Keesokan paginya, Tuan dan Nyonya Kim bangun dipagi hari dan langsung disertai air mata saat tahu kedua anak berharganya sudah tiada. Walau ada perasaan sedikit lega karena anak-anak mereka hilang dengan raganya, bukan hanya nyawanya. Setidaknya mereka tahu anak-anak mereka masih bernyawa.
Selena yang melihat hal itu ingin menenangkan keduanya dan bercerita soal ia yang menjadi saksi perpisahan Taehyung dan Jisoo dengan dunia ini. Namun sayangnya, kedua orang tua sahabatnya ini tidak dapat mengetahui eksitensinya, apalagi berinteraksi dengannya.
Jadi ia memilih duduk di jendela kamar Jisoo yang menjadi spot favoritnya di rumah ini, sambil melihat keluar jendela, berharap ada segerombolan tujuh orang yang tak lain dan tak bukan adalah member-member BTS yang lewat di depat rumah. Kan kalau kenyataan lumayan. Ia bisa mengikuti mereka tanpa ketahuan media.
Sedangkan di sekolah, Irene sedang menunggu sahabatnya di dekat gerbang untuk masuk ke kelas bersama. Namun setelah ia menunggu hinggal bel masuk, Jisoo tidak kunjung menampakkan tubuhnya. Hal ini membuat Irene berpikir soal perkataan Jisoo dua minggu yang lalu, tentang dirinya yang tiba-tiba menghilang. Namun segera ia tepis dan yakin sahabat gilanya itu tidak masuk karena sedang sakit. Jadi ia hanya mengirim pesan ke nomer Jisoo bahwa sehabis sekolah ia akan mengunjungi rumah gadis itu.
Saat jam istirahat, Seokjin dengan napas memburu tergesa-gesa menuju kelas Jisoo. Tidak peduli dengan tatapan orang lain tetang betapa gilanya primadona sekolah mereka terhadap Kim Jisoo.
BUAAKK!!
Suara gebrakkan meja berhasil membuat seluruh penghuni kelas menaruh perhatiannya pada Seokjin yang baru saja menggebrak meja Irene.
"Mana Jisoo?" tanyanya dengan wajah sangar disertai keringat yang meluncur di pelipisnya.
Irene manarik napas panjang sebelum memulai rap bacotnya, "Ya mana aku tau lagian aku juga nyari dia kemana-mana tapi gaada. Kamu kira aku gak khawatir? Heloo.. sini sahabatnya, ya. Emang situ sapanya sok berkepentingan banget. Terus juga ngapa pake acara gebrak meja? iya, tau ini sekolah punya buyutnya kakekmu tapi gak gini caranya nanya sama cewek cantek. Situ kan yang butuh ya harus punya sikap dong. Gausah suruh aku ngekontak dia juga udah aku lakuin. Abis sekolah selese aku mau ke rumahnya kalo mau ikut ya silahkan lagian aku gak peduli-peduli banget."
Hening. Tidak ada yang berbicara atau pun bergerak di kelas. Tiba-tiba terdengar suara tepukan tangan memenuhi kelas bahkan seantero sekolah. Irene menatap bangga pada para penonton yang sudah menyaksikan konser rap dadakkannya.
"Oke. Aku ikut," ucap Seokjin lalu pria itu berjalan dengan kerennya yang membuat cewek-cewek dalam radius lima meter darinya mendadak sesak napas.
Sesuai kesepakatan, Irene dan Seokjin mengunjungi rumah Jisoo dengan harapan mereka dapat bertemu dengan gadis itu dalam keadaan baik-baik saja. Namun pikiran mereka banyak berubah saat mengetahui Tuan dan Nyonya Kim yang sedang menangis di teras rumah mereka.
"Permisi Om, Tante," sapa Irene yang langsung mendapat perhatian mama dan papa Jisoo. Sedangkan Seokjin masih mengatur napasnya sehabis berjalan satu kilo meter di halaman depan Keluarga Kim yang menghubungkan pagar depan dengan rumah utama.
Irene dapat melihat wajah sembab Nyonya Kim yang masih tersisa air mata, dan Tuan Kim yang terlihat sendu. Ia semakin bingung dengan kondisi ini.
"Oh, Irene temennya Jisoo, ya? Dan kamu..saya belum kenal," kata Nyonya Kim sambil menunjuk Seokjin. Seokjin yang merasa dipanggil apalagi dipanggil oleh calon ibu mertua memperkenalkan dirinya dengan sopan sebagai teman Jisoo juga, bukannya sebagai calon menantu mereka.
Setelah dipersilahkan masuk, mereka berempat melangkahkan kaki menuju ruang tamu. Namun langkah mereka terhenti karena ada dua sosok yang memanggil Tuan Kim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Hitam-Putih
FantasyKim Jisoo, adik dari Kim Taehyung yang keduanya berasal dari keluarga super kaya harus menerima takdir mereka untuk meninggalkan kedua orang tua mereka, sahabat-sahabat mereka, juga semua kehidupan normal dan nyaman mereka kala sesosok mahluk dari S...