23

102 27 10
                                    

"Permisi tante." Raven sekarang berada di rumah Rexa. Dan sekarang sedang bertemu mamah Rexa di depan pagar rumah Rexa. Sang mamah Rexa sedang menyiram tanaman.

"Lah nak Raven." Mamah Rexa mematikan keran air dan membuka pagar mempersilahkan Raven masuk ke dalam rumahnya.

"Rexa ada tante?" tanya Raven sambil menyalami tangan mamah Rexa.

Mamah Rexa menaikan satu alis. "Lah tante kira Rexa kemoterapi sama kamu."

Raven terkejut mendengar jawaban mamah Rexa. Oiya hari ini kan jadwal Rexa kemoterapi kenapa Raven bisa selupa itu. Raven berpamitan dengan mamah Rexa dan langsung masuk ke dalam mobil lalu menancapkan gas menuju rumah sakit.

^^^

Tiba di rumah sakit, Raven segera menuju ke lantai 3, ke ruangan Rexa yang biasa melaksanakan kemoterapi. Tiba di lantai 3, Raven terkejut melihat kakak kelasnya sedang duduk tak jauh dari ruang tunggu. Kakinya ia langkahkan ke kursi ruang tunggu dan menghampiri kakak kelasnya itu.

"Ferry?" Raven memastikan pria yang sedang duduk itu Ferry.

Ferry yang sedang sibuk dengan ponselnya terpaksa harus mengalihkan ponsel dan menatap lelaki yang tadi memanggilnya.

"Hei Ven," sapa Ferry dan bangkit berdiri. Iya Ferry mengenal Raven karena mereka satu eksul, yaitu basket.

"Ngapain kak disini?" tanya Raven sambil melihat kanan-kiri, siapa tahu Ferry tak sendirian.

"Nemenin pacar kemoterapi. Lu sendiri ngapain?" tanya Ferry balik.

Raven mendudukan tubuhnya di kursi tunggu. "Boleh kali kak kenalin cewenya ke gue," ledek Raven.

"Nanti kalo dia keluar, gue kenalin," ucap Ferry lalu memainkan ponselnya kembali.

Terjadi hening di kursi tunggu. Raven pun mengeluarkan ponselnya dan memasang earphone ke telinganya. 5 menit kemudian, pintu ruang kemoterapi terbuka menampilkan sosok perempuan sedang membawa tas selempangnya dengan wajah pucat.

Perempuan itu menghampiri Ferry dan belum mengetahui keberadaan Raven disana. Perempuan itu berdiri di depan Ferry. Ferry yang mengetahui ada perempuan di depannya langsung menaruh ponselnya di kantung celana dan menatap perempuan itu lalu tersenyum.

"Udah selesai?" tanya Ferry baik-baik.

Rexa mengangguk. Ferry memalingkan wajahnya dan memanggil Raven. Raven yang dipanggil pun melepaskan earphone betapa terkejutnya saat melihat Rexa sudah berada di depan kursinya dan bersama ... Ferry? Sejak kapan Rexa kenal dengan Ferry.

Rexa dibuat terkejut, ternyata Raven bersama Ferry. Bagaimana bisa Raven ada di rumah sakit? Sementara itu Raven berusaha bersikap biasa saja dan berdiri di sebelah Ferry.

"Oh ini cewe lu kak?" tanya Raven berusaha cuek kembali.

"Enggak salah Raven barusan ngomong gue cewenya kak Ferry?" batin Rexa.

Ferry tersenyum. "Kenalin Ven, ini cewe gue, Rexa. Re, ini Raven, temen basket gue," ujar Ferry.

"Gue udah kenal," jawab Raven dingin.

Tak sangka, ternyata di depan Ferry saja Raven masih memperlihatkan sifat cueknya. "Kita udah saling kenal kak. Kebetulan kelas kita sebelahan," jawab Rexa.

"Oh ternyata kalian udah kenal. Kok lu enggak cerita ada cewe cantik di IPS 5?" tanya Ferry sambil menyenggol bahu Raven. Yang disenggol pun hanya mengangkat bahunya tanda tak peduli.

"Gue balik dulu kak," ucap Raven pamit.

Dengan cepat Ferry mencegahnya. "Ven, katanya lu nunggu cewe juga, tapi kok di tinggalin." terlambat, Raven sudah menjauh, entah Raven mendengar ucapannya atau tidak.

My lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang