#6

28 14 2
                                    

"Bee, kamu cantik banget hari ini uwwu." -Juna.

*kelakuan konyol Juna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*kelakuan konyol Juna

***

"Mau kemana?"

Tasya menghentikan langkahnya. Kemudian menatap tajam sosok yang tengah berdiri menghalangi jalannya. Tasya menghela napas berat.

dengan berat hati, Tasya mengurungkan niat untuk memberi pukulan pada sosok tersebut. Ia sudah tidak punya banyak waktu lagi, jam di tangannya menunjukkan pukul 6 pagi.

"Minggir, bentar lagi jam 7. Dari sini ke sekolah naik angkot, bukan naik burok. Tau sendiri angkot kayak gimana, ditambah lagi jarak dari sini ke sekolah jauh." ucap Tasya.

"Jawab pertanyaan gue dulu."

"Jun, lo gila ya? jangan buang-buang waktu deh, bentar lagi udah mau jam 7. Lo enak, santai kan gitu, naik motor. Sedangkan gue? mau naik odong-odong? udah minggir cepet ahhh."

"Jawab dulu." ucap Juna dengan nada dingin.

Tasya mendengus kesal. Melipat kedua tangannya dan kembali menatap tajam mata Juna. Yang berada di kepalanya kini hanya ada kebencian terhadap Juna. Otaknya sudah tidak bisa menerima lagi tingkah laku Juna yang kelewatan gila itu.

"Juna, gue mau berangkat ke sekolah. Lo mau jungkir balik kek, mau loncat dari kamar atas kek, atau mau lari muterin lapangan kek, terserah. Yang penting sekarang, lo minggir jangan ganggu gue. Ngerti?"

"Nah, gitu jawab pertanyaan gue dari tadi."

"TERSERAH LO SETANNN... BODOAMAT... GARA-GARA NGOMONG SAMA LO, JADI BUANG-BUANG WAKTU GUE 15 MENIT. SABAR EMANG GUE MAH, DARI LAHIR."

ketika Tasya hendak pergi, Juna segera menarik tangannya. Dan berhasil membuat langkahnya terhenti.

"Tunggu. Lo belum sarapan."

"Jun, lepasin sekarang. Udah cukup bercandanya, bentar lagi mau jam 7, Juna."

"Iya, gue tau. Tapi lo sarapan dulu."

"Sebentar, gue keluarin motor dulu. Lo buruan sarapan. Nanti kita berangkat." sambung Juna.

Juna berhasil membuat Tasya terkejut. Ia berdiri diam mematung, seperti tak bernyawa. Tatapannya pun kosong. Juna mengguncangkan pundaknya dengan pelan. Dan Tasya kembali sadar.

kemudian Tasya memberikan senyuman manis pada Juna. Kerutan-kerutan di wajahnya perlahan menghilang. Tidak ada masalah lagi yang perlu ia khawatirkan. Selama Tasya berada di boncengan Juna, jarak bukanlah masalah yang besar. Kecepatannya tidak perlu diragukan lagi. Melesat kencang seperti cheetah. Hanya butuh 20 menit untuk sampai ke sekolah.

setelah menyelesaikan sarapannya, Tasya segera mengunci pintu rumah lalu menghampiri Juna yang sudah menunggu di depan.

"Udah?" tanya Juna.

I Don't Care, cause I love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang