02/?

4.3K 734 11
                                    

"Rin, kau bisa menjadi bapak rumah tangga setelah kita menikah nanti. Kau yang kerja, kau juga yang mengurus rumah." Ucapmu ketika kau menonton Rin yang sedang berkutat dengan alat-alat dapur.

"Lalu, kerjaanmu apa?"

"Tentu saja menikmati hasil kerja kerasmu."

"Enak di kamu ga enak di aku."

Kau hanya tertawa.

Ekspresi ceria tergambar jelas di wajahmu kala Rin meletakkan dua piring pasta di atas meja makan. Tak berlama-lama memanjakan indera penciuman dengan aroma saus tomat, kau segera menggulung spaghetti-nya dan memasukkannya ke dalam mulut. Bergumam riang merasakan saus bolognese yang lumer di lidahmu. Namun dua detik kemudian ekspresimu berubah murung dan kau cepat-cepat meletakkan garpumu kembali.

"Ada apa?" Rin menatapmu heran. Bukankah tadi kau senang layaknya anak kecil yang belikan balon oleh ayahnya? Kenapa sekarang malah murung begitu?

"Aku iri. Kau benar-benar bisa membaca pikiranku." Ucapmu pelan, "Buktinya kau selalu menyiapkan makanan yang sedang ingin kumakan. Sedangkan aku tidak. Aku tidak bisa membaca isi pikiranmu sama sekali."

Rin mengulum senyum, tangannya terangkat untuk mengusap puncak kepalamu, "Kau bisa, kok."

Jawaban Rin serta-merta membuatmu menanamkan tatapan pada iris ruby-ya.

Menghapus jejak saus di sudut bibirmu, Rin kembali berkata,

"Buktinya kau selalu datang di saat aku tidak ingin makan sendirian."

DRABBLE | Matsuoka Rin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang