3

7 1 0
                                    

'Ngerasa ada yang aneh gak?' tanya Jisoo.

'Apaan sih? Gausah sok mistis gitu dech!'

'Bukannya amu yang seratus persen mistis?'

'Eh, iya lupa. Maap, khilaf. Tapi serius, lhoo.. aku ngerasa ada yang aneh. Adamnya berbedaaa gitu.'

'Hawa woi bukan adam. Ish! Perasaanku gak enak, Sel...'

'Perasaan doank, elahh gausah dipikir. Perasaan tuh pake hati, bukan pake otak.'

Jisoo pun diam, tidak ingin melanjutkan percakapan tidak berujung bersama Selena. Jadi selama matanya menatap layar televisi yang menunjukkan aktor tampan dari Korea Selatan itu, pikirannya terus menjelajahi berbagai dimensi, berpikir keras tentang hawa disekitarnya yang semakin lama semakin membuat dada sesak.

Jisoo mulai tersadar saat serial drama koreanya terhenti. Mana mungkin loading, secara wifi di rumahnya memiliki kecepatan melebihi bersin manusia. Lalu Jisoo menolehkan kepalanya untuk melihat Selena. Terlihat hantu cantik itu sedang menatap layar televisi dengan kaki kanannya yang diangkat ke sofa dengan tangan yang bertumpu di atas lututnya. Sungguh posisi yang uenakk.

Kerutan di dahi Jisoo semakin jelas. Ia menoleh ke belakang, tempat abwank dan kedua temannya kerja kelompok. Sama seperti Selena, ketiga orang ganteng-ganteng sengklek itu diam di tempat.

Keadaan sungguh sunyi saat ini. Udara di sekitar Jisoo terasa semakin dingin, sampai ia dapat mendengar kesiur angin yang lebih mirip bisikan seseorang tapat di dekat telinganya.

Jisoo bukan gadis penakut. Meskipun ia sangat khawatir dengan keadaan keempat mahkluk kesayangannya ini, namun ia yakin bahwa semua ini ada penjelasannya.

Dengan langkah mantap ia menuju pintu utama dan membukanya lebar-lebar. Sama sunyinya dan tidak ada pergerakkan. Jisoo berniat melanjutkan langkahnya, namun terhenti saat bisikkan angin itu terdengar lagi dengan lebih jelas. Bukan! Itu bukan sekedar kesiur angin yang kebetulan berirama. Itu benar-benar sebuah bisikkan tepat di telinga Jisoo.

Jisoo yang memang anaknya sangat mudah geli menutup telinganya sambil menahan kelitikkan di gendang telinganya.

"CUKUP!!" Jisoo berteriak karena sudah tidak tahan lagi dengan bisikkan menggelikan itu. "GAUSAH BANYAK-BANYAK ORIENTASI, LANGSUNG KE INTINYA AJA!"

Seketika pemandangan dihadapan Jisoo berubah, yang membuat gadis itu berdecak kagum. Pasalnya kini sekeliling gadis itu adalah sebuah tempat tak berujung dengan warna latar biru dongker, dipermanis dengan kerlap-kerlip cahaya berbagai warna yang memenuhinya.

Jisoo seketika tersadar. Ini bukan waktunya untuk menikmati sesuatu. Ada hal yang perlu ia cari kebenarannya.

Tampak cewek itu menoleh-nolehkan kepalanya bahkan badannya juga ikut berputar demi menemukan suatu keganjilan di sekitarnya selain cahaya warna-warni ini. Namun hasilnya nihil. Ia mendengus kesal lalu mendudukkan badannya dengan kaki menyilang. Hey! Jisoo baru sadar bahwa kini ia tengah melayang.

"Aku enggak tau siapa kamu atau kalian, mau apa denganku dan masalah apa yang kamu atau kalian punya sampai bawa aku ke sini. Jujur, aku kurang nyaman berada di sini. Yah, meskipun pemandangannya sangat bagus. Aku suka. Namun tetap aja, aku tidak mau berlama-lama disini. Jadi jika ada perihal yang ingin kau atau kalian bicarakan, tolong cepat sampaikan," cerocos Jisoo tanpa rasa takut sedikit pun.

Bertepatan dengan selesainya kalimat cewek cerewet itu, dari arah depannya terlihat seseorang dengan serba putih. Jisoo menajamkan pengelihatannya. Seorang lelaki dengan postur tubuh yang bagus. Yah, meskipun Jisoo tidak yakin apakah wajahnya juga bagus dan apakah benar sosok itu dapat disebut 'seseorang' melihat kini ia berada di tempat yang tidak sama dengan ia berasal.

Dunia Hitam-PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang