum juga gue masih di kamar mandi kali."

"Hm."

"JAWAB DULU WOY, GUE DARITADI NANYA JUNAAA."

Juna menatap Tasya kaget. Wajahnya yang sedari tadi cemas, dalam beberapa saat berubah lagi menjadi dingin.

aduh salah ngomong gue, batin Tasya. Nyali Tasya menciut bagai tikus yang sedang bertemu dengan kucing. "Ehe, Junaaa yang ganteng, yang pinter, yang yang yangdam lah bodoamat itu. Maksud gue, anu lho itu keliatannya tadi muka lu lagi mikirin sesuatu. Ada apa Jun?" tanya Tasya dengan tersenyum kaku.

Juna menarik napas panjang. Lalu melipat kedua tangannya sambil menatap Tasya. "Mamah gue nelfon."

"Lah, terus?"

"Gue ga tau, jadinya ga dijawab."

"Dan gue. Takut terjadi apa-apa sama Mamah gue." sambung Juna.

"Ohh, gitu. Kenapa ga coba hubungin supir Mamah lu?"

Juna menoleh Tasya sebentar. Lalu merogoh kembali HP dari sakunya.

"Tunggu."

Juna mulai mencari kontak yang bernama 'Pak Doni' itu. Setelah menemukannya, Juna segera melakukan panggilan kepada kontak tersebut.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya panggilan Juna terjawab.

Pak Doni

hallo, iya Den ada apa?

Juna

anu Pak, tadi Mamah nelfon saya ada apa ya?

I Don't Care, cause I love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang